"Ya dinosaurus, pernah ada tapi udah punah! Hahaha!" Anggito tertawa keras setelah mengatakan itu, membuat Raffi menjitak kepalanya, sampai ia mengaduh ria.

_____

Malam itu rembulan menyinari desa tempat tinggal Raffi sekarang. Desa Wahyuharjo, salah satu desa terpencil di Yogjakarta yang berkecamatan di Kulon Progo. Desa kecil yang belum terlalu berkembang.

Setelah kepulangan Raffi dan Anggito tadi siang, Dimas kembali tidur bersama Raffi, karena menurutnya ia memang terkena phobia sendirian. Phobia sendirian tapi kok jomblo?

"Raff." Panggil Dimas yang belum tertidur, "Paan?" Balas Raffi, keduanya tidur dengan saling membelakangi.

"Besok gue mau cari kayu buat bikin rumah Mona, lu ikut gue ke hutan di sebrang ya," pintanya. "Naik jeep pak lek lho, bisa sekalian jalan-jalan." Lanjutnya.

"Hn." Gumam Raffi.

****

Bunga berdiri di balkon kamarnya sambil menatap langit yang agak mendung. Dengan wajah yang terlihat pucat dia menghela nafas dengan lirih.

"Lu istirahat kek, Bung. Gak cape apa mondar-mandir ke balkon dari tadi?" Tanya Nissa yang agak kesel, Liya yang lagi mabar bareng Anggun menengok.

"Nunggu Raffi yang indehoy itu dong." Timpal Liya.

"Pokoknya lu jangan deh ke halte itu lagi, tante Khalita sempet cerita ya ama gue, tadi lu sempet lemes dan hampir pingsan." Nissa agak meninggikan suaranya.

"Maaf gue selalu bikin kalian semua khawatir. Tapi beneran gue nyesel kagak cegah Raffi pergi waktu itu."

"Gue kangen dia dan pen denger suara dia."

Riska mendelik heran dari sofa sebelah Anggun. "Kagak pen pegang abs-nya?"

"Jyjyk ah lu, Ris?" Sangah Nissa.

Liya menarik nafas kasar setelah tulisan 'Victory' muncul di layar smartphone-nya. Ia lalu menatap iris Bunga dengan tatapan bersalah. "Maafin gue, cuma gara-gara persepsi gue, lu ma Raffi terpaksa__"

Sebelum Liya selesai bicara Bunga langsung memeluknya. "Gak pa-pa kok, Ya. Gue tau lu sayang ama gue. Makasih, ini salah satu cara Tuhan untuk bikin gue bersyukur."

****

"Eh, Dim? Stop." Dimas memberhentikan mobil jeep-nya secara mendadak.

"Paan gue nabrak kucing, atau ada mbak kuntil disini?" Paniknya. Tapi Raffi tetep diam sambil terus menatap suatu tempat berpagar di samping kirinya.

"Ihhh, disini horor balik aja yuk?" Dimas memegang belakang tengguknya sambil menatap sekelilingnya.

Raffi perlahan turun dari jeep dan membuka pagar besi yang menutupi tempat itu. Mengacuhkan Dimas yang berteriak-teriak memanggil namanya.

"Raff! Jangan kesana Raff, pliss gue merinding!" Teriak Dimas.

Namun karena Raffi kepala batu dia hanya mengacuhkan keluh kesah sepupunya itu.

"Udah lu tunggu aja disitu."

Lima menit berlalu Dimas terus memengang belakang tengkuknya, ia benar-benar merasa merinding. Sampai beberapa saat kemudian Raffi berlari ke arah-nya.

"Dim! Dim! Dim! Cepetan cabut!" Ujarnya langsung meloncat naik ke jeep. Dimas yang kagak lari tapi panik pun langsung tancap gass, meinggalkan area hutan belantar itu.

Jelas berseliweran dalam pikirannya, pasti ada dedemit di tempat tadi.

Saat sampai di rumah pamannya, Raffi buru-buru masuk ke kamarnya, mengemasi barang-barangnya dan mengeluarkan motor sport miliknya dari garasi rumah.

"Eh, eh, Raff lu mau kemana?" Tanya Dimas.

"Balik ke Jakarta," jawabnya singkat, ia lalu melajukan motornya dari Yogya ke Jakarta.

~♡_♡~

Jam menunjukan pukul setengah sepuluh malam, saat Bunga masih terjaga dan merasa haus. Tiba-tiba ia merasakan ponselnya berbunyi dan nama Raffi tertera di layar ponsel-nya.

Ia mengucek matanya berulang kali, lalu menggumamkan kata. Ini bukan mimpi kan?

'Hallo, Bung. Kok lama sih ngangkatnya?'

"..."

'Bung, kok diam sih.'

Bunga tersenyum, saat benar-benar yakin bahwa ini suara Raffi, Raffi-nya.

'Eh, Bung lu kagak cape ya?'

Dahi Bunga mengkerut bingung. "Cape kenapa?"

'Gak cape ya, lari-lari dipikiran gue.'

"Receh."

'Kagak kangen lu ma gue?'

"Ngapain kengen ama lo." Balas Bunga sambil menahan senyumnya.

'Yeelah, gengsi amat.'

"Iyah, gue kangen kok."

'Bung, I love you.'

"I love you too."

'Beneran?'

"Gak, gue boong kok."

'Eh, coba lu liat ke luar jendela.'

Bunga berjalan ke arah jendela kamarnya di lantai dia, mata membulat saat melihat Raffi ada di depan pagar rumahnya sedang duduk di atas motornya dengan santai sambil memengang ponselnya.

Ia lalu membuka pintu balkonnya. "Lu ngapain di luar? Gak masuk aja?"

'Gosah deh, entar gue digerebek Atta Halilintar lagi.'

"Gue serius."

'Gak usah, gue kesini cuma mau bilang.'

"...."

'Mau kagak lu jadi pacar gue?'

"Yang benar gak usah becanda!"

'Iya gue kagak becanda, sayang~"

Bunga tersenyum lebar. "Iya gue mau."

B e r s a m b u n g..

1k words lebih! Demi kelen gak chat gebetan malam ini😧, semoga suka..

Sbenernya gue kgk tega harus misahin Raffi Bunga lama-lama. Jadi biar lah alurnya gue percepat.

#Spam komen '❤' untuk UP cepet#

Impressive Love [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang