PAK EMPO

3.5K 316 35
                                    

Bermain adalah satu hal yang tidak bisa di jauhkan dari yang namanya anak-anak. Dari mulai permainan modern ataupun tradisional. Sekarang ini lebih banyak di temukan anak-anak yang bermain permaianan modern, contohnya game online . Mulai dari anak kecil sampai orang dewasa tergila-gila sama yang namanya game online. Satu hal yang penting dari permainan modern kalian wajib punya yang namanya gadget, mau handphone, laptop, ataupun komputer. Istilah kerennya sekarang kita jadi generasi menunduk.

Permainannya juga bermacam-macam jenisnya, mulai yang sekedar masak-masakkan, tentang fashion, teka-teki, sampai permaianan tradisional yang di sulap jadi versi game online. Tapi sekarang lebih banyak game online yang yang berupa perang-perangan alias tembak-tembakkan. Lucunya sih ada game online yang lagi booming juga tentang cacing. Ayo apa termasuk kalian juga nih yang cacingnya udah beratnya melebihi berat badan kalian sendiri hehehe.

Sedangkan permainan tradisional yang dulu banyak dimainkan anak-anak kini pamornya makin meredup tergerus zaman modernisasi. Padahal permainan tradisional lebih mengasyikkan karena kita butuh beberapa orang untuk memainkannya alias mainnya rame-rame gitu. Nggak bikin orang jadi Anti sosial apalagi menunduk terus-terusan. Terlebih beberapa permainan tradisional diiringi dengan sebuah nyanyian untuk memainkannya. Inilah salah satu keunggulan dari permainan tradisional. Pokoknya enakkan zamanku dulu hehehe.

Permainan tradisional lebih baik di kenalkan kepada anak-anak dari sejak dini. Bisa menambah wawasan juga bagi anak-anak tentang lagu tradisional dari berbagai daerah. Melatih anak-anak untuk berbicara juga supaya tidak terlambat bicara. Contoh umumnya aja lagu Pok Ame Ame bukan sekedar lagu aja tapi anak-anak di latih untuk tepuk tangan. Banyak juga permainan tradisional yang bikin kita tambah sehat, karena permainan tradisional dituntut banyak bergerak. Ada yang harus main kejar-kejaran, berlari buat sembunyi, gerakkin tangan dan sampai ada permainan yang dimainkannya sambil duduk tapi tetep ada anggota badan lainnya yang di gerakkin atau pakai pose membungkuk. Intinya lebih banyak manfaatnya dibandingkan permainan modern.

Ini juga jadi salah satu metode dari Maknya Triplet, buat ngajarin ketiga bocah yang lagi aktif-aktifnya. Bukan sekedar soal gerakkin badan tapi soal kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Sekali-kali mereka diajarin pakai bahasa daerah gitu. Lumayan ngenalin bahasa daerah pakai lagukan lebih cepat nyantolnya ketimbang belajar kata perkata.

"Cublak cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketundung gudhel
Pak Empo lirak-lirik
Sapa ngguyu ndelikake
Sir, sir pong dele kopong
Sir, sir pong dele kopong..." suara lirih Ashsha dengan logat jawa khas bocah kecil sambil menggeleng-gelengkan kepala kekanan dan kekiri, menyanyikan sebuah tembang dolanan dari permainan tradisional yang berjudul sama dengan nama permainan itu sendiri yakni Cublak-cublak suweng.

"Kamu nyanyi apa ngomel sih Sha?" terdengar suara nyinyir si om bule jepang yang langsung dapat balasan tatapan tajam dan bibir maju lima senti dari penggemar senam muka.

"Hihihi Om kudet." kali ini suara Atha balik nyinyirin si Om.

"Kudet? apa tuh?" Irie tampak bingung.

"Kurang Update Om..." jelas Fariz tanpa berpaling dari buku di tangannya.

"Kalian tahu dari mana tuh bahasa begituan? ibu kalian nggak mungkin ngajarin."

"Om Prana." jawab Triplet kompak.

"Parah nih si Pelana ngajarin kata-kata yang nggak bener. Bakalan om aduin nih ke ayah dan ibu kalian."

"Ayah dan ibu udah tahu kali." jawab mereka menatap si om.

"Ouh gitu." Irie tampak lesu, gagal deh mau aduin Pelana ke orang tua Triplet.

Triplet mengangguk-angguk kompak.

"Itu tadi Ashsha nyanyi apaan sih?" Irie masih bingung dan penasaran dengan nyanyian Ashsha.

all about Triplet Where stories live. Discover now