21- Ini Kelas Delapan

73 7 0
                                    

Masa-masa kelas delapan adalah masa-masa dimana seseorang mengalami berbahagai hal yang menyenangkan. Di masa ini lah kita tidak akan bersikap jaim-jaim lagi seperti pada saat kita masih kelas tujuh. Dan di masa ini lah saatnya kita bersenang-senang sebelum kepuyengan melanda di masa-masa berikutnya, yaitu masa-masa kelas sembilan.

Hal menyenangkan ini, juga saya alami ketika saya berada di kelas delapan. Tepatnya kelas delapan A. Bahkan, mungkin kalian tidak akan pernah menyangka  bagaimana uniknya masa-masa kelas delapan saya.

Untuk lebih jelasnya, saya akan merinci beberapa poin penting mengenai kehidupan saya pada masa kelas delapan. Berikut penjelasaannya.

1. Bukan Bangku Biasa

Jika pada umumnya setiap kelas akan memiliki bangku yang hanya bisa diisi oleh dua orang dalam satu meja, maka hal berbeda akan terjadi dengan kelas saya, pada saat saya masih duduk di bangku kelas delapan, saya duduk dengan Aryn dan Yumna. Kursi yang kami gunakan saat itu, bukan seperti kursi-kursi di sekolah formal pada umumnya. Jika sekolah formal pada umumnya menggunakan kursi kayu, maka kami menggunakan bangku memanjang yang maksimal dapat ditempati oleh tiga orang. Kalian pasti tahu.

Author lagi kepedean ehe^^

Ya, waktu itu angkatan kami menempati kelas di dalam gedung MDA disetempat, karena gedung sekolah kami sendiri belum begitu memadai seperti sekolah-sekolah pada umumnya. Ruang kelas yang kami gunakan, juga lebih sempit dari ukuran ruang kelas pada umumnya. Tapi ya gak sesempit hatimu sih.

Namun, hal yang demikian itu justru menjadi keunikan tersendiri bagi kami. Bangku panjang itu malah kami jadikan sebagai mainan jungkat-jungkit yang bisa dinaikkan maupun diturunkan sesuka hati. Hal ini saya alami sendiri pada saat jam kosong berlangsung.

Jamkos adalah jam favorit semua siswa. Ye gak?

Saat itu saya tengah mengobrol asik dengan Aryn. Dan Yumna yang juga sebangku dengan saya, kala itu sedang tidak bersama kami. Entah, saya lupa kemana Yumna pada saat itu.

Mungkin si Yumna lagi mulung^^

Kemudian, Mahin datang secara tiba-tiba sembari langsung mengangkat ujung bangku di bagian kanan yang sedang diduduki oleh Aryn.

Wiinngggg..

Ujung bangku tersebut diangkat oleh kedua tangan Mahin. Hal itu, membuat ujung bangku tersebut naik ke atas, sekaligus membuat saya dan Aryn terkejut. Badan Aryn nyaris meluncur ke arah saya, namun ia segera melompat dan turun dari bangku.

"Eh-eh-eh!" pekik Aryn terkejut.

"Astaghfirullah, Mahin. Ngagetin orang aja!" bentak saya.

"Tau nih, kaget tau." tambah Aryn.

Mahin hanya terkekeh mendengar respon dari kami.

"Eh, tapi kayaknya seru deh. Lagi dong, lagi." pinta Aryn.

"Mau lagi? Tapi lo jangan turun dong!" ujar Mahin.

"Iya deh, iya." jawab Aryn.

"Gue ikut!" seru saya.

"Hayok!" ajak Mahin mengiyakan.

Kemudian, Mahin memberi aba-aba dengan berhitung, demi memulai permainan.

Satu..

Dua..

Tiga..

Otot dari kedua tangannya bekerja, menaik-turunkan ujung bangku kami dengan cepat, namun hanya sebentar karena dia kelelahan.

"Huh-huh-huh," nafas Mahin terengah-engah.

"Lagi dong," pinta Aryn.

Tiba-tiba Reza datang, lalu ikut nimbrung.

Anti Mainstream School [ON GOING]Where stories live. Discover now