2018 : 18

1K 87 2
                                    

kaget gak? hahaha tumben banget kan aku update siang-siang begini :p

karena ntar sore sampe malem ada acara, jadi kupikir aku update gasik aja.

seperti biasa, read-vote-comment ya... bantu benerin typo juga boleh banget ^^

enjoy!


---


Jakarta, September 2018, siang hari


Kia sedang menikmati makan siangnya yang berupa rice bowl. Karena dia masih menyunting beberapa naskah artikel, dia makan siang di kubikelnya setelah memesan dari aplikasi ojek daring seraya bekerja. Agar tidak mengganggu yang lain, yang juga sedang bekerja di jam istirahat ini, Kia memasang earphone dan mendengarkan musik dari ponselnya hingga ponsel tersebut berdering dan sedikit mengagetkannya.

Kia membeku sesaat begitu melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Dia mengernyit, masih sedikit aneh jika orang itu menelepon tanpa diiringi oleh pemberitahuan terlebih dahulu.

"Assalamu 'alaikum, Rei?" sapa Kia. "Ada apa?"

Terdengar kekehan dari seberang sebelum disusul dengan salam. "Wa 'alaikum salam, Ki. Kok kamu langsung defensif begitu, nanya-nanya ada apa?"

Kia menghela nafas seraya mulai menyuapkan sesendok rice bowl-nya agar terkesan bahwa dia sedang sangat sibuk saat ini. "Nggak sih, cuma sekarang ini aku lagi makan siang sambil kerja."

"Oh, di sana lagi jam makan siang, ya?"

Kia menggumam tanda membenarkan pertanyaan Rei. "Kamu masih di Lombok?"

"Enggak, aku malah dipindah ke Palu. Udah denger kan, kalau di Palu juga ada bencana?"

"Oh, bener juga," sahut Kia yang kemudian mempercepat kunyahannya sebelum menelan makanan yang telah halus tersebut. "Kamu baik-baik aja, kan?"

Kia sangat yakin dia dapat mendengar seringaian di seberang. "Kamu khawatir?" tanya Rei dengan nada setengah bercanda, yang sudah sempat Kia perkiraan.

"Kamu temanku, mana mungkin aku nggak khawatir di saat kamu sedang mengemban tugas di daerah yang baru saja kena gempa dan tsunami?" Kia balik bertanya, namun nadanya menunjukkan keseriusan. Dia bahkan menjauhkan mangkuk kertas rice bowl-nya agar tidak tergoda untuk makan lagi.

Namun, Rei malah terdiam seribu bahasa mendengar kata-kata Kia. Kia sendiri seolah mengerti mengapa Rei diam seperti itu. Menyadari bahwa setelah ini mereka mungkin saja akan berbicara lebih serius, Kia menutup mangkuk kertasnya dan beranjak dari kursinya. Dengan menggenggam ponselnya, Kia berjalan menuju pintu keluar darurat karena di sana merupakan tempat yang relatif aman baginya untuk berbicara mengenai hal pribadi baik langsung maupun di telepon.

"Rei?" panggil Kia setelah tidak ada respons apapun selama dirinya mengungsi ke balik pintu tangga darurat. "Sebenarnya ada yang pengin aku omongin—"

"Kamu udah selesai makan?" tanya Rei, memotong kalimat Kia.

Kia jadi kehilangan fokus gara-gara hal tersebut. "Hah? Emm... belum, sih. Aku bisa makan nanti. Gini—"

"Eh, dimakan dulu aja, Ki. Nanti kamu kelaparan, lho. Kalau udah masuk jam kerja, pasti udah nggak boleh makan lagi, kan?"

"Boleh kok, soalnya bos aku lagi keluar juga. Toh udah masuk jam kerja kami masih boleh ngemil," ujar Kia yang mulai gemas. "Rei—"

"—kok aturannya enak banget Ki—"

"REI!" Kia berseru lantang. Kesabarannya menipis. "Bisa dengerin aku sebentar, nggak? Aku mau ngomong sama kamu, penting. Jangan melarikan diri! Kamu ini kebiasaan banget, ya. Setiap aku mau ngomong penting, kamu selalu menghindar kayak gitu!"

TraveloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang