1| Prolog: Bintang

862 71 35
                                    

Perhatian:

Ini hanya cerita ringan dan lucu.

Pemeran utamanya bukan bad boy yang gak pernah belajar tapi pinter luar biasa, atau CEO ganteng yang kaya raya tapi bucinnya nauzubillah sama cewek yang dia suka; juga bukan cewek nerd yang aslinya hebring dan supercantik, atau ratu sekolah yang dipuja banyak laki-laki.

🌫️🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌫️

Namaku Bintang Fomalhaut.

Lumayan sering sebenarnya aku dikira bule karena nama "Fomalhaut" itu. Padahal kalau kalian lihat wajahku, jelas banget aku ini asli buatan lokal. Fomalhaut itu bukan nama keluarga, tapi nama salah satu bintang di langit sana. Kalau kalian penasaran dengan bintang Fomalhaut, mending kalian searching di Google deh. Ada banyak kok artikel-artikel tentang bintang tersebut. Bahkan aku sangat menyarankan untuk kalian cari sendiri, sebab aku akan kesal jika ditanya: bintang Fomalhaut itu sodaraan ya sama bintang Kejora?

Sembarangan! Bintang Kejora bukan bintang, melainkan planet! Dan aku benar-benar tak suka disamakan dengan si Venus itu. Selain asal muasal nama planet itu yang katanya dari nama Dewi Kecantikan dan Cinta mitologi Romawi---sering juga dikaitkan dengan Dewi Aphroditte, lagi-lagi Dewi Kecantikan dan Cinta---cewek tercantik di sekolahku juga bernama Venus. Sedangkan aku yang nista ini, ekspresi sampai bentuk badan saja datar semua. Depan-belakang mirip tripleks. Jarang tersenyum, apalagi tertawa. Banyak pula yang bilang aku ini ansos (anti sosial). Makanya aku sedikit sensi jika pada ujung-ujungnya kami akan dibanding-bandingkan.

Lagi pula aku dapat berteman baik kok dengan seorang teman. Iya, seorang! Aku cuma punya satu teman. Tapi kan lumayan daripada tidak sama sekali. Namanya Bulan. Bercanda! Kalau bulan pasti kalian kira dicocok-cocokin. Ada bintang ada bulan, seperti ada gula ada semut. Tidak, tidak! Namanya bukan Bulan, tapi Ayu. Ayu Purnama (memang lebih cocok kalau namanya Bulan).

Di sekolahku sendiri, nama Ayu cukup pasaran. Meski begitu, Ayu sahabatku itu manusia yang agak unik. Dia terobsesi dengan buah---yang kalau kalian lempar ke kepala orang, dijamin bakal bikin benjol dan mungkin kena hukum pidana karena dianggap berbuat kriminal---bernama latin Psidium guajava.

Nama "Ayu" juga sedikit menggangguku sebenarnya. Tapi nanti deh aku beri tahu alasannya. Soalnya, sekarang aku ada misi rahasia: mengagumi indahnya ciptaan Tuhan. Dan makhluk indah itu bernama Nathaniel Sanjaya, kakak kelasku di SMA Taman Siswa ini, sebuah sekolah yang cukup terkenal di kota Medan.

Aku memerhatikannya dari sebuah bangku kayu di depan laboratorium kimia, berhadapan langsung dengan lapangan futsal yang berada di tengah-tengah gedung sekolah. Tak lupa pula aku membawa kamera Canon-ku tersayang. Sesekali kamera itu kuarahkan ke lapangan, kemudian memotret dia di sana. Jujur, aku malu jika harus terang-terangan menunjukkan rasa sukaku seperti gadis-gadis berisik di pinggir lapangan. Jadilah aku menjelma menjadi paparazi menyedihkan yang duduk sendirian di sini.

Sejurus kemudian pandanganku bertemu dengan seorang cowok. Ia terlihat kaget, lalu hendak mengatakan sesuatu, "Kamu...."
Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, aku sudah berlari menjauh, terbirit-birit takut dituduh macam-macam. Aku harap dia bukan tipe cowok mulut ember yang hobi berkoar-koar kalau ada cewek ansos yang mengambil foto candit si pangeran sekolah.

***

"Mama enggak ngerti lagi sama zaman sekarang ini." Orang yang tengah mengoceh ini adalah mamaku. "Di tempat sempit kayak gini pun masih aja banyak kendaraan yang lalu-lalang. Males kali orang-orang jalan kaki. Becak pun disuruh masuk ke pajak. Nggak ngerti lagi Mama nengok orang sekarang," sungut Mama dengan logat Karo-nya yang tak sengaja keluar. Ia kesal setengah mati setelah sebuah becak motor melindas kakinya.

Aku tak menanggapi, hanya berjalan malas sambil merasakan lemak-lemak di kakiku yang kian menipis setiap menitnya dan sesekali membalas "hm", itu pun jika Mama---orang yang tidak ingin kupanggil mamak, seperti panggilan kebanyakan ibu-ibu di sini---menyuruhku memberi respons.

Kami singgah di lapak yang menjual kebutuhan pokok. Katanya Mama ingin beli tepung terigu, tapi kini Mama malah protes pada pedagangnya bahwa warna tepung tersebut kurang putih (padahal di mana-mana memang begitu).
Dasar, untung mamaku dan aku sayang.
Namun, ya begitulah, akhirnya dibeli juga. Ketika hendak pergi, dari depan tempat kami berada aku mendengar suara bising. Suara itu campuran dari benda-benda yang berjatuhan dan kotekan ayam.

"Apanya itu?" ucap mamaku dengan logat Karo-nya yang tidak sengaja keluar (lagi) sambil menoleh ke belakang. Kulakukan hal serupa. Terlihat beberapa orang berdiri---seperti menonton sesuatu---di depan tempat pemotongan ayam.

"Ayo, kita liat Bi!" Logatnya tadi sudah tak terdengar lagi. Lantas sekarang Mama menjelma menjadi ibu-ibu-kepo-yang-hobi-nyeret-nyeret-anak untuk mengonsumsi kejadian yang mungkin sedap untuk dijadikan gosip nantinya.

Tempat itu sangat berantakan, tapi ada sesuatu yang menarik. Entah kenapa, aku gemas ingin mengabadikan momen unik di depanku. Segera kupotret dan taraa..., tertangkaplah sebuah gambar seorang pemuda berada di atas tubuh nenek tua---berambut merah mirip cabai---dengan background beberapa ayam yang masih beterbangan.

Pfftt. Bolehkah aku tertawa? Tapi kok rasanya jahat banget, ya?

Tak lama laki-laki itu melihat ke arahku. Sontak aku terkejut dan menarik Mama menjauh.

"Ngapain sih Bi, kok Mama diseret-seret gini?"
Aku tak peduli dan diam saja. Itu cowok tadi! Astaga, sempat aku bertemu dengannya sekali lagi dalam satu hari ini, mungkin keinginanku untuk belajar menjampi-jampi orang akan semakin kuat.

Tak lama kami tiba di emperan toko, tempat Mama memarkirkan motor matic-nya. Tepung tadi adalah hal terakhir yang ingin kami beli. Motor itu melaju dengan kecepatan yang bisa dikatakan kencang setelah kami berdua naik. Awas! Awas! Marc Marquez mau lewat.

📷📸📹

____________________________________

Rabu, 14 November 2018

Sabtu, 29 Desember 2018 (Revisi)

Dark Peppermint

Fomalhaut the Lonely Star (TAMAT)Where stories live. Discover now