16

758 127 23
                                    

Masih terlalu pagi untuk datang ke sekolah, tetapi Jihoon sudah duduk di depan lorong kelasnya –menunggu penjaga sekolah membukakan kunci setiap ruangan kelas. Setelah beberapa hari memikirkan semuanya, ia memberanikan diri untuk datang sepagi ini dan menunggu orang yang selalu menaruh surat di atas meja Baejin. Bukan sekedar merasa penasaran tetapi dia menaruh curiga jika orang itu adalah Yena, kekhawatiran itu muncul bukan tanpa sebab, saat Baejin membawa kotak makan tempo hari di rumah Guanlin, ia mulai curiga pada teman barunya itu, tidak hanya itu dua hari berturut-turut Jihoon selalu melihat surat di atas meja Baejin yang pengirimnya tidak diketahui. Terakhir, kemarin ia membaca surat itu secara sembunyi-sembunyi. Sayang sekali tidak ada informasi sedikitpun tentang si pengirim surat.

Jihoon berjalan ke bangku paling belakang –bangku tempat duduk Baejin. Mejanya masih bersih, belum ada surat yang menempel dibagian pokok kiri meja. Berarti ini kesempatan bagus baginya untuk menunggu si pengirim surat itu datang. Kedua matanya mengedar ke sekeliling kelas, mencari tempat yang aman untuk bersembunyi. Karena bangku Baejin tepat di bagian belakang kelas, dia tidak mungkin bersembunyi dibagian belakang, Ah! Akan sangat baik jika dia bersembunyi di kolong meja guru, bukankah jika orang itu masuk ia bisa langsung melihat wajahnya. Ide yang bagus.

Jihoon berlari cepat ke depan kelas, dia melepas tasnya lalu memasukkannya terlebih dahulu ke kolong meja, disusul tubuhnya dan menutupinya dengan taplak meja bermotif bunga, ada renda-renda berbordir yang menjuntai disetiap sisi taplak, motifnya sedikit bolong-bolong, itu bagus karena ia bisa mengintip si pengirim surat dari bolongan itu.

Cukup lama Jihoon bersembunyi, punggungnya terasa sakit karena tertahan oleh meja yang berbahan dari kayu Jati. Dia bermaksud untuk keluar tapi saat mendengar langkah kaki di lorong depan kelasnya, niatnya tenggelam begitu saja dan memaksanya kembali bersembunyi.
Jihoon mengintip dari celah-celah renda taplak meja. Yang pertama kali dilihatnya adalah sepatu pentopel hitam dengan kaus kaki panjang berwarna putih. Perlahan Jihoon mengalihkan fokusnya ke bagian atas orang itu, dia sangat terpukul saat melihat Yena berjalan sambil membawa sebuah kertas berbentuk persegi panjang yang mencurigakan. Setelah gadis itu pergi, Jihoon langsung keluar dari tempat persembunyiannya. Hatinya terasa sangat sakit. Dia tidak bisa menjelaskannya lagi dengan kata-kata, kedua matanya memerah dan berkaca-kaca, kalau saja teman-teman sekelasnya belum datang, mungkin dia akan menangis sejadi-jadinya, sayang sekali kedatangan ketua kelas –Mark Lee, mengubah semuanya. Jihoon memilih untuk duduk dibangkunya dan membungkam diri.

🌷🌷🌷

Sejak Jihoon tak sengaja membaca surat yang ditemukannya di atas meja Baejin beberapa hari yang lalu, sikapnya pada Baejin menjadi sangat dingin. Dia tidak seramah dulu jangankan menyapanya atau mengajaknya mengobrol, memberikan sedikit senyum saat berpapasan saja tidak. Awalnya Baejin tidak sadar jika Jihoon membaca surat yang Yena kirimkan padanya sampai dia bertanya pada Samuel dan jawabannya cukup menohok.

"Kau tidak sadar? Dia bersikap seperti itu karena salahmu."
Salahmu? Ulang Baejin dalam hati. 
Baejin tak mengerti. Memangnya kesalahan apa yang ia lakukan sampai Jihoon mengabaikannya seperti ini, hubungan yang tadinya baik menjadi sangat canggung dan tidak menyenangkan dulu. Padahal ia sangat senang saat Jihoon berteman dengannya. Kini semuanya itu hanya kenangan indah yang semakin lama kian pupus.

Baejin membuka acak buku tulisnya tak sengaja dia menemukan sebuah kertas berwarna biru yang dilipat empat dan ditempeli sticker kelinci. Ia sudah hapal siapa pengirim surat ini. Tanpa mau tahu apa isinya, ia meremas kertas itu dan membuangnya ke kolong meja untuk dibuang nanti saat pulang sekolah.

"Lagi?" Guanlin tiba-tiba saja duduk dibangku Samuel.

Memilih diam. Baejin mengunci rapat mulutnya. Melihat respon yang seakan menutupi kenyataan yang hampir diketahuinya Guanlin hanya bisa tersenyum masam. Dia bersiul namun suaranya tidak terdengar jelas karena suasana kelas yang sangat ramai. Saat ini jam kosong jadi kebanyakan teman-temannya memilih untuk mengisi waktu luang dengan berbagai macam kegiatan. Menyanyi tidak jelas, bermain game dan bergosip.

Hi Boy! [Baejin x Yena x Jihoon] Full VersionWhere stories live. Discover now