17

10 1 0
                                    

sebelumnya mau minta maaf kalau ada typo atau any grammatical errors! aku blm baca ulang maupun revisi (:

jangan lupa untuk vomment!

\\

Leo dan Manila sedang menonton TV, kaki mereka bertemu di tengah sofa sedangkan badannya terlonjor di tangan sofa. 

"Woi! Kartu merah woi!" Teriak Manila yang melempar popcorn kearah TV. Apa lagi tontonan Manila selain bola? 

"Hush diem berisik amat," cibir Leo sembari menendang kaki Manila kecil. Manila mendengus kesal dan kembali menatap TV. 

Manila melihat jam diatas TV, ternyata sudah jam 10 malam. "Le, abang Gavin mana?" 

"Gatau, tadi gue telfon ga diangkat," 

Manila mengangkat satu alis. Jarang sekali Gavin tidak mengangkat telfonnya. 

"Gue telfon deh," ucap Manila yang mencoba mengambil HPnya dengan kaki, akibat mager. 

Leo berdecak kesal dan mengambil HP Manila. "Neh! Gerak dikit dong!" 

Manila memamerkan deret gigi putihnya. "Makaci," ia memencet aplikasi phone dan mencari kontak Gavin. 

"Halo?" 

"Bang! Dimana sih?"

"Rumah Mason,"

"Ngapain?! Gak ngasih kabar lagi!"

"Maaf La, tadi abang ada urusan," 

Manila berdecak kesal. "Abang nginep?"

"Kayaknya, kalau jam 12 abang belum datang berarti nginep."

"Ila gamau nungguin abang sampe jam 12,"

"Iya La, serah. Leo masih dirumah?" 

"Iya,"

"Tanyain dia mau dateng kesini ga,"

Manila menjauhkan HPnya, "LEOO!"

Leo berlari ke sofa sambil memegang dua kotak susu. "Heh! Panggil biasa aja, bikin orang kaget aja!" 

"Hehe, maap. Abang nanya lo mau ke rumah abang Acon ga?"

"Bilang aja gausah, gue nemenin lo,"

"Gue bisa sendiri lah Le, kalau mau sana pergi,"

"Ga. Gue disini," tegas Leo. 

"Bang, Leo masih mau disini,"

"Oke deh. Cepet tidur ya La, udah malem," 

"Iya bang. Goodnight,"

"Goodnight La," 

"SELAMAT MALAM BEBEB KESAYANG AKU!"  Teriak sebuah suara dari sambungan. 

"Najong lo Bhi! Gausah gitu ke adek gue!" Bentakan Gavin terdengar hingga ia menutup telfonnya. Manila terkekeh geli melihat sikap abangnya yang suka overprotective.  Manila menutup aplikasi telfon dan membuka Instagram. Aplikasi favorit Manila. Baginya, yang membuat Instagram penting adalah akun IG awreceh. 

"Apa sih lo cekikikan sendiri?" Tanya Leo sambil duduk disebelah Manila, tangannya merangkul bahu Manila. 

Manila memberi Leo benda berbentuk pipih. Leo tertawa kencang saat melihat video yang Manila kasih. 

"Anak siapa coba! Mak comblang!" Omel Leo yang memegang perutnya yang sakit, akibat tertawa kelebihan.

Baru saja Manila ingin menyanggah omelan Leo, tiba-tiba nada dering dari HP Leo terdengar. Leo mengerutkan dahinya saat melihat nama yang menelfonnya. 

"Halo, Con?" 

Manila menggerakkan mulutnya, menyuruh Leo untuk pencet tombol speaker. 

"Leo! Cepetan ke rumah gue. Pada mau ngumpul semua, Aguante mau ajak ribut,"

"Hah? Ini udah jam setengah dua belas Con,"

"Cepet kesini!" 

"Ila nanti sendiri,"

"Heeeh! Bucin! Bawa Ila aja,"

"Ogah! Masa Ila dibawa ke tawuran?" 

"Ribet dah lo! Ya kagak lah! Ila di rumah gue, ada Edgar,"

"Oh siap.. Yaudah gue siap-siap,"

Leo menutup sambungannya dan menatap Manila yang melihat kebingungan. 

"Ayo La, kerumah Acon,"

"Mau berantem lagi?" 

Leo menghentikan langkahnya. "Maaf, gue tau lo gasuka kalo gue ikut dalam masalah gini. Tapi temen-temen gue butuh gue," katanya sembari membuka pintu rumah.

Manila menghembuskan nafasnya kasar dan jalan ke motor Leo yang masih halaman. "Gausah pake motor. Kita jalan aja, tuh rumahnya," kata Manila. Jarinya menunjuk ke rumah yang berada di ujung komplek, mewahnya 11/12 sama rumah Manila. 

Manila memencet bel digerbangnya. Lima menit berlalu, tidak ada yang menjawab. Manila menatap Leo, "lo dikerjain ya?" 

Leo menggeleng. "Gak mungkin," 

Karena emosi Manila sudah meluap, ia memutuskan untuk memanggil orang didalam rumah secara manual. 

"WOIII! SIAPA DIDALEM! KELUAR WOI! GUE DIDEPAN!" Teriak Manila sambil menggedor gerbang yang besar. 

Pintu akhirnya terbuka, Mason keluar dari pintu dengan muka kesalnya. Tanpa basa-basi ia langsung membuka gerbang. 

"Kemana aja sih daritadi? Udah sepuluh menit tunggu diluar juga!" Protes Manila. 

Mason hanya menatap Manila. Tatapan mautnya berhasil membuat Manila membungkam. Leo yang melihatnya hanya tertawa kecil. Leo duluan masuk ke halaman rumah, diekori oleh Manila.

"Semuanya dikamar tamu Le," sahut Mason yang baru saja mengunci pintu depan. 

Leo mengganguk dan bergegas menuju kamar yang berada di lantai ketiga dari rumah yang memiliki empat lantai. 

"Semuanya ada diatas?" Tanya Manila. 

Mason mengganguk. 

"Semuanya? Like literally sampe puluhan orang?" 

"Iye!" Bentak Mason. "Udah ah lo banyak ngomong," Mason menarik Manila keatas, menuju kamar tamu yang penuh dengan lelaki berandalan. 

Mason membuka pintu kamar secara kasar, membuat suara bentrokan pintu dengan dinding terdengar. Disebelah Mason, terdapat Manila yang melipat kedua tangannya didepan dada, menatap semua prang yang ada di kamarnya secara sinis. 

"Lah Ila?" Tanya Gavin, bingung. 

"Apa?" 

"Ngapain disini?" Tanya Arvel. 

"Gaboleh? Masalah banget gue disini?" Elak Manila. 

Gavin melihat jam yang ada diatas tempat tidur Gavin, ternyata sudah jam 12 pagi. Pantas saja Manila bad mood, setiap kali ia kurang tidur sudah manja seperti anak kecil. Ditambah rengekannya. 

"Bebeb kurang tidur ya?" Sahutan dari Abhi berhasil membuat Manila sangat, amat kesal. 

"IYALAH GUE KURANG TIDUR! BARU MAU TIDUR UDAH DIGANGGU AJA SAMA LO PADA!" Manila teriak dan langsung pergi dari pintu kamar. 

Semua yang dikamar melihat temannya yang lain, kenapa Manila? 

"Biasa dia guys, kurang tidur," ujar Leo. 

"Sama lo dirumah tadi ngapain aja?" Tanya Varro. 

"WAAAHHH!" Sahut arvel. Pertanyaan Varro membuat ruangan ricuh kembali. 

"Tenang!" Pinta Gavin. "Besok, pulang sekolah. Kita langsung ke lapangan!"

"Siap big boss!" 

"Sekarang kalian tidur disini aja, udah malem. Ada beberapa kamar yang kosong kok," tambah Mason.

MANILAWhere stories live. Discover now