[01] Our Life

30.6K 1.6K 92
                                    

Jieun POV.

Namaku Jieun, Jeon Jieun. Seorang perawat yang bekerja di sebuah rumah sakit ternama di Seoul. Aku mempunyai seorang kakak laki-laki, Jeon Jungkook. Usianya hanya terpaut 2 tahun denganku. Sekarang usiaku genap 25 tahun, dan dia berumur 27 tahun. Dia seorang direktur di perusahannya.

Statusku?

Aku sudah menikah. Dengan dokter yang berkerja di rumah sakit yang sama denganku. Kim Seokjin. Usia kami berjarak 5 tahun. Jauh kan? Ini semua karena orang tuaku. Mereka lah yang menikahkan kami berdua. Ibu dan Ayahku berteman lama dengan Ayah dan Ibu Seokjin. Ups, maaf.. Aku terbiasa memanggilnya langsung tanpa ada tambahan apapun saat di apartemen. Kecuali, saat kami berkerja.

Sebenarnya aku masih ingin sendiri, masa lajang sangat menyenangkan dan mengasikkan bagiku. Kita bisa hangout dengan teman lama, pulang larut dan kadang sampai menginap disalah satu rumah teman.

Namun, Tuhan sepertinya tidak setuju. Aku terpaksa menikah di umurku yang masih muda:" Kasihan sekali:"(

Apakah aku mencintainya?  Entahlah mungkin tidak. Aku tak tau. Jujur, setelah 5 hari kami menikah, dia---Seokjin---dia tak banyak bicara, lebih didominasi dengan sifat cuek dan dinginnya. Oh ayolah, aku juga butuh seseorang untuk mengajakku bicara.

Kami sangat jarang meluangkan waktu bersama, benar jika kami berangkat kerja bersama. Namun saat pulang kami berpisah. Biasanya dia pulang sangat larut, dan dipastikan aku sudah tidur.

Kamar kami berbeda. Dia tidur dikamar lantai dua dan aku di lantai dasar. Aku malas untuk naik tangga. Keluarga kami tidak tahu bahwa kami tidur secara berpisah. Jika saja mereka tahu, mungkin aku dan Seokjin tidak akan selamat:') Mungkin.

Hari ini weekend. Seperti weekend sebelumnya, aku lebih memilih membersihkan rumah saat aku belum menikah, dan sekarang membersihkan seluruh apartemen kami. Lagipula aku juga malas untuk keluar, dingin. Udara sangat dingin akhir-akhir ini.

Aku mulai membersihkan lantai atas dahulu, kamar Seokjin. Suamiku. Entahlah, aku tak yakin dia benar-benar suamiku. Kami terlihat tak seperti seorang Suami-Isteri pada umumnya.

Aku membuka pintu kamarnya, benar saja dia masih tidur. Aku tahu akhir-akhir ini ia pulang sangat larut, bahkan terkadang ia sampai menginap di rumah sakit. Jujur aku kasihan terhadapnya.

Aku langsung saja membersihkan kamarnya, oh lihat saja, seperti kapal pecah. Kaos kaki berada di nakas, jas dan kemeja berceceran, seperti kandang babi.

Aku memunguti semuanya dan memasukkan kedalam tempat cucian. Seokjin menggeliat namun masih dengan mata terpejam. Mungkin suara mesin penyedot debu yang kupakai mengganggu tidurnya.

Sejenak aku mematikan mesinnya. Aku mendekati ranjangnya dan menaikkan kembali selimut yang tersibak sampai ke lehernya. Dia kembali memeluk gulingnya.

"Apa aku mengganggumu?" Tanyaku sambil mengelus lembut dahinya.

Nihil, tidak ada jawaban.

"Baiklah, aku tahu kau lelah, tidurlah.."

Aku kembali membersihkan kamarnya, tentu saja dengan hati-hati. Aku tak ingin mengganggunya.

Setelah selesai aku turun ke bawah dan membersihkan lainnya. Seperti menyapu, menata bantal sofa, mencuci piring bekas makan malam, atau bahkan mencuci baju. Semua ku lakukan sendiri. Ini sudah menjadi tugasku dan aku harus menjalaninya. Aku lebih suka seperti ini dibanding dengan ibu rumah tangga yang lebih memilih menyewa pembantu. Oh, itu bukan kriteriaku.

*****

Akhirnya kelar juga semuanya. Bahkan rasanya tubuhku remuk untuk saat ini. Aku meregangkan otot-otot ku sambil sesekali menguap. Aku mengantuk, dan lapar. Aku belum sarapan dari tadi. Dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 12 siang.

Aku segera menuju kulkas untuk mengambil bahan-bahan masakan. Aku tak ingin berlama-lama, jadi aku memutuskan untuk membuat sandwich dan segelas susu coklat.

Saking asyiknya memasak, aku hingga terlupa satu hal. Seokjin dari tadi belum turun. Apakah dia masih betah tidur? Molla, biarkan saja dia. Toh nanti jika lapar dia akan turun dan memasak sendiri.

Aku sudah menghabiskan makananku, dan aku lebih memutuskan untuk menonton TV di ruang tengah.

Aku sengaja duduk di lantai yang beralaskan karpet berbulu. Tak tahu kenapa kantukku mulai datang. Sebenarnya aku iseng saja meletakkan kepala ku di meja dengan lenganku sebagai tumpuannya. Dan akhirnya, aku tertidur, dengan TV yang masih menyala.

*****

Perlahan aku menggerjap-gerjapkan mataku  dan melirik sekitar. Ini kamarku! Tunggu, bukankah aku tadi ketiduran di ruang tengah? Apakah Seokjin menggendongku ke kamar? Apakah dia sudah makan? Sudah bangun? Itu yang terpikir di benakku.

Akhirnya aku memutuskan untuk bangkit dan keluar kamar menuju ke ruang tengah.

Benar saja, Seokjin sudah bangun. Ia duduk di sofa sambil menonton TV dan ditemani beberapa buah untuk camilannya.

Aku perlahan mendekatinya, dia masih tak menyadari kehadiranku, akhirnya aku memutuskan untuk menepuk pundaknya. Dia sedikit tersentak.

"Apa kau yang lakukan?" Astaga! Bodohnya diriku! Kenapa aku menanyakan hal konyol seperti itu. Aku menggigit bibirku sendiri karena geram atas diriku sendiri. Aaish Jieun paboya!

Dia tak menjawab, masih fokus dengan TV nya. Dasar es_-

"Apa kau yang memindahkan ku ke kamar?" Dia mengangguk. Baguslah, setidaknya aku tak diabaikan seperti sebelumnya.

"Apa kau sudah makan?" Dia masih saja mengangguk. Huuhh! Ingin sekali aku merobek wajahnya,. Eh, anniyo.. wajah tampannya akan rusak:3

"Apa kau---"

"Kenapa kau banyak bertanya eoh? "

Dia memotong pembicaraanku sambil berbalik menghadapku. Jantungku!!!

Aku tak berani menatapnya, aku hanya menundukkan kepala. "Mianhae.." lirihku.

"Hmm.." Dia berbalik lagi dan menghadap TV. Hiihhh! Ingin sekali aku menjambaknya!!!

"Dasar domba.." lirihku sangat pelan. Namun sialnya, dia masih bisa mendengarku.

"Apa kau barusan mengataiku domba?" Ucapnya tanpa berbalik.

"Anniyo, aku ingin boneka domba.. i-iya boneka domba.." Dia menggerdikkan bahunya acuh.

Aaisshhh Jinjja! Kenapa kau bodoh sekali Jieun-aa!! Aku memukuli kepala ku dengan tanganku. Selama berjalan kembali menuju kamar, mulutku tak henti-henti nya mengucapkan sumpah serapah.

Sesampainya di kamar, aku langsung menghempaskan diriku di ranjang. Menggulung selimut hingga menutupi seluruh tubuhku dari kaki sampai kepala.

Di dalam selimut, aku masih memikirkannya, Seokjin. Siapa lagi. Aaaa! Untuk apa aku memikirkan orang yang bahkan dia sendiri tidak peduli denganku!

Akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan tidurku yang terjeda tadi.





To Be Continuous.
Noona Tae💜

ICE - Kim Seokjin [✓]Where stories live. Discover now