Agara -28

1.3K 71 15
                                    

"Udah, Ra. Jangan nangis terus dong, mubadzir tau air matanya."

Gea sebenarnya khawatir dengan kondisi Rara saat ini. Matanya sudah seperti mata panda. Dari tadi Rara juga tidak berhenti menangis kecil. Padahal Rara belum cerita apa-apa. Saat Gea masuk kamar Rara. Tiba-tiba saja Rara memeluk Gea lalu menangis kecil. Ia bahkan tak mengeluarkan suara. Rara hanya memejamkan mengeluarkan air mata saja namun tidak ada isakan didalamnya.

"Ra, coba deh cerita sama gue, sebenarnya kenapa sih? Ada masalah sama kak Agam? Soal kak Natha?"

Rara diam. Gea memaklumi, mungkin Rara belum siap untuk menceritakan semuanya.

"Ge, dia jahat" Rara mengusap air matanya.

"Dia siapa? Kak Agam maksud Lo?"

Rara hanya mengangguk.

"Kenapa?" Gea menatap Rara sendu.

"Dia ninggalin gue, Ge"

"Gue ga paham maksud Lo, ninggalin gimana?" Gea masih sedikit binggung. Bukan itu, Gea juga tidak percaya jika Agam meninggalkan Rara.

Rara menceritakan semuanya mulai dari Rara bertemu dengan teman-teman Agam, kemudian melihat Agam merokok di rofftop, dan pernyataan Agam kalau mereka resmi putus.

Gea yang mendengarnya sempat tidak percaya. Kenapa Agam bisa sejahat itu? Yang benar saja? Itu jelas sangat tidak berperasaan menurutnya.

"Ra, kalo sekarang kenyataannya begini, Yaudah Lo coba ikhlasin aja. Gue tau pasti susah. Tapi gue yakin Lo pasti bisa".

"Gue ga yakin, Ge"

"Lo harus yakin sama diri Lo sendiri, kalo Lo sendiri aja masih ragu, gimana bisa Lo lupain dia?"

"Iya, gue coba"

"Ra, inget kata gue. Air mata lo itu terlalu berharga buat nangisin orang kaya dia. Kalo dia aja ga peduli sama perasaan lo, lo juga harus bisa ga peduli sama dia ,Ra. Inget ngga? Dulu dia maksa lo buat jadi pacarnya tanpa mau tau persetujuan dari lo. Tapi sekarang dia ninggalin lo, dia pergi dari lo, tanpa persetujuan dari lo. Kalau untuk pendapat lo aja dia ga peduli, gimana sama perasaan lo coba? Gue tau lo bakalan susah ninggalin dia. Gue tau lo sayang dia. Tapi kalau dianya aja ga sayang sama Lo, percuma, mau Lo tahan juga ga ada artinya Ra, dan itu nantinya malah bikin Lo sakit sendiri. Udah ikhlasin aja. Percaya deh bakalan ada yang jauh lebih baik dari dia."

Rara tersenyum tipis, melihat betapa pedulinya sahabatnya itu.

"Iya Gea, gue bakalan coba, gausah panjang kali lebar kali tinggi gitu dong ngomongnya, cerewet banget sih." Ledek Rara.

"Ihhh gue serius tau, nyebelin!!" Gea melemparkan bantal ke arah Rara, yang dibarengi dengan tawanya karena bantal tepat mengenai muka Rara.

Rara yang di lempari bantal tidak bisa terima begitu saja. Ia mengambil bantal yang lebih besar kemudian di balaskan kepada Gea. Sampai akhirnya perang bantal pun dimulai diselangi tawa mereka.

Gea bersyukur, akhirnya Rara bisa tertawa lagi.

***

Rara merapikan lagi rambutnya. Hari ini ia memutuskan untuk berangkat sekolah. Meskipun kenyataannya Rara belum kuat jika bertemu Agam. Sudah 3 hari Rara tidak berangkat sekolah. Rara sakit. Sepertinya Agam sudah terlalu menguasai Rara. Sampai-sampai Rara bisa sakit seperti ini.

Kemarin malam Aron pulang kerumah setelah beberapa hari menginap di rumah temannya. Dia pulang karena Rara tidak pernah update status di WhatsApp. Hanya karena hal sesepele itu Aron memutuskan untuk pulang dan meninggalkan proyek yang ia buat dengan teman-temannya. Aron tau Rara sedang ada Masalah. Aron selalu peka tentang Rara.

