Tangisan triplet

1.3K 229 26
                                    


"Kak Atha, Ashsha kangen sama ayah dan ibu hikz." curhat si bungsu triplet dengan mata berkaca-kaca.

"Kami juga kangen ayah dan ibu Sha." si sulung triplet menepuk bahu sang adik.

"Kak Fariz gimana?" tanya Ashsha pada kakak keduanya.

"Jangan di tanya Sha. Kak Fariz juga pasti kangen ayah dan ibu." Timpal Atha mewakili sang adik.

Fariz seharian ini memang jadi pendiam. Dan Atha sebagai anak pertama tahu apa yang terjadi dengan kembarannya. Fariz memang tidak seperti kedua saudaranya yang bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan. Tapi lebih sering untuk menyembunyikannya. Dan berubah menjadi pendiam.

Ini hari ketiga triplet jauh dari sang ibu dan ayah. Tak sekalipun juga ayah dan ibunya menghubungi mereka. Padahal dulu saat ibu masuk rumah sakit, Maylan akan telpon ataupun video call.

"Kita minta om buat telpon ayah yuh." ajak Ashsha.

"Pasti om nggak ijinin Sha. Inget kan kemarin?" Fariz kini bersuara.

Ashsha menggangguk.

Kemarin Triplet sudah melancarkan aksi untuk meminta si om ataupun tante Fathiya untuk menghubungi ayah atau ibu. Tapi usaha mereka gagal. Om Irie beralasan ayah dan ibu sedang sibuk serta saat di telpon malah nggak di angkat.

Sebagai gantinya dan pelipur lara ketiga bocah itu di ajak ke markas sang tante. Melihat burung hantu secara langsung. Berhasil, membuat triplet lupa sebentar akan ayah dan ibunya.

"Gimana kalau kita ambil handphone om?" usul Fariz.

"Tapi kan itu namanya mencuri kak." Ashsha terlihat takut dengan usul sang kakak.

"Kita bukan mencuri tapi minjem." Atha menyetujui ide Fariz.

"Tapi nggak apa-apa? nanti om marah nggak?"

"Asal kita sembunyi-sembunyi dan om nggak tahu. Gimana?" Fariz menenangkan sang adik.

Biasanya yang punya ide usil bin jahil Atha atau Ashsha. Ternyata kali ini Fariz yang punya  ide. Dari diamnya dari tadi kayaknya kak Fariz ini memikirkan bagaimana caranya untuk menghubungi kedua orangtuanya.

Ashsha dan Atha saling berpandangan. Akankah mereka menyetujui ide saudara kembarnya? atau diam saja dan memendam rasa kangen dengan kedua orang tua mereka.

"Ok." Ashsha dan Atha berbarengan.

"Sini." panggil Fariz.

Kini kepala ketiganya saling bertempelan membentuk segitiga. Merencanakan bagaimana cara mereka mengambil handphone si om Bule Jepang dan mulai menelpon sang ibu dan ayah.

Beberapa menit kemudian rencana mereka sudah deal. Siapa yang akan bertugas mengawasi, mengalihkan si om dan jadi eksekutor. Entah mereka belajar dari mana tiga bocah belum genap lima tahun udah punya ide sedemikian rupa.

Mereka yang tadi ada di dalam kamar kini kompak menampakkan batang hidung mereka ke depan om dan tantenya yang sedang sibuk menonton tv. Si om tanpa rasa malu bergelayut manja di lengan dan menempelkan kepalanya di bahu sang istri. Berasa lagi di bioskop gitu, nggak inget kalau ada tiga bocah yang dititipkan ke mereka.

"Mas." Tante Fathiya memberi kode pada sang suami agar duduk yang tegak dan nggak usah manja di depan keponakannya.

"Kalian habis ngapain?" tanya si om Irie.

"Main di kamar. Tapi kami udah bosen om." ungkap Atha mewakili ketiganya.

"Terus sekarang mau apa?"

Ashsha memegang perutnya, "Laper."

"Ashsha Laper?" tante Fathiya mendekati Ashsha yang berhijab kuning.

all about Triplet Where stories live. Discover now