2018 : 09

1K 105 10
                                    

selamat hari selasa!

whoa... nggak kerasa ya, Travelove sudah memasuki chapter ke-30.

kira-kira masih lama atau bentar lagi ya selesainya...? hahaha

yah, dinikmati aja perjalanan cinta babang bram & neng kia ini, ya.

terima kasih atas vote & comment temen-temen semua, ya ^^ bagi new readers, welcome to the club deh ya wkwkwk semoga cerita dua sejoli kita ini memuaskan anda //lho

seperti biasa, read-vote-comment dan boleh banget kasih tahu typonya.

(((follow aku juga boleh lho uhuk)))

enjoy!


---


Semarang, Juni 2018, pagi menjelang siang hari


Tidak hanya bubur ayam yang dijual di sana. Sebagai penggemar makanan laut, sudah pasti Kia memesan bubur tiga rasa seafood. Bram juga memesan itu. Katanya, "Senang ya, nggak punya alergi sama seafood. Jadi bisa menikmati hidup." Kia hanya tersenyum mendengarnya, sambil bersyukur karena Bram berkata demikian dengan suara kecil. Kalau di kedai bubur tersebut ada pengunjung yang alergi makanan laut, bisa sakit hati mendengarnya.

Selama menunggu pesanan, Kia merasa sedikit tidak nyaman dengan keheningan yang menyelimuti mereka berdua. Di sisi lain, Bram memiliki banyak sekali pertanyaan yang ingin disampaikannya kepada Kia, tapi tidak tahu harus mulai dari mana. Satu-satunya hal yang saat ini mampu dilakukannya adalah memandangi gadis itu, yang masih menunduk memperhatikan jalinan jemarinya.

Bram dapat melihat kegugupan Kia. Mungkin juga sedang merasa bersalah. Bahunya naik, tangannya sedikit gemetaran, dan sampai saat ini belum mau mendongak untuk bertatap muka dengan Bram. Ingin rasanya Bram memeluk gadis itu, meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun aksinya tadi yang menarik tangan Kia sudah terhitung terlalu jauh, dan Bram tidak mau disangka sebagai laki-laki agresif yang tidak tahu batasan. Apalagi ini tempat umum, yang memiliki batas-batas tertentu dalam menunjukkan kemesraan dengan pasangan.

Duh, emangnya batas suci?! maki Bram kepada dirinya sendiri dalam hati.

Untunglah pesanan mereka segera datang. Secara bersamaan mereka mengucapkan terima kasih kepada pramusajinya, yang dibalas 'sama-sama' dengan senyum jenaka melihat kekompakan mereka. Sementara itu, pipi Kia merona dan Bram menahan tawa.

Meskipun mereka belum berbicara apa-apa lagi, Bram sangat senang melihat Kia makan. Kia bukan tipe gadis yang rela menjaga citra diri hanya demi makanan. Ketika Kia menemukan makanan kesukaannya atau makanan baru yang kemudian cocok dengan seleranya, dia tidak akan menahan diri. Lucunya, melihat cara makan Kia justru menambah nafsu makannya sendiri. Setidaknya, beberapa hal memang tidak berubah di mata Bram... dan tidak boleh berubah.

Bram sampai bertanya dalam hati, apakah kira-kira Kia sudah kenyang dengan porsi segitu? Apakah Kia menginginkan menu lain? Tentu saja Bram berpikir begitu karena hari ini akan menjadi hari yang panjang bagi Kia. Gadis itu harus meliput ke sana kemari meskipun sudah ada Bram yang bersedia mengantarnya. Untung saja tadi Doni langsung mengerti kalau bosnya sibuk sehingga hari ini dialah yang mengepalai karyawan lainnya.

Akhirnya sarapan Bram pun tandas. Kia masih menikmati sarapannya, namun sudah hampir tandas juga. Ada sedikit waktu bagi Bram untuk diam-diam memandangi Kia. Gadis itu terlihat sedikit kurusan, maka dari itu Bram lega karena nafsu makan Kia tidak berubah. Kia juga terlihat lebih cerah dan cantik dengan riasan tipis di wajahnya meskipun mulai luntur terkena keringat dan segala macam hal. Polesan merah di bibir Kia juga sudah mulai pudar karena bibir tersebut bersentuhan dengan sendok dan pinggiran gelas.

TraveloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang