38| Bab 17: Langit

46 9 0
                                    

"Sweet kali ya kelen," tuduh seorang wanita bertubuh kurus kepada kami berdua.

"Sweet apanya Buk, saya terpaksa dateng ke sini," bantahku pemberi penjelasan.

Wanita itu tersenyum kemudian langsung menghilang diiringi dengan suara pintu yang terbuka lalu menutup.

"Kalo gak ikhlas pigi aja kau, Ngit!"

Aku melengos melihat ke jendela. "Syukur ditengok. Bilang makasih kek." Aku berbalik dan menyibak tirai di sebelah Banda dan tiduran di ranjang pasien.

"Makasih buat apa? Ikhlas juga enggak."

"Terserah kaulah!" Mataku memejam, malas memperpanjang obrolan tak penting ini.

Pikiranku melayang entah ke mana-mana. Rencananya, istirahat ini aku akan ke TU, meminta absen setiap kelas bersama Banda. Ayahnya Banda salah satu pegawai TU di sini, jadi kukira mungkin kami tak akan dipersulit untuk mendapat absennya. Namun laki-laki itu malah kambuh mag-nya.

Kalau dipikir-pikir, buat apa coba aku di sini? Kurasa Banda tak membutuhkanku juga. Tapi sudahlah di sini lebih enak. Enak untuk tidur.

Sweet kali ya kelen.

Mataku terbuka. Kata-kata itu seketika membuatku risi. Awalnya tak terlalu kupedulikan dan hanya kuanggap angin lalu. Namun apa yang kulihat pada Bintang dan Ayu kemarin, membuatku bergidik ngeri. Aku mungkin merasa ini hal biasa, tapi bagaimana dengan orang-orang? Apa benar kami terlihat sweet? Tidak! Pasti Bu Yuli bercanda! Tapi kalau benar? Astaga ini membuatku kesal.

Aku menegakkan tubuhku.

Aku harus pergi dari sini! "Aku balik ya!" aku mengucapkannya tanpa melihat Banda. Ia pun hanya menjawab, "hmm," pelan tanpa minat.

Aku kaget saat pintu UKS tiba-tiba terbuka dan dengan konyolnya aku malah bersembunyi di balik tirai. Buat apa coba?

Banda terlihat hendak mengatakan sesuatu. Namun gerak mulutnya terhenti saat suara seorang gadis terdengar.

Aku tersenyum mendengar apa yang mereka katakan. Saat kudengar suara pintu yang tertutup dan langkah kaki mendekat, aku langsung bersembunyi di bawah kolong ranjang pasien Banda.

Kulihat sepasang kaki berhenti.

"Eh," orang itu berucap kaget. "Kamu denger semua?"

Banda diam saja. Aku curiga dia pura-pura bisu.

"Halo," ucap orang itu lagi.

Banda masih diam.

"Hei," teriaknya agak kencang.

Banda terus diam entah karena apa.

"Dasar aneh!"

Aku lumayan kaget mendengarnya. Sepasang kaki itu bergerak menjauh.

Sepertinya benar, Banda pura-pura bisu.

Aku keluar dari bawah kolong saat kurasa ia sudah menjauh. Aku mendongak melihat Banda dengan posisi telapak tangan dan lututku masih menyentuh lantai. Aku memberi isyarat tutup mulut pada Banda, lalu merayap seperti bayi ke balik tirai. Setelah berhasil aku langsung berdiri, membuka pintu pelan-pelan.... Namun tiba-tiba pintu itu terbuka cepat, pertanda ada seseorang yang masuk juga.

Aku membeliak kaget melihat Bu Yuli di depan. Ia hendak membuka suara. Namun aku memberi isyarat untuknya agar diam lalu pergi menjauh setelahnya.

***

Istirahat kedua. Ini adalah jam yang kutunggu-tunggu sedari tadi. Banda belum masuk ke kelas.
Kulirik sekilas UKS saat melewatinya. Lalu buru-buru turun ke lantai dasar untuk pergi ke lapangan belakang.

Fomalhaut the Lonely Star (TAMAT)Where stories live. Discover now