Chapter 27

3.2K 370 28
                                    

RATU PILIHAN

CHAPTER 27

Original Story by Sherls Astrella

---

Seminggu berlalu sudah sejak percobaan pembunuhan Seungwan.

Panas Seungwan sudah berangsur-angsur turun. Luka di tangannya sudah mulai mengering. Namun menurut Dokter Yoona, luka di perutnya tidak akan sembuh secepat luka di kedua telapak tangannya.

Earl Hielfinberg juga sudah menunjukkan batas kesehatannya. Sekarang atas nasihat dokter, ia beristirahat di kamar lain yang tak jauh dari kamar Seungwan. Earl bukan saja lelah karena menunggui Seungwan sepanjang hari namun juga karena kecemasannya. Pada awalnya ia menolak namun setelah dibujuk oleh banyak orang, akhirnya ia mau menurut.

Zhoumi juga masih menutup mulut. Ia tetap berpura-pura tidak tahu apa yang telah terjadi di tempat persembunyiannya di Pittler. Ia terus mengelak pertanyaan demi pertanyaan yang diutarakan padanya. Sikapnya ini membuat Sehun sering lepas kendali hingga para prajurit kewalahan mencegah Sehun melukai tahanan mereka. Bawahan Zhoumi juga tidak banyak membantu. Mereka tidak tahu siapa dalang peristiwa ini. Sebagian dari mereka bersikap keras kepala seperti Zhoumi dan sebagian hanya tahu mereka diperintah Zhoumi.

Di Arsten juga tidak tampak pergerakan yang mencurigakan. Sooyeon masih tetap tidak terlihat di dalam maupun sekitar Arsten. Yifan juga tidak pernah menunjukkan sikap yang mencurigakan. Ia juga tidak pernah mengumumkan hilangnya pedang pusaka keluarga mereka.

Chanyeol merasa sudah saatnya ia mengambil tindakan tegas. Mulanya ia ingin menanti Yifan mengumumkan hilangnya pedang warisan keluarga mereka. Namun tampaknya sekarang ia harus memanggil kakak sepupunya itu dan menanyakan langsung keberadaan pedang yang digenggam Seungwan ketika ia ditemukan.

"Seungwan, dalam waktu dekat ini aku akan meringkus semua yang menyebabkanmu seperti ini. Aku berjanji padamu."

Chanyeol termenung melihat Seungwan. Hari-hari belakangan ini semangatnya terus mengendur. Ia merasa seluruh tenaganya telah dibawa Seungwan tidur.

Dulu ia selalu berharap Seungwan dapat bersikap tenang. Ia tidak menyukai setiap keributan yang dibuat Seungwan di Istananya. Sekarang ketika harapan itu terkabul, ia mengharapkan yang sebaliknya. Chanyeol tidak sanggup melihat gadis liarnya tidak berdaya seperti ini.

"Hari itu seharusnya aku mengikatmu," gumam Chanyeol. Mata kelabunya yang sendu menatap lekat-lekat wajah yang tertidur nyenyak itu. Tangannya membelai lembut setiap lekuk wajah Seungwan.

"Aku telah berusaha mencegahmu tetapi aku kalah. Kau tahu aku selalu kalah darimu," Chanyeol menggenggam kedua tangan Seungwan erat-erat dan menunduk dalam-dalam, "Andai saja aku berusaha lebih keras, semua ini tidak akan terjadi. Kau tidak akan celaka. Kau adalah poin penting dalam perebutan tahta ini. Kaulah pion untuk memberiku keturunan."

"Pion penting?"

Chanyeol terperanjat.

Mata biru jernih Seungwan menatapnya tajam.

"Seungwan!?" Chanyeol terpekik kaget, "K-kau sudah sadar?"

"Ya," kata Seungwan sinis, "Cukup sadar untuk mendengar semuanya."

Chanyeol terdiam.

Tidak ada gadis yang marah pertama kali tersadar dari tidur panjangnya.

Tidak ada seorang gadis pun yang berani menatapnya seperti itu.

RATU PILIHAN [pcy;ssw]Where stories live. Discover now