°15: Pundung

1.7K 371 24
                                    

WARNING:
pendek dan minim dialog demi rincian kejadian. Mohon maaf. Selamat membaca :*

-

Kondisi rumah itu sangat kacau kini. Lebih tepatnya pikiran para penghuni rumah itulah yang kacau. Terutama Jinyoung. Kejadian beberapa jam yang lalu kembali berputar di otaknya.

>°°°°<








































>°°°°<

Jinyoung, felix, dan jaemin berpencar untuk mencari eunbin. Mereka berlarian kesana sini untuk mencari eunbin. Entah akan ditemukan atau tidak, setidaknya mereka sudah berusaha. Jaemin yang sudah cukup hafal setiap sudut kota itu pun, dengan gesit berlarian kesana kemari guna mencara seorang gadis bernama eunbin.

Dia tau, Jinyoung lah yang paling menghawatirkannya. Terlihat dari perlakuan lebih yang ia berikan pada gadis itu. Saat masih asik bergelut dengan pikirannya, jaemin mencium bau anyir. Dia segera mengikuti bau itu, dan ia menemukannya. Eunbin, yang tergeletak tak berdaya dengan darah dimana mana.

"JINYOUNG, FELIX!! DISINI!!" Pekik jaemin sekuat mungkin agar dua temannya itu mendengarnya. Beruntung mereka ada di gang sempit, jadi pengawas dan penduduk lainnya tidak ada yang tau apa yang mereka lakukan.

Jinyoung segera berlari secepat mungkin dengan tubuh kecilnya. Sesampainya felix dan Jinyoung di sana, mereka sudah menemukan jaemin yang memangku eunbin yang berlumuran darah. Mengerikan, sungguh.

"EUNBIN!" Teriak Jinyoung, dengan wajah panik. Dengan segera, ia menggendong eunbin untuk membawanya pulang. Felix menarik tangan jaemin yang masih mematung disana. "Cepet, kita ngga punya banyak waktu" bisik felix yang disambut anggukan kepala dari jaemin.

Mereka berlari di jalanan itu, dengan cepat. Mereka sudah di tengah kota, tentunya beberapa penduduk lain dan pengawas kota itu melihat mereka. Tapi mereka semua tidak peduli, karena bukan urusan mereka. Kalian ingat? Sinner paradise tidak menyediakan fasilitas apapun selain kebutuhan pakan dan pakaian. Untuk angkutan umum, rumah sakit, tidak ada. Adanya perpustakaan kota saja sudah sebuah keajaiban.

Sesampainya mereka di rumah, felix berdiri di depan untuk membukakan pintu agar Jinyoung bisa masuk.

Jeno, sanha, jisung, dan hyunjin bersiri dari tempat mereka karena kaget melihat keadaan Jinyoung dan eunbin. Ralat, hanya eunbin. Jinyoung juga berlumuran darah karena terkena darah eunbin. Wajah eunbin hampir tidak bisa dikenali akibat banyaknya darah.

"Jinyoung, eunbin kenapa lagi? Baru kali ini sampe separah ini" tanya hyunjin dengan nada bergetar. Ia benar benar khawatir. Sedangkan jeno, masih bergelut dengan pikirannya untuk menetralisirkan masalah yang akhir akhir ini kerap mengunjungi mereka.

Dan dua pemuda lainnya hanya bisa terdiam, tak tau apa yang akan mereka lakukan.

"jANGAN CUMA BEDIRI AJA! BAWA EUNBIN KE KAMAR GUE, BIAR GUE YANG PANGGIL SEUNGMIN" Bentak hyunjin sekaligus memerintah semua yang ada disitu, sebelum akhirnya berlari ke kamar siyeon untuk memanggil seungmin diikuti jeno

Ekspresi Jinyoung? Tidak bisa didefinisikan. Jaemin sudah berinisiatif menyiapkan air di baskom kecil untuk membersihkan darah eunbin. Felix menyiapkan beberapa barang untuk menutupi luka. Yah, setidaknya dia pernah diajari beberapa ilmu dasar oleh seungmin.

Sanha dan jisung yang tadinya diam, dengan segera mereka membatu Jinyoung membawa tubuh eunbin naik ke kamar hyunjin.

Hyunjin dan jeno segera membuka pintu kamar siyeon, untuk memanggil seungmin. "seungmin, cepet ke kamar-" ucapan hyunjin terhenti saat mendapati seungmin tengah memeluk siyeon yang menangis.

"Min..." lirih hyunjin, entah karena apa. "Kenapa?" tanya seungmin langsung, lalu hyunjin langsung menggelengkan kecil kepalanya agar bisa berpikir jernih. "Cepet ke kamar gue. Eunbin luka lagi, kali ini jauh lebih parah" ucap hyunjin secepat mungkin.

Jeno hanya terdiam, lalu meninggalkan mereka entah kemana. Seungmin yang mendengar kabar itu lalu membisikkan sesuatu pada siyeon, sebelum akhirnya keluar untuk melihat eunbin.

Sesampainya di kamar hyunjin, kakinya terasa lemas. "Ini..." pandangan seungmin benar benar panas. Keadaan eunbin benar benar luar biasa buruk. Rambut gadis itu lepek akibat darah yang membasahi, bajunya sobek sana sini, mulutnya mengeluarkan banyak darah, sayatan yang biasanya bertengger malah semakin parah polanya.

"Gimana bisa..." seungmin terus bergumam, dengan air mata yang tak berhenti berjatuhan. Begitu juga dengan semua penghuni nya. Melihat keadaan gadis yang satu itu, sungguh menyayat hati.

Lihatlah, saat seungmin menelanjangi eunbin, tubuh nya benar benar tak berbentuk karena sayatan yang begitu banyak layaknya dijadikan sarang lebah. Sangat banyak celah. Dengan tangan bergetar, Jinyoung menghapus darah dari tubuh gadis itu secara perlahan. Entah sedih atau tidak, tak ada yang tau apa yang dirasakan Jinyoung jika hanya dilihat dari wajahnya. Wajahnya benar benar flat. Datar. Tak ada ekspresi. Hanya tubuhnya yang jujur dengan menunjukkan getaran luar biasa.

"Sanha, ambil perbannya" titah seungmin, yang langsung dituruti pria itu.

Kini di kamar itu hanya ada mereka bertiga. Sejak memanggil seungmin tadi, jeno menghilang. Hyunjin keluar karena tak kuat melihat eunbin yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri dalam kondisi semengerikan itu. Sedangkan Felix dan jaemin menemani jisung karena pria itu muntah muntah saat seungmin selesai menelanjangi eunbin. Yah, se-mengenaskan itulah kondisinya.

Selesai menjahit dan menutupi luka luka eunbin, seungmin meluruskan kaki nya yang sedari tadi tegang. Sanha menawarkan minum pada dua pria di depannya, dan seungmin menerimanya.

"Makasih, san"

Berbeda dengan Jinyoung, yang tak mengindahkan tawaran sanha.

Mengerti situasi, sanha dan seungmin meninggalkan Jinyoung bersama eunbin. Pria berwajah mungil itu butuh waktu.

>~~~~<

TBC

HEHEHEHE
Ada yg seneng ga, gue apdet dabel dalam seminggu? Wkwkwkwk

Lagi sedih nih, mulai besok hp gua disita soalnya :"

Ye soalnya kan besok uda ujian HWAAA BENTAR LAGI KELAS TIGA, GA KERASA.

Vommenntnya ayo ayo

Ya?

Oke.

Sinner paradise | 00 line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang