°27: game over.

1.9K 211 27
                                    

"Halo guys, ada yang kangen gue?" suara itu terdengar sombong dan sarkastik, meledek dan merendahkan dua orang di depannya.

Eunbin baik baik saja di pojok walaupun debu debu dinding masuk ke matanya dan bebatuan kecil, tapi keadaan jinyoung jauh dari kata baik. Pria itu tertindih dengan bebatuan dari dinding ruangan. Memang tidak besar, namun cukup untuk mematahkan tulang kaki nya yang tertimpa.

Sanha berjongkok di depan eunbin dengan seringaian nya, lalu menghantamkan tongkat besi pada kepala gadis itu hingga dia pingsan. Demi melihat itu, jinyoung berteriak kesal. "LU APAIN EUNBIN, HAH?!"

sanha yang mendegar itu hanya tertawa keras, lalu mendekat ke arah jinyoung. "Ututu kesel banget ya, pacarnya gua apa apain?" ucap sanha dengan nada pura pura kasihan.

Tentu saja jinyoung kesal dan mencoba menyerangnya, tapi sudah bisa ditebak semua itu sia sia. Sanha yang sedang tak ingin buang-buang waktu, akhirnya membius jinyoung dan membawa mereka berdua pergi.
>°°°°<










>°°°°<

Saat jinyoung terbangun, disamping nya sudah ada eunbin yang sudah sadar terlebih dahulu. Keadaan mereka hampir sama, dirantai, dan beberapa luka lebam.

Ruang tempat mereka ditempati sangat gelap, dan hening. "Jin..." panggil eunbin pelan, namun suaranya betgema dengan besar. Gadis itu segera menghentikan kalimatnya, dan mencoba berbisik dari jarak 2 meter yang memisahkan mereka.

"Jin, maaf ya. Ini semua salah gue." bisik gadis itu, namun masih bisa didengar oleh jinyoung.

"Ngga ini bukan salah lo. Sama sekali bukan." ucap jinyoung, mencoba menenangkan eunbin. Mereka menghela nafas, lalu jinyoung mencoba mencari bahan pembicaraan agar tidak terlalu senggang.

"Bin, boleh jelasin lagi ngga soal sanha?" tanya jinyoung pada akhirnya. dia tau sehrusnya ia tak membicarakan hal itu di situasi seperti ini, tapi yang sedang dibicarakannya sangat penting dan harus diperjelas.

Eunbin menghela napasnya pelan, lalu kembali Berbisik, "dulu, sekitar tiga tahun yang lalu, gue dipanggil lagi kemari. Tapi Waktu itu si bangsat dapet panggilan mendadak sebelum ketemu sama gua. Gua disuruh nunggu aja, tapi karena bosen gue jalan ke ruangan gede di samping ruang kerjanya. Pas gue masuk, ada tiga kapsul gede, gue pikir isinya manusia.

"Tapi akhir akhirnya gue tau, kalo itu bukan manusia. Itu cuma manusia buatan, dan sanha salah satunya. Gue gatau buat apa mereka diciptain, tapi yang jelas mereka monster." jelas eunbin panjang lebar.

Hening sesaat, dan eunbin melirik jinyoung. "Lo inget ngga, sebutan 'topi putih ketiga' yang dibilang jeno terakhir kali?" tanya eunbin, lalu disambut anggukan pelan dari jinyoung.

"Sebutan itu dipake buat mata mata yang diperintah langsung sama si bangsat. Tapi ada dua macem, topi putih dan topi hitam. Kalo topi hitam itu dimaksudkan sebagai mata mata yang udah diakui kesetiaannya. Sedangkan topi putih itu sebaliknya, masih beresiko memberontak.  Sejak awal gue tau jeno berpihak dengan si bangsat, tapi itu bukan kemauannya sendiri. Itu—" penjelasan eunbin terpotong saat melihat seseorang berdiri di depan pintu sel mereka.

Jinyoung menggeram saat melihat jeno didepannya. Tak dipungkiri, ia memang masih marah dan kesal pada pria di hadapannya.

Tanpa berbicara sepatah katapun, jeno berjalan ke arah eunbin dan melepaskan rantai di kaki eunbin, tapi tidak dengan rantai di tanganya. Jinyoung tentunya was was melihatnya, khawatir jeno akan melakukan sesuatu yang buruk terhadap eunbin.

"Mau ngapain lu bangs—"
Jinyoung tidak melanjutkan perkataan setelah melihat eunbin menggeleng kearahnya. Tanpa perlawanan sedikitpun, eunbin mengikuti jeno dalam diam, dan jinyoung yang terheran heran melihatnya.

Sinner paradise | 00 line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang