°05: Infiltrate

2.5K 489 2
                                    

Suara derap langkah mantap terdengar di sana sini. Seperti sudah terbiasa, mereka bergerak dengan lincah dan berbaur dengan berbagai orang yang tengah berlalu lalang.

Siyeon yang saat ini masih mengekor di belakang jeno, hanya bisa bergerak menyamai langkah jeno agar tidak terkena masalah.

"Jin, gimana? Kita uda bisa masuk apa belum?" tanya jeno dengan bisikan melalui walkie talkie miliknya.

Kini jeno dan siyeon tengah duduk di kursi yang ada di sekitar perpustakaan kota. Bertingkah layaknya warga biasa yang hendak mencari udara segar. Mereka berdua sedang menunggu izin bergerak dari Jinyoung dan hyunjin.

"Bentar, no. Lu nanti dulu aja, karena bawa Siyeon kita gabisa macem macem dulu" ucap Jinyoung disebrang sana. Yah, sebenarnya Jinyoung masih berada di rumah mereka bersama Felix, tempat teraman.

Siyeon yang juga memakai walkie talkie pemberian jeno tentu mendengar semua itu, dan merasa bahwa dirinya hanyalah beban.

"Jeno" panggil siyeon ragu, yang kemudian hanya disahut jeno dengan berdeham.

"Lo yakin gue harus ikut? Nanti gue cuma jadi beban" tanya siyeon, yang langsung membuat jeno menoleh.

Awalnya Jeno terpaku mendengarnya, tapi tak lama kemudian akhirnya pemuda satu itu malah tertawa kecil. "Ngga, yeon. Malah, gue pengen liat gunanya lo itu gimana" ucap jeno sambil menyeringai.

Siyeon mengernyitkan dahinya, lalu berkata "hah? Gunanya gue? Maksud lo?"

"Ya maksud gue, kemampuan lo itu apa. Kan ntar lu harus bantu juga kalo mau keluar dari sini" jelas jeno santai, lalu tak lama suara hyunjin terdengar di sebrang sana.

"Halo jin? Ada apaan?"

"Lo uda bisa mulai gerak, no. Hati hati, jangan sampe ketauan." ujar hyunjin disebrang sana.

"Oke, jin. Kita mulai" ucap jeno diselingi seringaian. Siyeon sedang memandang jalanan sambil menyedot es kopi nya, jadi tidak melihat seeingaian aneh dari wajah jeno tadi.

"Siyeon" panggil jeno sambil berdiri, lalu berjalan kearah siyeon. Siyeon hanya menoleh saat jeno memanggilnya.

Tanpa menunggu jawaban dari siyeon, jeno langsung menarik tangannya dan beranjak pergi.

"Kita mau kemana?" tanya siyeon dengan khawatir.

"Kita mulai masuk. Jangan lepas dari gue. Oke?" tuntut jeno, lalu tidak menggubris siyeon yang mencoba melepas tangannya.

Saat mereka berdiri di depan pintu perpustakaan, bagi siyeon tempat itu malah seperti penjara. Sangat banyak penjaga di luarnya, entah untuk apa itu semua.

Terlihat hyunjin yang sedang berbicara dengan penjaga perpustakaannya, bertugas untuk mengulur waktu. Sanha yang berjalan ke lantai dua sambil membawa buku biru. Mungkin salah satu buku dari perpustakaan.

Saat siyeon sedang asyik memerhatikan sekitarnya, jeno tiba tiba berhenti dan memilah buku.

Siyeon yang bingung, berpikir bahwa buku yang mereka cari adalah yang sedang jeno pegang. Namun, gadis itu berpikir sekali lagi. Mana mungkin data sepenting itu disimpan di tempat semudah ini bukan? Pasti ada di tempat yang lebih aman lagi.

"Jeno" bisik siyeon, yang hanya dibalas dengan gesture jeno yang menyuruhnya untuk diam. Seketika, bibir gadis itu mengerucut sebal. Tapi dia memaklumi, karena memang hanya dia yang tidak tau apa apa.

"Ayo ke lantai dua" ujar jeno, sambil menarik tangan siyeon. Gadis itu sudah malas mengeluarkan suara.

Setelah sampai di lantai dua, mereka kembali berkeliing. Sesungguhnya, siyeon bingung dengan apa yang mereka lakukan. Awalnya, siyeon mengira semua ini berbahaya. Namun, setelah ikut dia malah merasa sama sekali tidak perlu.

Mereka lalu duduk di salah satu meja yang ada.

"Jeno" panggil siyeon, yang sudah tak tahan ingin menanyakan.

"Apa?" balas jeno tanpa menoleh sedikitpun.

Siyeon semakin kesal, lalu berdiri dan hendak pergi namun ditahan oleh jeno.

"Tunggu" ujar jeno, yang disambut tatapan kesal dari siyeon.

"Apa lagi?!" teriak siyeon. Saat ia berteriak, semua orang melihat mereka dengan tatapan heran dam kesal.

Jeno meletakkan telunjuknya di depan bibirnya, mengisyaratkan siyeon untuk diam. "Sstt, kita di perpustakaan. Jangan berisik" bisik jeno.

Siyeon hanya mendengus, lalu membungkuk meminta maaf pada orang orang yang terganggu.

"Duduk" ujar- lebih terdengar seperti perintah jeno pada siyeon. Gadis dihadapannya itu hanya menurut, dan duduk tenang.

"Lo kenapa sih? Gabisa nunggu bentar?" ujar jeno dengan berbisik. Siyeon hanya role eyes, lalu menjawab "lo itu dari tadi gua nanyain ga didenger tau ngga. Kesel gue" gerutunya.

Jeno hanya tertawa renyah, dan siyeon menatapnya jengah. Sudahlah, kalau ribut
Lagi nanti mereka akan sial.

Siyeon duduk menopang dagu, sedangkan jeno masih setia membaca buku entah apa itu.

Lalu tak lam, walkie talkie mereka berbunyi dan terdengar suara hyunjin di sebrang sana.

"Gais, gue punya kabar baik dan buruk" ujar hyunjin di sana, dam jeno menjawab dengan serius.

"apa?" ucap jeno, menuntut jawaban dari hyunjin.

"Gerbang lapisan ke tiga nya ngga diawasi. Kabar baiknya, kita bisa masuk ke sana tanpa repot ini itu. Gerbang pertama sama yang kedua uda ditembus Jinyoung. Tapi, feeling gue ga enak no" celoteh hyunjin disebrang sana.

Siyeon juga mendengar percakapan itu, karena ia sendiri memiliki walkie talkie yang sama. Namun, tentu gadis itu belum tau apa apa. Saat mendengar penjelasan hyunjin, siyeon menatap kearah jeno yang tengah memejamkan matanya, tanda ia sedang berpikir.

Saat jeno membuka matanya, ia menghela nafas perlahan dan berkata "kita mundur"

Satu kata itu membuat siyeon terpelongo. Ia ingin cepat cepat keluar dari dunia aneh ini, tapi jeno mengundurnya.

Siyeon hendak memukul jeno, namun kalimat selanjutnya membuat siyeon mengurungkan niatnya.

"Mungkin gerbang ketiga itu jebakan. Kita bawa bayi baru lahir di tim. Jangan gegabah, kita mundur dulu" ujar jeno.

"Bayi baru lahir apaan?" tanya siyeon tak mengerti.

"Maksudnya itu lo. Lo baru aja lahir disini, jadi gatau apa apa soal dunia ini" ujar jeno. Mungkin sulit dicerna, tapi kurang lebih siyeon mengerti maksudnya.

"Kapan kita pergi lagi?" tanya siyeon. Jeno yang sedang menuruni tangga, menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap siyeon.

"Bulan depan" ucapnya, yang entah kenapa membuat siyeon kesal, lalu melempar buku ke kepala jeno.

BUUKK

"WOY ANJER, SAKED GOBLOK!" Teriak jeno sambil mengelus kepalanya yg sakit.

Siyeon dengan santai berjalan disamping jeno, lalu berkata "ssst, kita di perpustakaan. Jangan berisik" ujarnya sambil mengarahkan telunjuknya ke bibirnya sendiri, mengisyaratkan jeno untuk diam.

>~~~~<

TBC

Sinner paradise | 00 line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang