6

1.6K 201 45
                                    

Tiga bulan, sodara-sodara. Total saya mem-PHP kalian. Selama tiga bulan itu, banyak kejadian yang menimpa saya--yang nggak bisa saya ceritakan di sini. Namun, sebagai lelaki sejati, malam ini saya menepati janji. Selamat membaca untuk kalian yang masih belum move on dari si dia!


SAM

SEMALAM, gue sempat kena tegur Irham gara-gara keseringan lembur di kantor sampai malem banget. Akhir-akhir ini gue memang sering pulang setelah Kintani pamitan, yang mana gadis itu sendiri dapet julukan si Ratu Lembur dari orang-orang kantor. Nggak jarang juga ajakan makan malam bareng gadis itu gue tolak karena mungkin kesendirian di ruang kantor ini yang gue butuhin. Tempat yang hanya ada gue dan isi kepala gue buat berpikir, merenungi kehidupan gue setelah putus dari Luh. Malam tadi, gue cuma lagi apes aja kena ciduk bos atas kebiasaan gue itu.

"Ini nggak bagus buat kinerja lo, Bule," sidangnya begitu gue memasuki ruangannya. "Kuantitas kerja nggak selalu sebanding lurus dengan kualitas kerjaan. Sementara yang gue butuhin dari lo kan ide-ide lo itu. Jadi, mulai besok kalau jam delapan gue masih liat lo berkeliaran di sini, apa lagi ngobrol-ngobrol nggak jelas bareng Kintani, lo gue kasih SP."

"Gara-gara ngobrol sama Kintani banget nih, mabos?" jawab gue masih bercandaan, yang membuat wajahnya jadi salah tingkah.

Malam tadi gue beralasan kalau gue lagi kepengin aja lembur. Gue rasa orang-orang yang pulang larut juga punya alasan yang sama kayak gue. Atau mungkin ngindarin macetnya Jakarta atau padetnya KRL di jam pulang kantor normal. Tapi playboy itu udah langsung bisa nebak aja apa yang sedang coba gue usahakan.

"Gue kasih tahu ya, Bule, cara ini nggak bakalan berhasil," ucapnya sambil beralih dari layar monitornya, lalu menatap gue lurus-lurus, kayak lagi mencoba menelaah. "Pilihan terbaik buat lo sekarang, lo pindah ke apartemen lain, tinggal di tempat yang bisa bikin lo jauh dari Luh dan waktunya lo mikir buat moving up. Atau do something yang bikin hubungan kalian ada kemajuan. Maen kucing-kucingan nggak lantas bikin kalian balikan secara otomatis. Gue tahu lo nggak bego-bego amat lah kalau harus gue ceramahin panjang lebar."

"Nah, itu elo udah ceramah panjang lebar, Pak Ustaz. Amin...."

"Saran gue barusan buat didenger terus direnungin, Kampret, bukan buat dinyinyirin. Kayak netizen Indonesia aja lo."

Gue kena skakmat ucapan sahabat gue yang tumben-tumbennya malam tadi berubah jadi pakar cinta sejati. Nah, atas alasan itulah kenapa gue bangun subuh-subuh begini padahal semalam gue baru nyampe apartemen pukul sebelas setelah selesai sesi bimbingan konseling cinta dari Irham. Gue langsung cuci muka setelah bangun, gosok gigi, terus pake setelan olahraga. Gue perlu waktu buat diri sendiri untuk merenungkan ide ini. Saran kedua dari Irham, maksud gue. Bukan yang pertama, yang mana gue harus pisah dengan Luh. Nggak mungkin sanggup gue. Sebuah keputusan mahaberat buat gue. Jadi, untuk itu gue harus melakukan sesuatu yang bisa dilihat Luh sebagai sebuah usaha, kalau gue berniat memperbaiki hubungan gue sama dia. Memulai lagi semua dari awal. Wish me luck!

Saat lari di tikungan dekat pintu masuk gedung apartemen yang gue tinggali inilah sebuah ide tebersit. Hari ini gue mau ngajakin Luh jalan. Ke rumah Annet, misal, ketemu Tante Danur dan masak-masak bareng di dapurnya. Ke rumah Irham juga bisa jadi opsi, meskipun gue bakal bersin-bersin karena alergi bulu kucing. Bermacet-macetan ke puncak, kenapa enggak? Selama gue bakal punya waktu lebih banyak bareng dia. Berdua aja. Ya, itu bakal membuat usaha gue maju selangkah, meskipun gue tahu bakal terseok-seok.

Setelah mulai lelah dan keringatan berkat muterin sepanjang jalanan kompleks apartemen, gue balik dan mendapati seseorang tengah duduk di sofa yang biasa gue tempati. Tempat ternyaman gue kalau lagi nonton televisi—nyaman karena biasanya ada Luh di sebelah gue. Sekarang, tempat itu diisi seorang laki-laki—gue pengin mengingkari bagian ini—ganteng, yang gue lihat beberapa hari yang lalu di lobi. Laki-laki sok gentlemen yang membukakan pintu buat Luh. Laki-laki yang sekarang sedang duduk sambil cengar-cengir sok cool menghadap Luh. Laki-laki yang membuat gue refleks membanting pintu agak keras.

Head Over Heels (Kisah Cinta Ironis Sam dan Luh)Where stories live. Discover now