°08: Dominant?

2.1K 423 50
                                    

Setelah siyeon keluar dari perpustakaan itu, seungmin langsung menghampiri jeno.

"No, gue mau ngomong" ujar seungmin sebelum akhirnya duduk di kursi yang diduduki oleh siyeon.

"Yauda ngomong aja" jawab jeno tidak peduli, sambil masih berkutat dengan bukunya.

"Gue pikir, siyeon sebenernya punya-" belum lagi seungmin selesai menyampaikan kalimatnya, sanha kembali mengganggu dengan mendobrak pintu perpustakaan secara brutal.

"HALOW, MAK BETI!! SANHAW GWANTENG YANG PWINTER MWASUK PERPUSTAKAAN NIEH GAN" Teriak sanha gaje dari depan pintu perpustakaan sambil menggoyangkan dada ratanya ke sana sini.

Melihat perilaku sanha yang kerap mengganggunya, seungmin mulai emosi. Ditambah, sanha teriak teriak bukan pada tempatnya.

Karena tak mau mebuat keributan, seungmin hanya menarik nafas, lalu berjalan kearah sanha.

Sanha yang melihat kedatangan seungmin hanya mengerjapkan mata nya bingung, karena seungmin berdiri di hadapannya sambik menutup matanya.

Saat seungmin membuka matanya, "ini perpustakaan, goblok. Jangan teriak, kalo lu gamau gua potong burung lo pake pisau bedah gua" ancam seungmin dengan suara bisikan di telinga sanha, yang sontak membuat pemilik telinga itu merinding saat membayangkan seungmin memotong miliknya.

Mendengar ancaman seungmin, sanha hanya berbalik lalu berjalan dengan langkah pendek layaknya pinguin. Sungguh, kalau seungmin sudah menunjukkan pisau bedah andalannya mungkin sanha sudah mengompol ditempat.

Setelah sanha keluar, seungmin kembali menyampiri jeno.

"Lo apain tu anak?" tanya jeno saat melihat sanha yang pergi dengan langkah aneh.

"Udah, gausa bahas tu anak. Gua lagi lengen bahas siyeon" ujar seungmin, lalu menarik bangkunya kembali.

"Gue yakin lo punya dugaan yang sama soal siyeon. Dia itu punya-" lagi dan lagi, omongan seungmin terpotong. Harusnya, dialah yang memotong, karena posisi nya disini adalah sebagai dokter mereka.

"Punya photographic memory" sambung jeno, tang disambut anggukan dari seungmin.

"Gue udah ngeduga itu semenjak eunbin yang bilang ke gue kalo siyeon nginget semua muka yang ada di persidangan dia waktu mau dilempar kemari. Gue pikir, tadi dia bilang gainget itu cuma pura pura" ujar jeno lagi.

Seungmin hanya tersenyum tipis lalu mencoba menyambung perkataan jeno. "Kalo menurut gue ya nih, siyeon itu punya kemampuan itu dari faktor gen keturunan. Tapi sayangnya, dominannya ga terlalu menonjol. Tapi, yang bikin gue tertarik itu, biasanya kalo seseorang punya dominan yang ga menonjol, sulit keliatan wujud atau sifatnya. Tapi kalo siyeon, beberapa kali dominannya keliatan menonjol.

Makanya, dari tadi gue merhatiin kalian. Gue ngambil kesimpulan, kalo siyeon dalam keadaan tertekan saat ngeliat sekelilingnya, dia bisa nginget rinciannya dengan jelas." jelas seungmin panjang lebar, bermaksud menyampaikan isi pikirannya.

Jeno hanya manggut manggut mendengar penuturan seungmin, yang ia pikir ada benarnya juga.

"Jadi, kita harus gimana? Ngebuat dia tertekan biar bisa nginget rincian sekelilingnya, gitu?" tanya jeno, yang tentunya disambut dengan gelengan kepala seungmin.

"Gue bakal coba terapi dia, supaya dominannya semakin menonjol" jawab seungmin sambil tersenyum.

Jeno yang mendengarnya hanya mengerutkan keningnya. "Emang bisa?"

"Gue usahain, no. Gue juga pengen keluar dari dunia busuk ini" jawab seungmin lagi, sebelum akhirnya berdiri dan disusul oleh jeno.

>°°°°<


































>°°°°<

Jeno sedari tadi memperhatikan siyeon yang tengah mengomeli sanha dan felix karena membasahi dan membuat bukunya sobek, dan hyunjin yang berusaha menenangkan siyeon.

Setelah masalah selesai dengan sanha yang berlutut minta maaf dan felix yang menyogok siyeon dengan biskuit miliknya, hyunjin akhirnya mengikuti felix ke ruangannya karena felix meminta bantuannya.

Jeno masih memperhatikan gerak gerik siyeon, sampai akhirnya siyeon menyadari ada yang memperhatikannya.

"Kenapa liat liat?" tanya siyeon, yang otomatis membuyarkan lamunan jeno.

Jeno gelagapan, dan berpura pura membaca buku. Siyeon juga masa bodoh, jadi ia tak begitu peduli.

Di ruang tengah hanya ada siyeon dan jeno. Karena keduanya diam, suasana menjadi sunyi.

Namun, jeno yang berdiri dan menghampiri siyeon mebuat suasana menjadi nyaman kembali.

Jeno yang datang lalu menepuk bahu siyeon dari belakang, membuat gadis itu tersadar dan menolehkan pandangannya kearah pria itu.

"Kenapa no?" tanya Siyeon, yang kemudian jeno duduk disebelahnya.

"Yeon, gue mau bilang sesuatu" ujar jeno, sambil menatap siyeon serius, namun malah membuat gadis itu memutar bola matanya jengah.

"Loh? Kenapa?" tanya jeno saat melihat reaksi siyeon yang tak seperti biasanya. Siyeon yang mendengarnya, hanya menghela nafas lalu menggelengkan kepala nya pelan.

"Ngga papa kok, no. Gue cuma lagi capek aja, soalnya tadi eunbin tiba tiba ngamuk terus nyoba buka perbannya. Jinyoung sama gue tadi uda keringetan karena eunbin tenaga nya gila banget. Terus tadi buku gue basah kena kopi dan sobek sobek. Sekarang, lo mau ngomong sesuatu lagi, kenapa ga dari tadi aja? Kenapa ngga pas kita di bawah tadi? Gue lagi pengen istirahat aja no" ucap siyeon, yang malah berakhir menjadi sesi curhat.

Jeno yang mendengarnya juga ikut merasa kasihan, malihat keadaan siyeon yang berantakan. Dan jujur, aroma tubuh siyeon saat ini kurang enak dicium.

"Yaudah, lo mandi terus istirahat aja sana." ucap jeno pada akhirnya.

"Loh? Yang mau lo bicarain itu apa?" tanya siyeon, yang juga sedikit tidak tega. Jeno juga penampilannya agak kurang sehat dengan kantung mata kecil, ditambah dengan nada bicaranya yang terdengar lesu. Tentu saja jeno juga lelah, bukan hanya fisik tapi juga mentalnya karena ia sibuk.

"Ngga usah, besok aja. Udah buruan mandi sana, uda buteq, bau asem lagi ihh" sindir jeno, sambil mendekatkan tubuhnya ke arah leher siyeon, berpura pura mencium aroma siyeon yang berkeringat.

"NGACA NAPE SIH" Teriak siyeon, sambil melempari jeno dengan bantal sofa. Siyeon yang harusnya mandi untuk menghilangkan keringatnya, malah menambah keringatnya dengan berlarian mengejar jeno.

Ternyata aksi mereka dilihat oleh sanha. Sanha yang melihat nya menyilangkan tangannya di depan tangan, berlaga sok hebat. "Dasar, mak lampir kalo marah uda beneran kaya nenek aja. Dasar siteon" gumam sanha.

Namun apalah daya, siyeon mendengar semua ejekan sanha itu.

"LU NYEBUT GUA APA, HAH? COBA ULANG!" bentak siyeon, yang kemudian sanha dikejar olehnya.

"AMPON MAK SITEON" teriak sanha sambik berlari menghindari siyeon yang mengejarnya dengan piring.

Dibelakang, jeno berterima kasih pada sanha. Karena kalau sanha tidak datang, siyeon pasti sudah melemparinya dengan piring. Sudah seperti kdrt saja.

Yah, sekarang korbannya adalah sanha.

>~~~~<

TBC

A/N:

HEHEHEHEHEHEHEHEHE

pendek like badannya woozi ya
gaez ;)

btw, hp gua rusak. jadi, mungkin gua apdet nya agak slow. untung aja di draf uda ditulis sampe chap 10.

tetep tunggu ya ;)

oiya, thanks buat temen dabes gua, yg uda berbaik hati minjemin hp nya buat gue apdet ni buku :"

dusk-enthusiast maaci ya chingu

Sinner paradise | 00 line [END]Where stories live. Discover now