°24: hiding

1.3K 265 3
                                    

Jinyoung mulai melakukan apa yang ia pikirkan sejak awal. Kabur.

Gila? Tentu saja tidak. Jinyoung hanya berpura pura. Lagipula, Jinyoung sama sekali tidak pernah menyentuh narkoba. Bagaimana dia bisa sakaw? Itu hanya akting.

Kini ditatapinya sebuah kunci yang tadi terjatuh dari saku celana daniel. Untung saja kunci itu jatuh di sela sela kaki Jinyoung, jadi kunci besi itu tidak beradu dengan lantai semen yang akan menghasilkan suara nyaring, dan menyadarkan daniel.

Jinyoung membungkukkan tubuhnya untuk mengambil kunci itu dengan mulutnya.

Beruntung Jinyoung memiliki tubuh yang lentur, jadi saat ia mengangkang lebar untuk menggapai borgol kaki nya dengan mulut, kunci itu bisa masuk. Dengan memiringkan sedikit kepala nya kearah kanan, Jinyoung kemudian kembali menggigit kunci itu dan memutarnya kearah berlawanan lalu membuat borgol itu terbuka.

Sekarang, kaki nya sudah terbebas. Kini, ia hendak melepaskan tangannya yang juga diborgol. Sekali lagi, Jinyoung bersyukur ibunya memberinya tubuh yang sangat lentur.

Tangan Jinyoung yang semulanya terikat kebelakang, kini berada di depan. Barusan ia menyelipkan kakinya keantara sela sela tangannya di belakang, lalu membuat tangannya berpindah ke depan. Yah, walau selentur apapun tubuhnya, itu tetap terasa sakit.

Jika tangannya sudah berada di bagian depan, lebih mudah untuk melepaskannya. Ia kembali mengambil kunci tadi dengan mulut nya, dan memasukkannya ke lubang kunci yang terdapat pada rantai di tangannya.

Clek

"Berhasil" serunya pelan, saat melihat tangannya tang bebas. Tinggal satu yang ia pikirkan, yaitu bagaimana cara keluar dari sel nya dan menyelamatka eunbin yang ditahan secara keji.

Jinyoung mondar mandir, memaksa otak kecilnya untuk berpikir lebih keras. Hal itu ia lakukan cukup lama, sampai akhirnya mendapat ide.

"Semoga bisa" gumam nya, sambil menarik kalung besi miliknya.

Ia memutuskan rantai kalung itu menggunakan tumpukan gembok yang kebetulan ada disana. Saat berhasil mengeluarkan liontinnya, ia mematahkan salah satu kawat perekatnya, dan sedikit menekannya sehingga kawat bengkok itu menjadi lurus.

Dengan berbekalkan ilmu dari jeno yang pernah mengajarinya tentang hal ini, Jinyoung berjalan menuju pintu sel dan menjulurkan tangannya. Setelah menjulurkan tangannya keluar, Jinyoung memasukkan kawat itu ke dalam lubang kunci sel nya.

Mungkin saat melihatnya, itu hal yang sepele, namun sesungguhnya cukup sulit. Peluh keringat sudah membasahi wajahnya.

"Come on," gumam Jinyoung dengan penuh penekanan pada setiap katanya.

Cukup lama berkutat dengan semua itu, akhirnya ia berhasil. Setelah keluar, Jinyoung langsung beralih pada sel eunbin.

Gadis itu masih dirantai dalam keadaan berdiri, namun darah sudah mengalir di lengannya. Sejak awal, Jinyoung tidak tau dengan posisi eunbin, karena mereka sendiri diletakkan secara terpisah. Dengan dirinya yang mengetahui kondisi eunbin, membuatnya naik darah.

"Dasar keparat" umpat Jinyoung. Jika bisa, ia ingin berteriak dan memaki semua orang yang berani membuat eunbin menjadi seperti itu.

Dengan cara yang sama saat ia membuka pintu sel-nya, ia lakukan juga pada sel eunbin, namun terburu buru karena marah. Akibatnya, waktu yang diperlukan jadi lebih lama. Namun, beberapa menit kemudian, pintu itu terbuka dan Jinyoung segera membuka borgol tangan eunbin dengan kunci nya tadi.

Saat rantai itu terlepas, tubuh eunbin ikit terjatuh. Jinyoung dengan sigap menangkap dan merengkuhnya dengan lembut.

Gadis itu masih belum sadar, namun Jinyoung tetap keukeuh menjalankan niatnya.

Dia menggendong eunbin di punggungnya, lalu menaiki tangga. Tentu dibawah sini tak ada ventilasi, karena mereka berada di bawah tanah.

Iya, senekat itulah Jinyoung. Ia bahkan tak mempedulikan kondisi nya saat ini. Awalnya ia berpikir hendak keluar dari jalur ventilasi, namun eunbin tidak sadarkan diri, ditambah tangan yang terluka.

Karena itu, ia memilih lewat pintu belakang. Oh, kalian pikir itu mudah? Itu 20x lebih sulit daripada mendapat bias koreya sebagai suami.

Jinyoung berjalan menaiki tangga yang masih dibawah tanah sambil masih menggendong eunbin. Ia melangkah dengan perlahan, agar langkah nya tidak disadari oleh beberapa penjaga yang mungkin ada di sekitar pintu keluar dari bawah tanah.

Saat tersisa sekitar 10 anak tangga lagi, jinyoung meletakkan eunbin di tangga itu sebentar, lalu berjalan ke arah penjaga yang membelakanginya.

"Maaf, pak?" ujar Jinyoung, yang otomatis membuat pria penjaga itu menoleh, dan langsung disambut oleh sikut Jinyoung.

"AAARRG—" Pria itu mau berteriak, namun sayang teriakannya membuat dirinya mati secara mengenaskan.

Karena tak ingin suara teriakan pria itu memancong penjaga lainnya, Jinyoung langsung menyumpal mulutnya dengan cara memasukkan rantai ke dalam mulutnya hingga penuh dan mengeluarkan darah.

Yah, mungkin memang saat ini Jinyoung sudah gila karena semua kejadian ini. Dengan nafas tersengal, Jinyoung kembali turun untuk menggendong eunbin.

"Jin... Lo ngapain?" tanya eunbin dengan suara bergetar. Rasa sakit, takut, dan khawatir bercampur menjadi satu.

"Udah, lo gausa banyak gerak, gausa banyak bicara dulu. Tidur aja, kalo lu gamau nyesel" ucap Jinyoung, membuat eunbin segera memejamkan matanya takut benar benar menyesal seperti yang diucapkan Jinyoung.

Saat berhasil melewati pintu pertama, jinyoung bersyukut disana tak banyak penjaga. Namun masalah sesungguhnya telah dimulai. Aula utama adalah tempat dimana semua keparat itu berkumpul.

"eunbin...," panggil jinyoung pelan, dan dijawab suara eunbin tak kalah pelan.

"pegangan yang kuat, jangan buka mata lo kalo belum gua suruh. Oke?" bisik jinyoung, lalu eunbin megangguk tanpa membuka matanya.

Sesaat jinyoung menarik nafas dalam dalam, mencoba tenang agar bisa berpikir jernih. Tapi,

"SIALAN, MEREKA KELUAR DARI SEL. KEJAR!!!"

persetan dengan kang daniel dan mulut sialannya.

>~~~~<

TBC

Ngehek

Sinner paradise | 00 line [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz