Special Part

1.3K 115 10
                                    

Warning! Terdapat beberapa
      adegan yang membutuhkan PG
      dengan Rated 18+
Jadilah pembaca yang bijak!

———————————————————

           "Ahjusshi, tolong gantung foto itu di sebelah sana." Pria itu mengangguk sambil membawa foto besar di tangannya.

          "Di sebelah sini?"

          "Ah, ya sebelah situ."

          Eunji sibuk membongkar kardus-kardus dengan barang-barang yang harus ia benahi sekarang. "Kardus-kardus ini seperti tidak ada habisnya," gerutu Eunji pelan. Ia berusaha menguncir rambut sebab Eunji tak mau rambutnya menjadi penghalang saat ia mengurusi banyaknya barang yang ada. Namun belum sempat ia mendapatkan ikat rambut di sakunya, ada tangan yang mengambil alih pergerakannya.

          Chanyeol tersenyum dengan hasil ikatan rambutnya yang rapi lalu berkata, "Tadi kutemukan jatuh di depan pintu. Dasar ceroboh, hm." Langsung saja Chanyeol mencium pipi kanan Eunji.

          "Benarkah? Terima kasih." Tak mau kalah, Eunji mengecup singkat bibir pria di depannya, mengelus lembut pipi Chanyeol lalu tersenyum. Setelah itu ia melanjutkan lagi acara bongkar-membongkar barang. Karena tak ingin mengganggu, Chanyeol keluar membantu mengangkut barang-barang lain.

          Hari ini mereka baru saja pindah ke rumah yang baru. Sebelumnya Chanyeol dan Eunji tinggal di sebuah Apartemen di daerah Gangnam. Setelah menimbang banyak hal dan berdiskusi bersama, keduanya sepakat untuk membangun rumah. Rumahnya pun cukup dekat dengan studio kerja Chanyeol dan tempat les Eunji mengajar.

          Dering telepon terdengar nyaring dari luar rumah. Dari nada dering, Chanyeol yakin itu berasal dari handphone miliknya. "Sayang, tolong angkat teleponnya. Handphone-ku ada di atas sofa!" teriak Chanyeol dari luar. Ia tidak mungkin berlari ke ruang tengah lalu mengangkat telponnya. Tangannya sedang mengangkat meja ke dalam. Dengan cepat Eunji mengangkat telepon di Handphone Chanyeol. "Yeobose—" Telepon tersebut mati. Eunji terheran-heran dengan penelpon tadi.

          "Siapa?" tanya Chanyeol. Eunji menggeleng lalu memberikan handphone Chanyeol kembali. "Nomor tak dikenal." Awalnya Chanyeol ragu dengan isi pikirannya, tapi setelah melihat nomor yang menelpon ia yakin betul mengapa si penelpon tadi langsung mematikan panggilannya. Tanpa menunggu lama pun Chanyeol langsung memblokir nomor tersebut. "Kau tidak ingin tahu siapa yang menelpon?"

          "Tidak perlu kau beritahu pun aku sudah tahu dari wajahmu, Park Chanyeol."

          "Kau tahu? Coba katakan siapa namanya."

          "Aku tidak tahu namanya,"

          Eunji menepuk tangannya pelan, pertanda pekerjaannya selesai. "Siapa lagi yang akan mengejar suamiku kalau bukan anak muda di supermarket, hm?"

          "Permisi, semua barang-barang anda sudah kami pindahkan," kata seorang petugas tiba-tiba. "Ya, tunggu sebentar." Eunji berjalan ke arah pintu sambil membawa dompetnya.

          Chanyeol yang melihat wajah Eunji tadi tertawa pelan. Kejadian di supermarket itu sudah sekitar 4 bulan yang lalu dan Eunji masih mengingatnya. "Aigoo, ingatanmu bisa bertahan selama itu, ya?" ucap Chanyeol saat Eunji menutup pintu.

          "Oppa, aku menemukan nomor telponmu. Pastikan kau mengangkat telponku, ya!" Chanyeol berusaha menirukan suara perempuan waktu itu. Sedang Eunji bergidik ngeri dengan kelakuan Chanyeol. "Kau tahu, itu lebih buruk daripada adegan dimana seorang pria digergaji hidup-hidup oleh pembunuh dalam film thriller."

My LOVE Case [END]Where stories live. Discover now