19. Keadilan

506 253 226
                                    

Beberapa hari terakhir Byne lewati dengan kejadian yang seperti terulang kembali dengan sempurna untuknya.

Sama seperti hari ini, ketika Byne sedang asik melamun dibangku taman datanglah geng Zara yang dengan kasar mengambil handphone Byne dari sakunya.

"Tolong kembalikan." Ucap Byne lemah.

Ya, kondisi Byne beberapa Minggu ini benar-benar tak dalam keadaan sehat. Terutama hari ini, wajahnya terlihat pucat sekali.

"Mau ini? Kejar gue dulu." Ucap salah seorang anggota geng Zara, dan ia-pun berlari.

Byne tetap memaksakan dirinya untuk berlari sekuat tenaganya, tetapi setengah jalan tubuhnya mulai tak seimbang. Pandangannya buram, tangan dan kakinya dingin, napasnya mulai tak beraturan, dan jam jantungnya mulai berbunyi- ya apalagi, ini menandakan denyut jantungnya sedang tidak stabil.

Hitungan detik, tubuh Byne lalu tumbang. Sebelum benar-benar tumbang ditengah lapangan, dengan cepat Alex menangkapnya.

Alex terlihat kaget saat menatap wajah Byne yang seperti mayat hidup.

Dengan cepat Alex membawa Byne keruang kesehatan sekolah dan meminta bantuan kepada perawat yang bertugas. Tetapi sebelum benar-benar perawat itu memeriksa Byne, perawat itu meminta Alex untuk keluar dan tidak usah khawatir.

Perawat bernama Edo itu dengan cepat melakukan penanganan awal sembari menunggu ambulan datang untuk membawa Byne kerumah untuk diperiksa lebih lanjut.

"Byne, kamu kenapa bisa gini lagi? Tolong Byne bertahanlah, perjalanan hidupmu masih sangatlah panjang, tolong." Ucap perawat Edo itu sambil mengusap kening sepupunya itu.

Bunyi ambulan terdengar, Byne yang tak sadarkan diri mulai diangkat dan dimasukkan kedalam ambulan lalu dilarikan secepatnya kerumah sakit.

Ini tak hanya membuat geger teman sekelas Byne saja, tetapi membuat geger satu sekolah.

Alex selaku ketua osis-pun mulai bertindak atas kejadian yang menimpa perempuan yang ia cintai itu. Alex dengan segara memanggil seluruh anggota geng Zara kedalam ruang BK dan sudah mendapatkan persetujuan dari guru BK-nya juga.

"Kalian tau apa yang sudah kalian perbuat? Apakah kalian tidak merasa bersalah?" Tanya guru BK kepada 5 orang siswi dihadapannya ini.

Kelima siswi itu diam, tetapi berselang beberapa detik ketua geng itu mulai buka bicara.

"Ibu jangan asal menuduh, kami tidak melakukan apa-apa. Kami hanya bermain dengan Byne, salahkan saja Byne yang tak tau kondisi hendak bermain bersama kami."

Alex menatap ganas kearah Zara, "Lu? Main sama Byne? Lu udah tobat atau lu mau bikin muslihat baru lagi? Plis ya, lu itu udah terkenal penindas disekolah ini. Gue gak mau karena kalian mengganggu Byne hari ini, sampai membuat Byne kenapa-kenapa."

"Seperti dia hendak mati saja, lihatlah dia cuma pingsan. Lu aja yang melebih-lebihkan, Lex."

"Jaga bicara kamu, ibu tau kalian semingguan ini sudah melakukan penindasan kepada Byne, tapi untuk kali ini ibu sudah tak bisa tinggal diam lagi." Ucap guru BK itu kepada anggota geng Zara.

"Lalu, ibu mau apa?" Ucap salah seorang anggota Zara yang mengambil handphone Byne tadi, Lisa.

"Ibu mau, kalian panggil orang tua kalian sekarang kesini, Zara, Lisa. Dan juga, ibu akan panggil orang tua Byne dan akan membicarakan semua ini, dan semua penindasan itu. Tak lupa ibu akan memanggil direktur sekolah." Balas guru BK itu.

"Ibu gak tau? Papa saya sibuk Bu, jangan melebih-lebihkan lah Bu." Ucap Zara.

"Dan ibu juga gak tau siapa ayah saya? Ayah saya wakil kepala sekolah disini bu? Memang ibu berani?"

Hiraeth.Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu