Agara -27

1.3K 62 13
                                    

Sinar matahari pagi masuk melalui celah gorden jendela kamar Rara. Rara sedikit mengernyit merasakan sedikit pusing pada kepalanya. Ia merenggangkan tubuhnya. Ia tersadar kalau ia sudah di kamarnya. Apa yang terjadi? Rara lupa. Bahkan pakaian putih abu-abu masih menempel di tubuhnya. Pipi Rara masih merasakan adanya air mata yang mengering disana. Apa Rara menangis semalam?

Rara menghembuskan nafasnya pasrah ketika mengingat kejadian kemarin. Ya, ia baru ingat bahwa Agam telah melukai hatinya. Perasaan Rara menjadi tak karuan lagi. Luka yang ditimbulkan Agam begitu dalam di hati Rara. Bagaimana bisa Agam melakukan hal seperti itu? Rara masih belum percaya. Meskipun Rara sudah tau fakta yang sebenarnya. Agam meninggalkanya.

Rara tersenyum kecut. Ternyata begini takdirnya. Kalau boleh mengulang waktu, Rara tak ingin di pertemukan dengan seorang bernama Agam tersebut. Rara menyesali patah hatinya saat ini.

Tapi tunggu dulu. Kenapa Rara bisa dirumah? Bukannya kemarin Rara di rofftop?

Rara bergegas beranjak dari kasurnya. Turun ke lantai bawah dan menemukan ibunya di dapur.

Merasa mendengar langkah kaki seseorang. Ana langsung menjuru pada sumber suara tersebut.

"Alhamdulillah udah bangun sayang, kamu gimana? Udah baikan?" Ana menempelkan punggung tangannya ke kening Rara. Memastikan Rara sudah baik-baik saja.

"Rara gapapa kok, ma" suara Rara masih terdengar serak.

"Kemarin kamu pingsan. Kita ke rumah sakit ya buat cek keadaan kamu." Hardik ana khawatir.

"Hah? Pingsan? Kok bisa mah?" Rara terkejut.

"Ya mana mama tahu, kemarin temen kamu yang nganterin kamu kerumah, kamunya udah ga sadar katanya pingsan"

"Siapa ma?"

"Mama ga tanya namanya. Dia langsung pulang. Tapi dia keliatan anak baik-baik"

"Bukan Kak Agam ya, ma?" Rara tersenyum kecut.

"Bukan"

Meskipun Rara tahu jawabannya bukan. Tapi Rara  tetap saja sakit dengan jawaban tersebut. Sebegitu tidak pedulinya Agam pada Rara. Hingga Agam meninggalkan Rara sendirian di rofftop dengan tangisannya dan akhirnya pingsan. Rara harus mulai melupakan Agam. Jika tidak, ia akan semakin sering sakit-sakitan. Rara memiliki kebiasaan selalu sakit jika beban pemikirannya berlebihan.

"Makan ya Ra, udah mama buatin bubur buat kamu"

"Iya ,ma. Makasih"

***

Disini, didepan jendela kamarnya. Rara melihat pemandangan di luar yang tampak mendung. Suasananya enak untuk istirahat. Mendukung juga untuk berlama-lama memikirkan luka. Rara memilih untuk tidak berangkat sekolah hari ini. Ia masih pusing. Selain itu, ia juga belum siap untuk bertemu dengan Agam. Agam telah menyakitinya. Tapi kenapa Rara tidak bisa membencinya. Bahkan Rara masih berharap padanya.

Ternyata cinta memang tak semudah yang Rara kira. Jatuh cinta juga membuatnya jatuh terpuruk. Kini ia mencintai Agam sendirian. Tanpa mendapat balasan cinta dari Agam.

Rara masih berpikir. Sebenarnya apa alasan Agam melakukan ini padanya. Kenapa Agam memaksanya jadi pacar, namun ketika Rara sudah sayang padanya, ia malah menghempaskan Rara begitu saja. Apa Rara punya salah pada Agam? Atau Rara membosankan sampai-sampai Agam tidak betah berlama-lama dengannya. Rara sadar, fisiknya memang berbanding jauh dengan Agam. Rara juga bukan anak hitz seperti Agam. Apalagi menurut Rara, wajahnya hanya pas-pas an, tidak cocok jika bersanding dengan Agam. Rara cukup tau alasannya Sekarang. Sederhana saja. Agam tidak tulus mencintainya.

Rara meraih ponselnya. Menyalakan sambungan data yang sengaja ia matikan. Ia malas melihat media sosial sejak kemarin kejadian foto di Instagram Natha. Belum saja semenit Rara menyalakan sambungan datanya. Sudah muncul banyak notifikasi dari line, WhatsApp, maupun aplikasi lainnya. Gea melakukan spam di line Rara. Tentu saja Gea khawatir dengan kondisi Rara. Rara tersenyum kecil melihat isi line Gea. Setidaknya, masih ada orang lain yang peduli dengan keadaannya.

Gea : Raaaaaaa

Gea : Ra Lo gapapa kan?

Gea : kenapa ga berangkat sekolah Ra?!!

Gea  : kak Agam ga jahatin Lo kan?

Gea : Raaaaaaaaaa

Rara : iya iya Gea sayang, gue gapapa kok :)

Rara melihat isi line yang lainnya. Menyebalkan. Mereka semua menanyakan hubungannya dengan Agam. Berita Agam berpacaran dengan Natha pasti sudah menyebar. Kemudian ada notifikasi lagi dari Gea.

Gea : Alhamdulillah kalo Lo gapapa, syukur deh, lega gue.

Gea : Lo kenapa ga berangkat sekolah?

Rara : lagi males.

Gea : dasar Lo.

Gea : pulang sekolah nanti gue ke rumah Lo, gue tau Lo butuh tempat cerita. Udah dulu, guru killer masuk.

Rara tersenyum tipis. Gea memang selalu peka dengan keadaan. Gea tau kalau Rara butuh teman saat ini.

Rara : iya, gue tunggu.

Rara mengunci kembali ponselnya. Menatap kembali jendela yang sedari tadi ia pandang dengan tatapan kosong. Rara malas untuk mengingat kembali luka-luka di hati Rara. Lebih baik Rara tidur saja. Sambil menunggu Gea selesai sekolah dan meluapkan semua kesedihannya pada Gea. Semoga saja Rara bisa lebih tenang.

🌛 Agara 🌛

Agara berhenti sampe disini aja ya :( author udah tidak bisa mikir lagi :(

AgaraOnde histórias criam vida. Descubra agora