Our Hero //8

490 56 1
                                    

"Kemana?"

"Ke pertemuan kerajaan, di kota seberang" Ucap Liona.

"Pertemuan kerajaan? Yang benar saja" Ucap Alcard seraya menampilkan muka cemberutnya di depan sang bunda.

Ia benci pertemuan kerajaan. Satu tahun lalu ia juga ikut sang bunda menghadiri acara tersebut. Namun kemudian ia hanya duduk menyendiri di taman sampai sang bunda selesai. Sungguh sangat membosankan.

"Ayolah, ini sudah malam, bunda kesepian kalau harus sendiri kesana" Ucap Liona membujuk.

"Tapi besok aku kan harus latihan, bunda. Kalau terlalu lelah aku tidak akan bisa maksimal di latihan besok" Ucap Alucard membela diri.

"Besok istirahatlah dulu. Pokoknya malam ini temani bunda ya" Ucap Liona dengan tatapan memohon.

"Baiklah baiklah" Ucap Alucard mengalah. Liona segera memeluk Alucard dengan erat.

"Bundaa alucard mau makaan" Ucapnya berusaha melepas pelukan sang bunda.

"Bunda ke kamar dulu, habis makan kamu bersiap ya"

Liona segera melepas pelukannya dan berjalan kearah kamarnya.

Alucard segera menghabiskan makan malamnya dan mengganti pakaian menjadi pakaian formal.

_____________

"Alucard mau menunggu bunda kan?" Ucap Liona sesampainya disana.

"Bukannya memang harus begitu?" Tanya Alucard seraya memutar bola matanya. Sungguh, ia sangat tak suka pertemuan kerajaan.

"Hahaha. Iya, memang harus begitu. Sampai jumpa nanti" Ucap Liona kemudian segera berlalu memasuki kerajaan tetangga.

Alucard memutuskan untuk pergi ke taman, seperti tahun lalu. Ia duduk di salah satu kursi taman, menikmati dinginnya udara malam.

Namun, ketenangannya terganggu oleh suara laki laki yang sedang berbicara dan perempuan yang sedang menangis tersedu sedu. Alucard memutuskan untuk mengacuhkannya dan tetap berusaha menikmati udara malam.

Tiba tiba saja suara laki laki itu menghilang dan terdengar suara langkah kaki mendekat.

Alucard hampir saja terlonjak karena kaget akan kehadiran sosok laki laki di sampingnya. Laki laki itu memandang Alucard dengan pandangan datar, kemudian ia pergi berlalu begitu saja.

Alucard menatap punggung laki laki itu yang kian menjauh. Namun, fokusnya teralihkan pada suara tangis perempuan yang masih terdengar jelas di telinganya. Karena mulai merasa tak nyaman, Alucard memutuskan untuk mencari sumber suara.

Ia sangat terkejut melihat perempuan yang tengah duduk di rumput sambil mengangis tersedu sedu.

'Bagaimana bisa ada perempuan yang menangis separah ini?' Pikirnya heran.

Alucard memutuskan untuk melihat perempuan itu lebih dekat dan berjongkok di depan perempuan itu. Melihat lebih jelas wajah yang masih tertutup oleh tangan karena menangis.

"Hei?" Ucap Alucard bingung.

Perempuan itu tak menghiraukan sapaan Alucard. Ia bahkan sepertinya tak menyadari kehadiran Alucard di depannya.

"Hei?" Ucap Alucard sekali lagi, kali ini ia memegang pundak perempuan itu.

Perempuan itu mendongakkan kepalanya dan menatap Alucard.

"Kau siapa?" Tanya perempuan itu di sela tangisnya.

"Aku Alucard. Kau kenapa menangis disini? Sendirian?" Tanya Alucard.

Perempuan itu menatap Alucard lekat lekat. Tangisnya mulai mereda.

Alucard menatap perempuan itu dengan pandangan bingung.

"Hei?" Ucap Alucard memastikan bahwa perempuan di depannya masih hidup.

"Eh? A--aku Miya" Ucap perempuan itu terbata bata. Ia menundukkan kepalanya.

"Kenapa kau menangis?" Tanya Alucard. Kini, ia telah duduk disamping Miya.

"Kenapa kau ingin tau?" Tanya Miya balik. Alucard memandang Miya dengan tatapan aneh.

"Hmm aku hanya peduli sedikit. Memangnya aku laki laki macam apa yang membiarkan perempuan menangis sendirian di malam hari" Ucap Alucard acuh tak acuh.

"Aku tidak membutuhkan belas kasihanmu" Ucap Miya terkesan angkuh. Alucard memandang Miya dengan tatapan tak suka.

"Yasudah. Kalau kau merasa terganggu lebih baik aku pergi. Teruskan tangismu itu" Ucap Alucard tak kalah angkuh.

 Ia kemudian hendak bangkit dari duduknya. Namun, Miya menahan tangannya sehingga Alucard kembali terduduk.

"Kau ini mau apa?" Ucap Alucard.

"Disini saja. Temani aku sebentar" Ucap Miya menunduk.

Alucard menghela nafas, berusaha meredam emosinya. Ia harus sabar menghadapi perempuan, ia tak boleh memakai kekerasan.

Alucard memutuskan untuk duduk kembali di samping Miya.

Our Hero [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang