Tangan kiri nggak boleh tahu!

6.4K 679 30
                                    


Morning sickness bagi Maylan sudah jadi makanan sehari-hari. Walaupun nggak sehebat saat hamil triplet. Tapi hamil twins juga sama, sama-sama mual muntah yang berlebihan. Beruntung Maylan sudah berpengalaman. Jadi dia bisa tahu cara mengurangi dan membuatnya biasa-biasa saja. Bukan menjadikan hal yang bikin panik satu rumah.

Apalagi masih ada tiga bocil hasil buah cintanya dengan si CEO yang harus dapat perhatian darinya. Terlebih jangan sampai mereka merasa tersisihkan karena adanya si calon jabang bayi kembar di perut Maylan. Dan yang paling penting si bayi besar yang nggak tahu kenapa sekarang malah ikut-ikutan manja. Semoga aja sindrom yang dulu Ken idap nggak terulang. Bisa berabeh kalau gitu.

Maylan merasakan mual dan buru-buru ke kamar mandi. Padahal saat ini dia sedang mengajari triplet menulis.

Ketiga saudara itu saling berpandangan dan menatap iba saat sang ibunda yang memasuki ke kamar mandi. Diletakkannya alat tulis mereka.

Maylan keluar dengan wajah yang sedikit pucat. Di sekitar mulutnya masih basah karena air.

Triplet berjejer rapi di depannya. Si sulung membawa segelas air putih, Fariz membawa minyak kayu putih dan si bungsu Ashsha menyiapkan sekotak tissue untuk membersihkan wajah sang ibu. Mereka bertiga tersenyum manis pada sang ibu.

Rasa mual yang Maylan derita seakan sirna saat melihat perhatian triplet. Maylan begitu bersyukur mempunyai anak-anak yang pintar dan shaleh.

"Ibu duduk dulu ya." Pinta Fariz menggenggam tangan Maylan.

Maylan menuruti permintaan Fariz. Walaupun Fariz dulu sempat drama saat tahu Maylan hamil. Tapi sekarang si kakak sekarang begitu perhatian pada sang ibu dan kedua calon adiknya.

Ashsha mengambil selembar tissue dan mengusap lembut ke arah bibir Maylan.

"Ibu minum dulu." Atha menyodorkan segelas air putih.

"Kakak bantu balurin minyak kayu putih ke leher ibu ya." Fariz tak mau kalah memberikan perhatian.

"Makasih kakak triplet." Ucap Maylan terharu.

Ken yang berdiri tak jauh dari mereka tersenyum bahagia. Nggak nyangka di umur triplet yang masih kecil mereka begitu perhatian pada sang ibu.

"Liat apa sih kok senyum-senyum." Tegur Irie.

Ken hanya menunjuk kearah istri dan anaknya, dengan mengangkat dagu.

"Oh." Jawab singkat Irie dan berlalu pergi.

"Rie." Cegah Ken, menarik kerah baju sepupunya.

"Apa?"

"Cancel semua meeting hari ini ya." Pinta Ken.

"Maksudnya?" Irie masih mencerna perkataan Ken.

"Kosongin semua jadwal hari ini. Gue mau jalan-jalan bareng triplet dan istri tercinta gue," ujar Ken berbinar-binar, matanya masih fokus menatap keluarga kecilnya.

"What! Yang bener aja Ken. Ada meeting dengan klien dari jepang loh. Dia orang penting loh." Irie kembali mengingatkan.

"Yaudah lu yang gantiin. Pokoknya gue pengin seharian bareng triplet dan Maylan." Ungkap Ken nggak mau dapat penolakan.

"Aisshh lu mah gitu."

"Mau gaji lu gue potong?" Seringai bossy sang CEO beraksi.

"Ahhh jahat bener sih lu. Main potong aja." Teriak Irie frustasi, mengacak surai hitamnya.

"Gue yakin, lu bisa. Dan mister Matsumoto bakalan bubuhin tanda tangannya di surat kontrak yang lu tawarin." Lirih Ken sambil menepuk bahu om jepang. Menguatkan si om buat ketemu sama investor terbesar, di tambah itung-itung buat si om biar belajar ketemu klien-klien penting.

all about Triplet Where stories live. Discover now