Sedangkan Ferel tidak memperdulikan ringisan Aurel. Ia seolah menulikan pendengarannya saat Aurel terus meringis dan meminta dilepaskan. Ferel dengan cepat menarik Aurel menuju pintu disalah satu sudut ruangan.

"Pak Ferel.. kita mau kemana?" tanya Aurel disela-sela Ferel menariknya.

Aurel hanya mengikuti langkah Ferel yang cepat sambil menarik tangannya itu memasuki salah satu pintu yang ada diruangan Ferel. Aurel bisa tau ketika ia dilempar dengan keras oleh Ferel katas ranjang. Yah ini kamar, kamar minimalis didalam ruang kerja Ferel.

Aurel memegangi pergelangan tangannya yang membiru. Ia menatap Ferel yang rupanya sangat marah padanya. Ia berfikir Ferel pasti marah karena dirinya membatah dan menolak kartu itu. Tapi kenapa Ferel bisa semarah ini? Pikir Aurel.

"Resign dari kantor saya."

Aurel mengerutkan keningnya bingung mendengar kalimat yang baru Ferel ucapan. Pasalnya apa yang Ferel bilang tadi sama sekali tak ada hubungannya dengan pikirannya saat ini.

"Saya tunggu surat pengunduran diri kamu besok dimeja kerja saya." ucap Ferel tajam dan dingin.

"Maksud bapak? Saya gamau keluar dari kantor ini." ucap Aurel cepat seraya berdiri dari duduknya.

Aurel tidak akan keluar dari kantor Ferel ini. Ia sudah nyaman bekerja disini. Ia sudah nyaman berteman dengan mbak Kinan dan mas Anton disini. Aurel tidak mau kehilangan semua itu.

Ferel menatap sengit kearah Aurel. Ia mendekati Aurel dan langsung menekan kedua pipi Aurel dengan kencang.

"Turuti saja ucapan saya." kata Ferel yang langsung menghempaskan pegangannya pada kedua pipi Aurel dengan kasar.

Aurel lagi-lagi meringis. Jari Ferel menyakiti kedua pipinya. Pipinya terasa nyeri karna Ferel terlalu kuat menekannya. Sungguh Aurel tak mengerti dengan keadaanya sekarang. Permasalahan mereka sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan hubungan kantor. Ditambah Aurel merasa sedih karena telah mencintai orang yang kejam seperti Ferel.

"Tapi- emmphhh."

Baru ingin membantah lagi Ferel dengan kejamnya membekap mulut Aurel dengan mulutnya. Tangannya menekan belakang leher Aurel. Aurel yang mendapatkan serangan kasar seperti itu menolak dengan menutup mulutnya rapat-rapat, tapi sialnya Ferel menjambak rambutnya yang tergerai kebelakang itu sedikit kencang membuat Aurel meringis kesakitan dan akhirnya membuka mulutnya membuat Ferel leluasa bermain dibibirnya. Tangan Aurel memukul-mukul dada bidang Ferel yang rupanya sangat dipenuhi kabut gairah itu, tapi nihil Ferel terus melumatnya dengan rakus.

Lama Ferel bermain dengan bibir manis Aurel akhirnya lumatan itu Ferel lepaskan, membiarkan Aurel menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

"Hah.. kamu gila? Saya gabisa nafas!!" ketus Aurel mendorong dada bidang Ferel seraya mengatur deru nafasnya yang saat ini tak beraturan.

Aurel rasa posisinya sekarang sedang tidak aman, ia harus kabur dari sini. Tapi sialnya, baru akan melangkah pergi dari ruangan itu, Aurel kembali lagi ditarik dan didorong dengan keras hingga terlempar keatas tempat tidur kembali.

"Jangan coba untuk kabur, manis." kata Ferel seperti berbisik seraya mengusap lembut pipi mulus Aurel. Dan itu seperti bisikan seorang iblis dipendengaran Aurel saat ini.

"Kam- mphhh.."

Ferel kembali lagi melumat bibir Aurel. Mata Aurel melotot tak percaya, ia sepenuhnya sadarkan diri. Sekarang Ferel benar-benar diatasnya. Menyentuh bagian tertentu yang Aurel punya. Dan tanpa Aurel sadari air matanya sudah turun membuat kedua pipinya basah. Mulutnya sudah terisak kala Ferel berhasil melepaskan kancing kemejanya yang pertama dan kedua. Aurel selalu memberontak dan mencegah apa yang akan Ferel lakukan, tapi sayang tenaga Ferel lebih kuat dibandingkan dirinya. Ia hanya berdoa dalam hati agar mereka tak sampai melakukan itu dan semoga saja ada yang menolongnya saat ini. Sungguh, Aurel belum siap untuk melakukan hubungan suami-istri apalagi ini melakukannya dengan cara terpaksa bukan karena cinta. Aurel tidak mau.

Tok!Tok!Tok!

Awalnya ketukan pintu itu tak menggagu aktivitas Ferel. Tapi semakin lama ketukannya semakin keras dan semakin kencang.

"Pak? Bapak ada didalam?" teriak seseorang dari arah luar.

Ferel menghentikan aktivitasnya. Aurel bisa melihat Ferel yang bangun dari atasnya lalu merapihkan kemeja abu-abunya yang terlihat berantakan itu.

"Rapihkan pakaian kamu." ujar Ferel melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.

Namun ketika sampai pintu Ferel kembali menoleh kearah Aurel yang masih duduk ditepi ranjang dengan menundukan kepalanya, menyembunyikan air matanya.

"Jangan keluar dengan keadaan seperti itu, dan jangan keluar ketika ada seseorang dirungan saya." pesan Ferel setelah itu benar-benar pergi menghilang dibalik pintu.

- - - - - -

Tbc.
Jangan lupa tinggalkan jejak guys..

My Husband Is Devil √ [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now