mogok ngomong

6.6K 722 41
                                    


Suasana di dalam mobil benar-benar hening. Padahal ada tiga anak kecil yang biasanya selalu berisik. Sepertinya triplet sedang melaksanakan aksi mogok ngomong di depan om bule jepang.

Sekilas Irie melihat kearah spion tengah mobil. Terlihat Triplet diam, tidak ada sama sekali ocehan yang biasa terlontar dari ketiganya.

"Kalian kenapa?" Suara Irie memecah keheningan.

Mereka hanya tersenyum terpaksa, dan kembali bergulat dengan pikiran mereka masing-masing.

"Tadi pas berangkat om manyun, kalian pada protes. Kok sekarang kalian malah diem bae."

Krik krik

Triplet masih melanjutkan aksi diamnya.

"Kalian kenapa? Om bukan supir taksi loh."

Irie menjeda perkataannya, triplet masih saja diam. Mereka lebih asyik menikmati pemandangan jalanan ibukota yang macet sore ini.

"Kalian mau beli ice cream nggak? Di depan ada yang jualan ice cream paling enak loh." Bujuk Irie, agar triplet mau ngomong.

Sama sekali tidak ada tanggapan dari triplet. Tapi Irie nggak mau kalah, dia kan bukan supir yang harus diam dan fokus ke depan. Dia butuh temen bicara. Apalagi sekarang mereka terjebak macet. Padahal ini weekend kok masih macet ya.

"Hemm, mau lama-lamaan diam ya? Oke! kalau nggak ada yang mau ngomong. Kita nggak jadi nengokin dede bayi deh. Langsung pulang aja." Monolog Irie.

Triplet masih bertahan dengan aksi diamnya. Padahal sih mereka udah misuh-misuh. Jangan sampai gagal nengokin dede bayinya om Plana sama tante Naya.

"Oke om hitung sampai lima. Kalau masih diem depan kita belok buat pulang ke rumah. Nggak jadi ke rumah sakit." Ancam Irie.

Hitung mulai, "satu."

"Dua."

"Tiga."

"Empat."

"Li... "

"Lurus om jangan belok!" Teriak Ashsha.

"Hahaha, akhirnya ngomong juga." Tawa puas Irie.

Atha dan Fariz menatap kesal pada adik bungsunya. Ashsha hanya nyengir, tanda damai. Kalau Ashsha nggak ngomong kan nanti belok, masa iya gagal liat turunannya on Plana.

"Ayo, ada yang bisa jelasin kenapa pada diem sama om?" Kata Irie sedikit menekan kata diem.

Mereka bertiga hanya cemberut dan saling membuang muka. Menghindari tatapan si om dari spion tengah.

Beberapa detik mereka masih diam.

Irie menghela nafas da. Membuangnya lewat mulut meniup rambutnya yang sedikit berponi.

"Kalian marah sama om?"

Kompak mereka mengangguk.

"Oh, ternyata diam itu tanda marah. Bagus deh dari pada kalian marah terus mengucap kata-kata yang buruk." Tebakan Irie tepat sasaran. Spontan Triplet mengangguk setuju.

Muadz bin Jabal radhiyallahu ta’ala ‘anhu pernah bertanya kepada nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam :

وهل نؤاخذ بما تكلمت به ألسنتنا ؟ قال : فضرب رسول الله صلى الله عليه وسلم فخذ معاذ ثم قال : ” يا معاذ ثكلتك أمك وهل يكب الناس على مناخرهم في جهنم إلا ما نطقت به ألسنتهم فمن كان يؤمن بالله واليوم والآخر فليقل خيراً أو يسكت عن شر. قولوا خيراً تغنموا واسكتوا عن شر تسلموا

all about Triplet Where stories live. Discover now