Pasti botol minum ini milik laki-laki itu, pikir Kelina.

Kelina menghela napasnya panjang. Dia meletakkan buku sketsa yang setengah kering tersebut di sisi kosong kursinya.

Matahari mulai naik. Kelina menyeka kening. Terik langit yang menerpanya cukup membuat Kelina haus. Sepertinya Kelina harus beranjak untuk membeli minum. Kelina menghampiri salah satu stand yang tak jauh dari panggung besar di depan sana.

"Kelina? Lo mau beli apa?"

Ternyata itu Fira dan Julia---sepupu perempuannya. Kelina baru sadar, stand yang Kelina kunjungi ternyata milik kelas Julia.

"Lemon tea satu."

Julia mengangguk. "Segera dibuatkan."

Acara pertunjukan telah berakhir. Di atas panggung sana tengah di persiapkan untuk rundown selanjutnya. Itu adalah acara puncak utama. Musik DJ. Banyak murid yang mulai berkumpul memadati depan panggung.

"Ini lemon tea lo, Kel."

Kelina menoleh, menerima. "Terima kasih."

Usai mendapatkan minumannya, Kelina kembali menatap kesibukan panggung. Fira dan Julia berlari meninggalkan stand demi mendapatkan barisan penonton paling depan.

DJ pun sepertinya telah datang. Teriakan saling bersahutan. Kelina bisa melihatnya dengan jelas. Bahkan Kelina tidak mengenali bintang tamu itu. DJ itu menyambut para murid dengan meriah, dia mulai memutar musiknya.

Musiknya begitu berdentum. Kelina sangat dapat merasakannya. Kepala Kelina mulai terasa berat. Dentuman itu membuat Kelina amat pusing.

Tapi ... Seketika semua suara itu terdengar menakutkan.

Ya, Kelina ketakutan.

Kelina mencoba menutup kedua telinga sekuatnya. Siapa pun, Kelina butuh keluar dari sini. Suara dentuman itu berubah menjadi suara yang menyeramkan. Kelina takut.

Dalam diri Kelina berteriak, tolong!

Tiba-tiba ada sebuah tangan menariknya. Kelina tidak berontak, dia juga tidak memperdulikan siapa yang membawanya. Yang dia tahu sekarang hanya takut. Kelina ingin semua suara itu menghilang.

Kelina masih memejamkan matanya rapat-rapat. Dia masih tidak berani melawan suara itu.

Kelina bisa merasakannya, dia seperti di bawa ke sebuah ruangan. Dan ketika pintu itu di tutup, semua suara hilang.

"Tenang ... "

Kelina mulai memberanikan diri tuk merenggangkan kedua tangannya dari telinga. Suara kebisingan itu sudah tidak ada lagi. Sebuah tangan hinggap di bahu kiri Kelina.

"Lo gak apa-apa?" lanjut orang itu.

Kelina perlahan coba membuka matanya. Dia sedikit mengangkat kepalanya melihat siapa pemilik tangan itu. Kelina mengerjap. Seorang laki-laki jakung kini di hadapannya.

"Muka lo pucet banget."

Kelina masih bungkam. Kini mereka tengah berada di ruang laboraturium bahasa. Laki-laki jakung itu memutuskan berbalik, duduk di lantai seraya bersandar pada tembok di bawah papan tulis.

Kelina masih tidak mengerti. Ketakutannya begitu saja hilang saat suara itu lenyap. Tetapi yang Kelina pertanyakan adalah pemuda yang bersamanya sekarang.

Kelina pun berbalik, ikut menyusul duduk di samping laki-laki jakung itu. "Lo ngapain bawa gue ke sini?"

Pemuda itu menatap Kelina. "Nolongin lo."

"Lo punya trauma?" lanjutnya.

Kelina diam. Dia harus jawab apa?

"Mata lo bilang 'ya'."

Kali ini Kelina menatapnya dengan lamat.

"Gue pernah nemuin orang kayak lo. Trauma dan takut."

Mendengar itu, Kelina langsung bangkit. Dia mulai tidak nyaman oleh pembahasan pemuda ini. "Gak usah sok tahu!" ketusnya.

"Eh, tunggu!" Baru saja ingin beranjak, pergelangan tangan Kelina ditahan olehnya.

"Itu botol minum gue?"

Kelina menoleh. "Jadi, lo yang nabrak gue tadi pagi?!"

"Gue gak sengaja. Gue buru-buru." Pemuda jakung itu sedikit merasa takut melihat wajah geram Kelina.

"Gara-gara lo buku sketsa--" Kelina tak melanjutkan kalimatnya. Dia teringat sesuatu yang sedari tadi Kelina lupakan.

"Buku sketsa ini punya lo?" Pemuda jakung itu menjulurkan buku yang tergulung. Benar, buku sketsa Kelina.

Kelina langsung merampasnya. "Kenapa buku ini ada sama lo!"

"Tadi gue nemu--"

"Ok. Gak peduli. Gue mau pulang!"

"Gue antar."

"Gak!"

"Sebagai tanda maaf sudah nabrak lo."

"Kenapa gue harus percaya sama lo?"

"Karena gue gak ada niat jahat sedikit pun, dan gue pantas lo percaya."










------------------------------

A.n :

'Dan gue pantas lo percaya'?
Pantas gak, guys?😢huhuhu...

Vote & Coment!!!

REMENTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang