Our Hero [✔]

Our Hero //7

"Kau teman Lesley ya?" Ucap Alucard. Ia memaki dirinya sendiri karena telah melontarkan pertanyaan bodoh itu tanpa sadar.

Gusion terlihat bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan Alucard. Namun sesaat kemudian, ia tertawa lepas.

"Haha. Kau ini ada ada saja. Masa yang seperti itu ditanyakan?" Ucapnya di akhir tawa.

"Kalian terlihat sangat dekat" Ucap Alucard jujur.

"Iya, dulu kami memang berteman. Makanya kami terlihat dekat" Ucap Gusion. Alucard dibuat bingung atas jawaban Gusion.

"Dulu? Lalu sekarang?" Ucap Alucard lagi.

"Kami sepasang kekasih" Ucap Gusion tersenyum, memandang kearah langit.

Alucard terdiam mendengar jawaban Gusion. Ia merasa ada bagian kecil dalam dirinya yang hancur begitu mendengar jawaban Gusion. Ia ingin marah dan kecewa. Tapi, sesaat kemudian ia sadar. Memangnya siapa dirinya berhak marah akan hal seperti itu?

Alucard memilih tersenyum kemudian mengangguk merespon jawaban Gusion.

"Aku tau kau menyukainya" Ucap Gusion tiba tiba.

Alucard kaget mendengar kalimat yang baru saja Gusion ucapkan itu. Ia melontarkan pandangan bingung.

"Tak apa, aku tidak akan bersikap kekanak kanakan. Marah, cemburu, atau sejenisnya. Lesley memang perempuan hebat. Wajar jika kau menaruh hati padanya. Terlebih kalian memang ditakdirkan untuk dekat dan bertemu setiap hari. Tapi, aku tau kau bukanlah pria yang ingin merebut hati wanita yang sudah memiliki kekasih, bukan?" Ucap Gusion. Alucard memandang Gusion dengan pandangan kagum.

"Aku suka cara berpikirmu, Gusion. Tentu saja tidak, aku tidak akan berbuat begitu. Bahkan aku berterimakasih kau tidak melarangku untuk terus berlatih dengan Lesley" Ucap Alucard.

"Haha don't say it, bro. Selain Lesley, kau juga punya aku untuk berlatih. Kalau kau butuh sesuatu, panggil saja aku" Ucap Gusion terkesan ramah.

"Tentu saja, terimakasih" Ucap Alucard turut senang mendengar ucapan Gusion.

Mereka berdua memutuskan untuk kembali ke rumah Lesley. Sesampainya disana, mereka disambut dengan minuman segar dan kue.

"Terimakasih" Ucap Alucard setelah meneguk minuman miliknya.

"Sama sama. Bagaimana latihanmu? Apa kau menikmatinya?" Tanya Lesley.

"Aku senang" Ucap Alucard. Ia sempat melirik kearah Gusion. Gusion tersenyum seperti benar benar tidak ada rasa cemburu padanya.

"Aku senang kalau kau senang" Ucap Lesley. Ia menghampiri Gusion dan memukul pundaknya pelan.

"Thankyou" Ucap Lesley.

"It's ok, hun" Ucap Gusion melingkarkan lengannya di pundak Lesley.

Lesley segera menurunkan lengan Gusion dan menatapnya dengan tatapan tak suka.

Alucard hanya tersenyum melihat kejadian itu. Tidak, kali ini ia merasa tidak cemburu. Ia justru senang melihat kedekatan mereka berdua.

Gusion terkekeh melihat wajah kesal Lesley.

"Kau berteman baik dengan Alucard bukan? Kau tidak berbicara yang macam macam kan?" Ucap Lesley dengan tatapan mengintimidasi.

"Hahaha. Tidak kok, semua aman" Ucap Gusion seraya tertawa.

_____________

"Bagaimana latihanmu hari ini, nak?" Tanya Liona begitu Alucard sampai di istana.

"Berjalan lancar" Ucap Alucard. Ia menaiki tangga dan berjalan menuju kamarnya, hendak membersihkan diri.

"Baguslah, jangan lupa makan malam" Ucap Liona dari lantai bawah.

"Oke bundaa" Ucap Alucard setengah berteriak dari lantai atas.

Alucard memasuki kamarnya dan menutup pintu rapat rapat. Ia duduk di tempat tidur miliknya seraya memutar ulang kejadian hari ini dalam otaknya. Lantas ia tersenyum mengingatnya. Teman baru, senjata baru, dan perasaan baru. Ia tak menyangka bahwa jatuh cinta pertamanya sangat cepat berlalu. Ia bersyukur bahwa perasaannya pada Lesley belum terlalu dalam, sehingga ia tak merasakan sakit hati yang berarti.

Ia segera membersihkan diri dan bergegas turun ke bawah untuk menyantap hidangan makan malam.

Alucard duduk di salah satu bangku kemudian mengambil masakan yang ia inginkan. Ia mulai menyuap makanannya secara perlahan.

Ia nyaris tersedak ketika Liona tiba tiba saja menepuk pundaknya. Pelan, namun cukup mengagetkan.

"Alucard, sehabis makan nanti, temani bunda ya" Ucap Liona.

"Kemana?"