Kencan dengan Austin?

Start from the beginning
                                    

"Tidak. Kau selalu terlihat cantik."

"Apa kau bilang?" Aku tidak tahu apa dia serius mengatakan itu.

"Apa kau tuli?"

Lihatkan! Baru saja ia memujiku.

"Kau ini! Sama saja seperti Jason!" Aku kembali memukulnya.

"Oh begitu, ya." Kemudian ia diam seribu bahasa.

"Austin? Apa kau baik-baik saja? Kenapa kau tiba-tiba melamun?"

"Oh, tidak apa-apa. Ayo kita pergi!" Ajak Austin.

Dia mengambil sepedanya yang ia letakkan di bawah pohon. Kemudian, ia memintaku untuk duduk di bagian belakang. Aku pun menaiki sepedanya.

"Pegang yang erat, ya! Itu juga kalau kau tidak mau terjatuh," katanya mengingatkan.

"Jangan kencang-kencang!"

"Sudah siap?" Ia memberi aba-aba.

"Aku siap!" Ucapku sambil mengacungkan jempol.

"Baiklah. Kalau begitu, mari kita berangkat!"

Austin mulai mengayuhkan sepedanya secara perlahan. "Hey, Malta. Lain kali kalau mau dibonceng, kau harus diet dulu, ya! Biar aku tidak keberatan."

Baru saja suasana hatiku membaik, sekarang ia sudah cari masalah lagi.

"Lihat kan! Baru saja sebentar kau sudah meledekku lagi..." kataku kesal sambil menggoyang-goyangkan pundaknya.

"Malta!!! Hentikan! Nanti kita bisa terjatuh!"


***


[JASON]

Bel rumah berbunyi

Aku membukakan pintu.

"Larry?" Kataku bingung, "Aku kira kau pergi bersama Malta."

"Pergi? Apa maksudmu? Memangnya Malta pergi kemana?" Tanya Larry.

"Entahlah. Dia sudah pergi dari tadi. Dia tidak memberitahuku akan pergi kemana. Aku pikir dia pergi denganmu," jelasku.

"Begitu, ya. Kira-kira dia pergi kemana, ya?"

Aneh sekali! Biasanya Malta akan memberitahuku jika pergi dengan orang lain, kecuali dia pergi dengan Larry. Lalu, siapa yang pergi dengannya?

"Tapi kelihatannya, ia pergi untuk menemui seseorang. Seperti pergi berkencan. Apa kau yakin, kau tidak tahu siapa yang ia temui?"

"Yang benar! Kencan? Dengan siapa?" Larry terkejut. Aku hanya bisa mengangguk.

"Aneh sekali! Dia tidak pernah bilang sedang suka dengan seseorang. Dia juga tidak terlihat dekat dengan lelaki manapun selain aku. Tidak biasanya ia menyembunyikan sesuatu dariku!" Kata Larry merasa dicurangi sahabatnya sendiri.

Akhirnya, Larry memutuskan untuk kembali pulang ke rumah. Ia berpamitan denganku serta menitipkan salam darinya untuk Malta.

"Tolong beritahu Malta kalau aku datang! Soalnya, dari tadi dia tidak mengangkat telepon dariku," pinta Larry.

"Baiklah!" Aku mengiyakan.

Tak lama, telepon rumah berdering. Aku segera mengangkatnya.

"Halo, dengan kediaman Armchair."

"Jason!!! Ini Ibu," kata Ibu melalui panggilan telepon.

"Ibu! Kapan ibu pulang? Kenapa tak memberi kabar?" Aku terkejut. Setelah sekian lama akhirnya mereka baru memberi kabar.

AMBISIUS : My Brother's Enemy [TAMAT]Where stories live. Discover now