5. Gila💌

Mulai dari awal
                                    

“Ayo, gue juga serius, Hel. Mau pacaran dulu apa gimana? Atau langsung nikah? Biar gue kasih tau Mimi peri buat jadi penghulunya.”

💌💌💌

“Abang gila. Pulang-pulang bukannya ngucap salam malah senyum-senyum sendiri. Abis dapet lotre lo?!”

“Oh, hai adikku sayang. Long time no see. Sini peluk abang.”

Netha mendengus kesal saat mendengar penuturan kakaknya yang ke lewat lebay. ”Long time no see, ndasmu. Orang tiap pagi, siang, sore, malem ketemu!”

“Lo mau ikut ke rumah Teyo gak?”

“Ngapain?” tanyanya malas sambil memainkan ponselnya kembali.

“Mau apelin Teyo. Tadi dia chat gue, katanya rindu.”

“Yang gini boleh gak sih dijadiin tumbal buat pesugihan?" Netha terus menggerutu sambil memakan cemilannya dengan kesal.

“Ayo beb, jika engkau ingin pergi bersamaku, cepatlah bersiap-siap karna aku tak mau menunggu sesuatu yang tak pasti seperti ini. Aku tak mau menunggu dia yang tak pasti untukku. Aku tak mau kalau aku di madu dumpa ting ting jos!”

Netha menatap kakaknya dari samping lalu tersenyum manis. ”Bang, bikin tutorial dong gimana caranya supaya bego terlihat natural. Terus lo share tuh di youtube!"

💌💌💌

“Yo, kok gue ngerasa perut gue kaya minta sesuatu yang bikin dia kenyang gitu.”

Teyo mendengus kesal mendengar sindiran Aldi yang sedang bermain playstation bersamanya. Ia menjeda gamenya lalu melihat ke belakang tempat dimana Helen dan Netha sedang duduk di sofa, sedangkan Aldi dan Teyo duduk di karpet. ”Eh ciwi-ciwi. Bikinin makan dong!”

“Ogah. Lo kira gue babu apa?!” balas Helen yang sedang mengepang rambut Netha.

“Elah, lo mah disuruh ngepangin rambut sama adik orang lain mau-mau aja. Giliran disuruh bikin makan sama adik sendiri gak mau."

“Bodo amat!”

Netha membalikkan badannya agar menghadap Helen lalu meminta Helen untuk mendekat karena ia akan membisikkan sesuatu. Setelah itu Helen cekikikan sambil mengangkat jempolnya mendengar ide dari adik Aldi yang ke lewat kurang ajar memang tapi masa bodo karena menurutnya ini lumayan seru.

“Iya gue bikinin makan,” ucap Helen sambil menahan tawa.

“Tapi kita makannya sambil lomba gimana?” usul Netha.

Teyo dan Aldi saling menatap lalu berkata. ”Oke!”

💌💌💌

“Gila banget sumpah ide lo.”

Netha cekikikan sambil membuka bumbu mie instan lalu dimasukkan ke dalam mangkuk. ”Bodo amat gue kesel sama abang gue dari tadi. Mana cabenya, Kak?”

Helen mengambil banyak cabe di dalam kulkas lalu memberikannya kepada Netha. ”Mereka gak akan curiga nih? Kasian juga sih, mereka berdua kan gak suka pedes.”

“Kan cabenya gue ulek terus di simpen di bawah. Makannya mie instannya aduk dulu biar mereka gak usah aduk lagi. Kalo mereka aduk lagi ya pasti ketauan.”

Helen menggelengkan kepalanya sambil menuangkan air ke dalam mangkuk yang sudah di tambah cabe dan mie instan. ”Biar sama-sama merah punya kita juga pake saos aja.”

Netha menganggukkan kepalanya. ”Boleh. Kalo mereka nanya kok mie instannya warna merah, ini pedes ya? Jawab aja ini pewarna dari mie instannya terus luntur ke air.”

Helen tertawa mendengar usul dari Netha sambil menggelengkan kepalanya. ”Kalo ketauan, kita kabur aja.”

💌💌💌

“Ayo kita bagi kelompok.”

Helen dan Netha melotot kaget saat mendengar usul Teyo. Lalu menggelengkan kepalanya secara bersamaan. Teyo mengerutkan keningnya. ”Harus adil dong!”

"Oh enggak, gak bisa gitu. Cewek sama cewek, cowok sama cowok,” kata Helen.

“Kalo mau ngelakuin perlombaan itu harus adil. Udah cepet yang cewek suwit dulu. Yang menang sama Bang Aldi, yang kalah sama gue.”

Netha menggelengkan kepalanya tak terima. ”Ngalah dong, kita kan udah masakin. Gue sama Kak Helen, lo sama Bang Aldi. Ya, ya, ya?”

“Yo, kok gue jadi curiga ya,” kata Aldi sambil menatap Helen dan Netha yang berada di depannya.

“Curiga apaan sih? Udahlah gue laper nih, ayo buruan makan!”

Netha menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Helen. ”Iya, ayo!”

“Biar gak lama gini aja, kita makan sama orang yang ada di hadapan kita. Oh ya, mata kalian ditutup pas lagi makan. Bentar gue ambil penutupnya dulu.”

Sambil menunggu Teyo kembali, Helen panik bukan main karena kedua mangkuk tersebut sudah mereka tutup menggunakan piring. Mie yang menggunakan saus ditutup oleh piring hijau sedangkan mie yang menggunakan cabai ditutup oleh piring merah. Jika matanya di tutup sekarang, ia tidak bisa memilih mienya karena Teyo yang akan membagikan.

“Nih, cepet pasang,” titah Teyo sambil menyodorkan penutup matanya kepada mereka.

Netha mengambil penutup matanya dengan tangan gemetar. ”Yo, matanya gak usah ditutup aja. Kan kita susah makannya.”

“Biar beda dari yang lain. Ya gak, Yo?”

Teyo menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan Aldi. Setelah melihat semuanya sudah memakai penutup mata. Teyo mengambil satu mangkuk untuk dirinya dan Netha. Lalu mengambil satu mangkuk lagi untuk Aldi dan Helen. Sebelum memulai, ia menggunakan penutup matanya terlebih dahulu.

“Ayo, 1 2 3 mulai!” Teyo mengintrupsi sambil menekan tombol mulai pada stopwatch di ponselnya dengan asal karena tidak terlihat.

Helen menyendok mie instannya dengan ragu sedangkan Aldi menyendok mie instannya dengan semangat. Ketika mie instan itu sudah masuk ke dalam mulut Aldi dan Helen. Mereka berdua sama-sama membuka penutup matanya lalu saling bertatap.

Alamat diamukin emak nya- batin Helen.

💌

Ingin qu memiliki teman seperti Aldi:)

Jangan lupa di vote, comment yang buanyak biar Aldi bahagiaaaahhh..

Follow ig@slsblamyg

Jangan lupa juga baca Bilan ye

Trimakasih

Mr. Bandana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang