Agara -11

3.1K 144 16
                                    

Rapuh berlanjut retak, sakit berlanjut tangis, berjuang berlanjut pergi karena lelah tak dihargai.

-Raisya Adeeva

***

Lorong kelas terlihat ramai, siswa siswi berlalu lalang meninggalkan jejak menuju tempat tujuan mereka. Tentu saja ramai, bel istirahat telah berbunyi 3 menit yang lalu. Sebagian besar dari mereka tentunya bertujuan sama, yaitu ke kantin, menenangkan cacing cacing diperut mereka yang sudah mengeram meminta jatah.

Dengan langkah gontai Rara menuruni tangga lantai 3, melangkahkan kaki yang entah bertujuan kemana. Saat ini Rara sedang tak ingin kekantin, kepalanya yang penat akan bertambah penat ketika mendengar keributan dikantin.

Lorong demi lorong telah Rara lewati, sampai ia berhenti di ruang bertuliskan perpustakaan, ia sedang ingin suasana tenang.

Tak ada satupun buku yang Rara minati, padahal biasanya ia sangat excited saat melihat jajaran novel yang tertata rapi dalam Rak. Rara mengambil asal satu buku, kemudian duduk membuka lembar demi lembar kertas dalam buku.

"Huh" Rara mengembuskan napasnya kasar, kemudian menidurkan kepalanya diatas meja menghadap kiri, sedetik kemudian Rara memejamkan matanya.

Rara tidak tertidur, hanya memejamkan mata saja. Itu jauh lebih baik untuk mengurangi rasa pusing dikepalanya.

Rara memutuskan ingin kembali ke kelas saja. Sekejap setelah membuka mata,

"Braaakkk"

Apaan tuh, batin Rara.

"Woy ada yang berantem di lapangan" teriakan cowo berkaca mata dari pintu perpustakaan, tanpa pikir panjang, Rara langsung Lari keluar, melihat apa yang sebenarnya terjadi.

"Maksud Lo apa hah? Lo barani ngelawan gueee!!" Suara itu membuat Rara mengencangkan larinya, menerobos masuk kedalam kerumunan siswa yang berseragam sama.

"Emang bener kan, Lo itu pengecut, Lo bisa sekolah disini cuma karena duit dari bokap Lo! Sementara nilai Lo? Gak lebih dari sampahh!!"

"Gausah banyak omong Lo anjing !!!" Brakk, satu pukulan mendarat dibibir seseorang yang mengucapkan kata tak pantas tadi. Membuat Rara yang telah sampai dibarisan terdepan membelalakan mata tak percaya.

Mata Rara sudah berkaca-kaca, susah sekali rasanya membuka mulut untuk meneriakan berhenti. Adegan pukul memukul masih saja terjadi, padahal masing masing dari mereka telah berdarah di sudut bibir dan didahi.

"Berhentiiii!!!" Akhirnya satu kata lantang keluar dari mulut Rara, membuat dua siswa didepannya berhenti berkelahi.

"Rara" Ucap Agam terkejutnya melihat Rara menutup wajah menahan tangis.

"Udah kak udahhh" lirih Rara dengan mata berkaca-kaca.

"Ra gue gak-" Ucapan Agam terputus karena Rara sudah berlari meninggalkan kerumunan. Otomatis Agam langsung berlari menyusul Rara, ia harus menjelaskan semuanya.

"Dasarrr pengecut Lo!!!" Teriakan Vigo dari dalam kerumunan, namun tidak Agam hiraukan.

"Ra tunggu gue" Agam mempercepat langkah larinya, dan berhasil menarik lengan kiri Rara.

"Apalagi sih kak"

"Ra, Lo harus dengerin alesan gue berantem sama Vigo" Rara mengalihkan pandangannya.

"Gue tau Lo gak suka gue berantem kaya tadi, tapi Vigo udah ngerendahin harga diri gue Ra, Lo tau kan Vigo kaya apa orangnya"

"Gausah pake berantem kan bisa!"

AgaraWhere stories live. Discover now