20. Sulit

534 239 142
                                    

"Loh? Alfa bukan ini?" Ucap laki-laki yang baru saja masuk.

Alfa menghadap kearah asal suara, lalu terdiam sesaat.

"Tante, dia beneran kritis? Tante gak salah? Dia bisa sembuhkan Tan? Tante jawab aku, tan." Ujar Alfa sambil memegang kedua belah lengan tante-nya itu.

Laki-laki yang baru saja masuk langsung menarik Alfa dari ruang ICU itu dan membawanya ketaman samping rumah sakit.

"LU UDAH BUAT SAKIT ADEK GUE, KARENA LU ADEK GUE JADI STRESS, KARENA LU ADEK GUE DIBULLY DISEKOLAHNYA, GUE BAKAL BALAS LU, SIALAN." Ucap Keras mas Fero kepada Alfa yang hanya berdiri pasrah.

"LU DIAM AJA KENAPA? TAKUT? HAH, JAWAB GUE BAJINGAN." Sekali lagi mas Fero membentak Alfa.

Alfa lalu mengarahkan tangan mas Fero kewajahnya, "Pukul aja kak, habisin aja gue kak. Gue memang salah, memang sialan, memang bajingan. Byne sekarang seperti ini karena gue kak, tolong kak gantikan Byne dengan gue, ambil aja nyawa gue demi membalas kesalahan gue ke dia kak, ambil kak ambil."

Pegangan Alfa tiba-tiba terlepas, lalu ia duduk dibangku taman sambil menangis. Tak lupa sambil mengutuk dirinya.

"SIALAN, SEMUA KARENA GUE. BODOH BANGET GUE ANJING NURUTIN TANTANGAN BODOH ITU." Ucap Alfa sambil memukul beberapa kali kepalanya.

Mas Fero mulai mendekati Alfa lalu menghentikan tangan Alfa. Mas Fero tersenyum lalu duduk disamping Alfa.

"Maaf, gue udah kasar. Gak seharusnya gue marah. Gue gak bisa marah sama lu apalagi nyakitin cintanya adek gue sendiri." Lalu mas Fero memeluk Alfa bertujuan untuk menenangkannya.

Alfa tersenyum, "Maaf kak, maaf udah buat semuanya terjadi dengan berantakan seperti ini. T-tapi bolehkah selama dia sakit disini aku melihatnya?"

Mas Fero tersenyum lalu mengangguk, "Terimakasih."

Setelah itu mereka berdua beranjak dari bangku taman itu keruang sebelumnya. Mereka berdua saling bertukar kisah seputar Byne. Mas Fero bercerita tentang keadaan Byne setelah ditinggal oleh Alfa, masalah Byne disekolah serta tentang penyakitnya.

Lalu Alfa juga bercerita mengapa ia harus meninggalkan Byne, dan alasan mengapa melakukan hal yang membuat cerita ini kandas padahal masih dalam keadaan yang rumit.

"Maaf, kak."

Bahu Alfa ditepuk, lalu diusap tanda menguatkan. "Yang sabar, Tuhan sedang menguji kalian. Byne saja kuat, walau fisiknya lemah. Masa lu kalah?"

Mas Fero tertawa lalu pergi dari tempat yang menjadi saksi keakraban mereka berdua hari ini.

Dua minggu sudah berlalu dari kejadian itu, keadaan Byne sudah mulai membaik. Rencananya, hari ini Byne dapat dibawa pulang kekotanya. Mas Fero yang sudah menjaganya selama dirumah sakit terlihat bahagia, tetapi sekejap bahagianya sirna saat melihat seorang laki-laki yang hanya dapat melihat Byne dari kaca sekarang.

"Dek, mas keluar dulu ya." Ucap mas Fero lalu beranjak keluar dari kamar pasien bernomor 29 itu.

Alfa melihat Mas Fero keluar dari kamar itu lalu mendatanginya, "Makasih ya kak."

Mas Fero lalu memeluk Alfa, "Gue yang harusnya ngucap itu. Makasih udah jaga adek gue, makasih juga udah memberi gue kekuatan selama disini. Tapi lu serius gak mau ketemu adek gue?"

Alfa terlihat tersenyum sendu, sangat sendu lebih tepatnya. "Udah janji kak, gak bakal lagi nampakin muka gue dihadapan dia secara tersengaja."

"Ayo lah, janji macam apa itu? Sebelum benar-benar pergi, sebaiknya bertemu bukan, ya hitung-hitung pengobat rindu." Balas mas Fero.

Hiraeth.Where stories live. Discover now