31| Bab 13: Langit

46 10 0
                                    

☁️☁️⛅️☁️☁️

Aku meminjam sepeda motor milik Wak Kasem---penjaga sekolah---untuk mengantar Bintang ke kosku. Tak mungkin aku menyuruhnya berjalan kaki dengan kondisi begitu. Gadis itu juga tak mau kuantar pulang.

Aku meminjaminya kaus dan celana training-ku, serta pakaian dalam (ini agak memalukan) Lily, adikku, yang tertinggal. Sementara Bintang berganti pakaian, aku mengembalikkan motor milik Wak Kasem.

Setelah kembali, aku melihat Bintang yang duduk di meja belajarku, termenung dengan pandangan kosong. Wajahnya sedikit lebam dan ada beberapa bekas cakaran. Aku mendekat dan memegang wajahnya. "Ini harus diobati!"
Bintang hanya mengangguk. Selanjutnya, aku mengoleskan salep serta menempelkan beberapa plester ke wajah Bintang. "Done." Lalu duduk di lantai dekat kakinya.

"Mau jalan-jalan?"

Beberapa menit kemudian, aku sudah membawa Bintang menggunakan sepeda---milik ibu kosku. Aku malu sebenarnya. Pasti aku terkesan tak bermodal banget. Bawa anak gadis orang jalan-jalan dengan fasilitas seadanya cenderung gratisan. Tapi bodoh amatlah. Kaum fakir sepertiku tak pantas sok kaya, dan aku pun tak ingin melakukannya. Seadanya sajalah.
Aku terus mengayuh sepeda berwarna merah muda ini dengan menebalkan muka. Aku melakukan ini juga bukan tanpa alasan. Bintang pernah bilang, ia sangat suka naik sepeda sambil sok-sokan lepas tangan dari setang waktu kecil. Ya, aku semakin banyak mengenalnya selama ia membantuku karena terkilir. Fyi, Bintang tetap membantu setelah peristiwa itu. Aku senang? Tentu saja.

"Ngit?"

"Kenapa? Mau bahas tentang Betelgeuse yang meledak dan jadi supernova?" cerocosku. "Kira-kira itu berpengaruh gak ya, sama bumi kita?"
Bintang menggeram, aku pun tersenyum. "Gak. Gak berpengaruh sama bumi. Jaraknya jauh banget, materi yang dikeluarkan bakal keburu dingin duluan sebelum sampai bumi, lagi pula Betelgeuse diperkirakan meledak sekitar 100 ribu sampai satu juta tahu lagi. Masih lama banget."

Aku menganggut-anggut menyimak penjelasan Bintang yang sebenarnya sudah kutahu. "Terus mau ngomong apa dong?"

"Itu...."

"Atau mau bahas Paradoks Fermi?

"Bukan!"

"Jadi mau bahas apa? Bahas gimana caranya uranium berubah jadi nuklir?"

Pinggangku nyeri, Bintang mencubitnya keras. Aku sebenarnya melantur mengucapkannya.

"Kenapa kok aku dicubit?" tanyaku polos.

"Kamu sih, orang mau ngomong dipotong-potong mulu. Kapan aku mau bilangnya kalo kamu gitu terus," omel Bintang bersungut-sungut.

Aku tertawa. "Akhirnya bisa marah-marah juga. Feel better?"

"Sengaja ya, pengen buat aku hipertensi?"

"Hei, you're got me wrong, babe! Basically, i just canged your mood, right?"

"Gak usah sok keinggris-inggrisan!" sembur Bintang jutek.

"Oh, forgive me! i'm not realize, how impolite i am!" kuucapkan dengan lebay. "You're teribble in English, aren't you? It' was my bad. Padahal, i know you as well as my toes. Once more, forgive me." Aku tertawa sendiri dalam hati. Sumpah, sebenarnya aku tak pintar bahasa Inggris dan tak paham grammar. Tolong jangan hujat aku kalau kata-katanya salah.

Pinggangku kembali dicubit. Kali ini lebih keras sehingga menyebabkanku oleng dan kami hampir terjatuh. "Ahh!" Segera kurem dan menurunkan kakiku. Bukannya marah, kami berdua malah tertawa.

"Hampir jatuh kan?"

"Salah sendiri nyebelin!"

Begitu kembali melajukan sepeda ini, aku bertanya, "Jadi mau ngomong apa tadi?"

"Gak deh. Nanti dipotong lagi. Bikin kesel aja."

Aku tersenyum. "Gak. Janji gak akan iseng lagi."
"Gak, udah males. Ini kita cuma mau muter-muter di sini aja?"

"Eh, bentar. Denger kamu ngomong gitu, aku jadi inget sesuatu."

"Apaan?"

"Kamu tau bahasa Jerman-nya ibu atau mamak?"

"Gak. Apa emangnya?"

"Bahasa Jerman-nya mamak itu, mutter."

"Jadi kalo mamak-mamak itu mutter-mutter gitu?"

"Iya."

Kami tertawa bersama. "Tadi kamu ngomong apa?"

"Itu, kita cuma keliling-keliling daerah sini aja?"

"Langsung diganti ya kata-katanya. Iya, memangnya mau ke mana lagi dengan kendaraan kayak gini?"

"Yah. Gak seru banget. Masa jalan-jalannya cuma di perumahan gini?" Nada suara itu sangat jelas mengejek.

"Hm, belom jadi pacar aja udah banyak maunya."

"Hahaha...." Bintang tertawa lepas.

***

Oh, ya. Bahasa Inggrisnya itu emang asal-asalan ya. Saya gak pinter bahasa Inggris. Kalo ada yang paham, boleh dibetulkan seandainya ada yang salah.

Sincerely,
Dark Peppermint

Rabu, 6 Februari 2019
Jumat, 15 Februari 2019 (Publish)

Fomalhaut the Lonely Star (TAMAT)Where stories live. Discover now