Chapter 24 | Broken Happiness (2)

395 69 2
                                    

Sudah beberapa bulan setelah kejadian Eun Ji keguguran. Eun Ji kadang masih suka menyalahkan dirinya sendiri. Min Seok sendiri sudah capek mengingatkan bahwa itu bukan salah Eun Ji. Namun wanita itu masih bersikeras bahwa dirinya bukanlah seorang ibu yang baik. Terkadang hal ini memicu pertengkaran hebat di antara mereka berdua.

Harang -yang sudah masuk SMP- sekarang lebih suka mengurung diri di kamar. Entah apa yang dilakukannya berjam-jam di kamar. Antara main game di komputer atau belajar atau bermain hp. Harang hanya keluar kamar untuk makan dan pergi keluar. Setiap pagi dia keluar kamar dengan berpakaian rapi, sarapan, dan berangkat sekolah. Tak lupa juga ia sepulang sekolah langsung pergi ke tempat les.

Pagi hari ini pun semuanya tampak sangat kelam. Eun Ji menyuruh pembantu di rumah untuk menyiapkan sarapan. Itu karena Eun Ji harus datang secepatnya ke cafe untuk interview karyawan baru. Min Seok juga hanya meminum kopi saja dari mesin. Harang seperti biasa menyantap masakan pembantu rumah.

"Aku pergi dulu," kata Eun Ji sambil berdiri. Tangan kirinya membawa tas sedangkan tangan kananya membawa berkas-berkas serta kunci mobil.

"Harang, baik-baik ya di sekolah. Jangan lupa dengarkan apa kata guru dan tutor les,." Eun Ji mengusap rambut anaknya.

"Iya. Hati-hati di jalan." Harang menganggukan kepalanya tanpa menatap Eun Ji.

Eun Ji hanya menghela napas. Ia tidak mengerti dengan perilaku anaknya akhir-akhir ini. Mungkin itu yang dinamakan usia remaja. Memang yang paling sulit.

Kriinggg kriinggg~~~

HP Min Seok berbunyi. Min Seok langsung menaruh mug di atas meja kemudian mengangkat teleponnya. Mukanya tampak sangat terkejut begitu mendengar suara dari seberang sana.

"Seriusan kamu?!" bentak Min Seok.

"Astaga, kenapa bisa begini..."

"Loh, padahal saya belum tanda tangan berkas itu. Kenapa dia seenaknya saja menyetujui kontrak dengan klien?"

"Ah, bodoh sekali! Tunggu sebentar saya kesana!"

Min Seok menutup teleponnya sepihak. Ia dengan terburu-buru membereskan kopinya. Ia mengambil kunci mobil dan hpnya. Dia pergi tanpa pamit pada siapapun. 

Harang hanya menatap ayahnya pergi. Ia sudah tidak peduli terhadap ayahnya. Entah apa yang terjadi pada perusahaanya, Harang tidak peduli. Tugas dia sebagai anak di rumah ini adalah pergi sekolah, les, kemudian pulang ke rumah dan beristirahat. Itu saja. Dia tidak perlu ikut-ikutan urusan orang dewasa

"Nak Harang... Apakah sarapannya sudah selesai?" tanya si pembantu rumah.

Harang mengangguk. "Sudah, bu. Saya pergi dulu."

Pembantu itu buru-buru mengambil tas bekal dan memberikannya kepad Harang. Harang menerimanya dengan senyuman. Ia menggendong tasnya dan membawa bekal itu. Ia kemudian turun ke bawah. Supirnya sudah menunggu.

--

KMS COMPANY...

Min Seok berlari menuju ruang meeting. Ia menggebrak pintu begitu sampai. Di dalam sudah ada orang tuanya, Sehun, Kai, dan pegawai-pegawai lainnya. Min Seok berjalan ke salah satu pegawai dan ia mencengkeram kerahnya erat.

"Bagaimana bisa tanda tangan saya ada di situ sementara saya saja tidak pernah memegang berkasnya?!" tanya Min Seok kasar.

Pegawai bernama Daehwi itu melihat Min Seok ketakutan. "Sa... saya... saya me..."

Min Seok menggoyangkan cengkeramannya kasar. "Jawab saya! Jangan terbata-bata seperti itu!"

"Saya... saya scan tanda tangan bapak dan copy paste ke atas berkas tersebut." 

"Apa?! Scan?! You fucking scan my signature?!"

Min Seok melayangkan sebuah tonjokan. Alhasil ujung bibir Daehwi berdarah. Daehwi juga terjatuh dari kursi. Ketika pada pegawai lain ingin melerai, kedua orang tua dan Sehun serta Kai melarang mereka. Mereka berempat sangat tahu bagaimana Min Seok jika sudah seperti ini. Yang ada nanti malah makin banyak korban.

"Maafkan saya pak! Saya janji tidak akan seperti itu! Saya akan datang kembali ke perusahaan tersebut dan membatalkan kontrak!" teriak Daehwi minta ampun.

"Kamu kira segampang itu membatalkan kontrak?! Dengan tanda tangan saya tertera di situ, kita otomatis bekerja sama dengannya! Dan kamu tahu tidak?!" Min Seok membentak Daehwi.

"Ti... tidak pak."

"Perusahaan itu baru saja menerima uang dari kita atas kerjasamanya. Karena kebodohanmu yang abadi ini, sebagian besar uang perusahaan habis diambil perusahaan tersebut. Kalau ingin membuat kontrak, perhatikan nominalnya! BODOH!"

Min Seok menampar Daehwi lagi. Daehwi berteriak kesakitan. Min Seok tidak peduli. Ia sudah muak. Sebagian besar uang perusahaannya sudah ludes. Jika tidak kembali dalam satu bulan, mereka akan bangkrut. 

B

A

N

G

K

R

U

T.

"Sudahlah, kamu pergi dari sini dan jangan kembali lagi. Saya pecat kamu detik ini juga!"

"Tapi pak... saya sungguh minta maaf. Tolong jangan pecat saya, pak..."

"Berisik! Kamu sudah membuat perusahaan ini bangkrut! ENYAHLAH!"

Daehwi pergi dari ruangan itu dengan pahit. Kedua orang tua Min Seok hanya melihat kejadian itu tanpa berkomentar. Sehun dan Kai juga hanya terdiam. Mereka sejujurnya takut jika Min Seok sudah ngamuk begini.

"Jadi, apa yang akan kamu lakukan di saat seperti ini, anakku?" tanya Nyonya Kim.

Min Seok menghela napas. "Aku akan membatalkan kontrak dan memberikan tunjangan ganti rugi."

"Bagus."

"Pertahankan perusahaanmu. Kita pergi dulu." Tuan Kim dan Nyonya Kim berdiri kemudian menginggalkan ruangan.

Sehun berdehem. "Gue aja yang bikin surat pembatalannya. Biar Kai nanti yang anter."

Kai mengangguk. "Ya, hyung istirahatlah dulu di ruangan. Tenangkan dirimu."

Min Seok tersenyum simpul. "Terima kasih."

--

walah gais, bangkrut nih. 

tunggu kelanjutannya, ya.

xo, Xiumin's lover <3

The Marriage, Kim Min Seok✔️Where stories live. Discover now