Saat tau Rara sakit, Aron sangat khawatir. Bahkan terkesan lebay. Aron masuk ke kamar Rara ketika Rara tidur, dan ia terkejut setelah mengecek suhu tubuh Rara. Badannya panas. Aron membopong Rara ke mobil. Rara sudah bilang dia tidak papa, tapi Aron tetap bersikukuh membawa Rara kerumah sakit. Ibu dan ayah Rara setuju dengan Aron, mengingat Rara sangat ngeyel untuk di bawa ke rumah sakit. Tapi mereka tidak setuju saat Aron membelokkan mobilnya ke arah bandara. Ternyata Aron ingin membawa Rara berobat ke rumah sakit di Singapura. Aron tak mau Rara kenapa-kenapa. Tapi itu terkesan sangat berlebihan, Rara tidak setuju, Ana dan Tama pun sama. Rara hanya demam biasa karena terlalu banyak pikiran, tidak perlu sampai berobat ke luar negeri. Jadi akhirnya mereka berobat di rumah sakit terdekat saja.

Rara menatap lagi pantulan dirinya di cermin. Ia harus bersemangat. Harus. Ia tak boleh jatuh hanya karena dia pergi. Banyak orang yang lebih peduli padanya dari pada Agam. Banyak orang yang sayang padanya dari pada Agam. Lalu untuk apa dia kecewa? Tujuannya sekarang adalah membuat orang yang menyayanginya bahagia. Dan dengan Rara bahagia, Rara yakin kalau orang orang yang menyayanginya akan ikut bahagia.

"Ra udah belom? Siap-siap apa ternak lele sih? Lama banget" Aron berteriak dari bawah.

"Iyaaaa bentar, sabar napa"

Rara mengendong ranselnya kemudian turun kebawah. Sekarang baru jam setengah tujuh memang, tapi Rara tidak mau terlambat mengingat ini hari Senin dan wajib datang 15 menit sebelum bel masuk berbunyi agar tidak terlambat mengikuti upacara.

"Jadi orang lama banget kaya bekicot" ledek Aron. Dia memang biasa menyebalkan seperti itu.

"Lo aja yang terlalu cepet kaya kura-kura"

"Kura-kura lambat bego"

"Kura-kura kalo lagi laper jalannya cepet!"

"Terserah!"

Rara menjulurkan lidahnya tanda mengejek. Ia menang berdebat dengan Aron. Akhirnya setelah belasan tahun ia selalu kalah melawan Aron.

"Hushhh kalian ini ribut terus kaya Tom and Jerry, udah sana berangkat" hardik Ana.

"Ihh mama, masak anak sendiri diusir" Rara mengerucutkan bibirnya.

"Bukan gitu sayang, tapi nanti kamu telat"

"Hehe iya iya ma. Rara berangkat dulu ya, Assalamualaikum" Rara mencium punggung tangan Ana.

"Waalaikumsalam, hati-hati"

"Iya ,ma. Byeeee"

Rara lari keluar rumah seperti anak kecil.

"Hishh dasar bocah. Ma, Aron berangkat dulu ya." Aron mencium punggung tangan Ana.

"Iya, hati-hati bawa mobilnya, jagain adeknya baru sembuh itu"

"Iya-iya mamaku yang bawell." Aron mencium pipi Ana. Yang membuat Ana memukulnya kecil karena risih. Tingkah Aron masih seperti anak kecil saja.

"KAK ARONN CEPETANNN!! LEMOT BANGET SIHH!!" Teriak Rara dari luar.

"SABARRRRR NAPAAAAA!!"

Aron menyambar roti di meja makan untuk sedikit mengganjal perutnya.

"Assalamualaikum ma."

"Waalaikumsalam."

Ana tersenyum kecil. Anak-anaknya sudah besar tapi masih saja manja seperti anak kecil.



🌛Agara🌛

ANNYEONG!!!
Selamat pagi siang sore malem temen-temenku. Kangen aku ya? Kangen yaaaa? Cieeeeee

*PLAK (digampar Jungkook)

Apa sih gaada yang kangen juga.

Terimakasih kalian temen-temen readersku yang telah setia dengan Rara dan Agam sampai part ini. Terimakasih sangat.

Ijin pamit dulu ya mau pipis. Byeeee.

Salam manis

Lalisa Manoban

AgaraWhere stories live. Discover now