12

855 131 5
                                    

Jihoon melambaikan tangannya saat melihat Yena keluar kelas. Senyumannya melebar seiring dengan tatapannya yang tak pernah lepas dari wajah gadis kesayangannya. Dia berjalan menghampiri Yena yang masih mengobrol dengan keempat temannya.

"Jadi kau tidak mau pulang bersama kami karena orang ini huh? Pangeranmu?" Goda Wonyoung dengan tatapan nakal.

Yena salah tingkah dan cukup kesal dengan ucapan Wonyoung. Pangeran apanya, Jihoon sama sekali bukan pangerannya. Ayolah, teman-temannya itu kenapa bertingkah norak seperti itu? Lagipula ini bukan hal baru, maksudnya, Yena dan Jihoon sesekali sering pergi berdua untuk menghilangkan penat sepulang sekolah jadi untuk apa mereka bertingkah seantusias itu, seakan Yena dan Jihoon pasangan baru.

"Boleh kupinjam Yena sampai jam sembilan malam teman-teman?" Tanya Jihoon ikut masuk ke obrolan mereka.

"Tentu saja pangeran. Pulangkanlah dia dengan selamat." Kekeh Minju.

"Jangan lupa antarkan dia dengan kuda putihmu yang gagah." Erii juga ikut menimbrung, suasana penuh dengan tawa sampai guru Yang keluar kelas dan menasehati mereka untuk segera pulang ke rumah karena hari sudah malam.

Yena berpisah dengan keempat temannya di gerbang utama sekolah. Saat teman-temannya naik bus, Yena dan Jihoon berjalan kaki menuju pasar malam yang sebelumnya telah mereka sepakati untuk menghabiskan waktu bersama sampai pukul sembilan nanti.

"Yena, kau mau makan apa?" Tawar Jihoon saat mereka sampai ke pasar malam.

Suasana pasar malam yang cukup ramai membuat Yena lebih lama berpikir untuk mengambil keputusan. Beberapa aromanis berwarna-warni menggantung disalah satu langit-langit toko. Disampingnya ada penjual Tteokbokki  juga kue beras. Beberapa makanan ringan seperti Odeng , Hotbar , Hodu Gwaja  dan Bungeoppang  berjejer seakan saling bersahutan memenuhi pendengaran Yena untuk dimakan.

Melihat Yena yang masih menatap makanan dihadapannya Jihoon menarik lengan Yena dan mengajaknya ke salah satu penjual Bungeoppang Ice Cream. Suasana malam ini cukup panas dan pengap, bukankah memang pas menikmati Ice Cream. Jihoon membayar Ice Cream itu dan mengambilnya lalu memberikannya satu pada Yena.

"Wah ... cornnya lucu, ini seperti kue Bungeoppang." Oceh Yena antusias.
Jihoon menunjuk papan nama toko itu. Disana tertulis Bungeoppang Ice Cream. "Ah, pantas saja mirip. Ternyata ini memang kue Bungeoppang berisi Ice Cream." Ujar Yena tertawa menahan malu. Keduanya lalu berjalan untuk mencari tempat duduk dan menghabiskan Ice Cream berbentuk ikan itu. Yena menarik sendok yang ditusukkan ke Ice Cream, lalu mengorek untuk mengambil beberapa potongan buah yang tertimbun Ice Cream didalam corn.

"Yena ... "

"Hmm, " Yena menyahut tanpa mau menoleh Jihoon. Dia sedang berusaha menarik potongan buah Strawberry yang sulit untuk dikeluarkan. Ekspressi yang terlihat diwajah Yena membuat Jihoon tersenyum karena gemas, sadar sedang diperhatikan Yena berdeham, lalu melirik Jihoon dengan ujung matanya. "Ice Creammu meleleh! Jangan menatapku seperti itu eoh."

"Haha, habisnya kau menggemaskan sih, aku tidak tahan jika tidak menatapmu sedekat ini." Goda Jihoon lalu membersihkan lelehan Ice Cream yang mengotori tangannya.

"Mulai deh, jangan menggodaku seperti itu Jihoon. Aku tidak suka." Yena menyendok potongan Strawberry itu lalu menggigitnya. Ada perasaan lega karena berhasil mengeluarkan potongan buah berwarna merah itu dengan susah payah dari tumpukan potongan buah lain yang tertimbun Ice Cream.

"Yena ... "

"Hmm.. "

"Yena .... "

"Ya ... "

"Yena .... "

"Yaaa ... Kim Jihoon!" Suara Yena cukup meninggi saat menjawab panggilan Jihoon dan hal itu sukses membuat Jihoon kembali dibuat gemas, rasanya ingin sekali dia menarik kedua pipi chubby Yena namun ia masih harus menahannya karena status mereka yang masih sebatas teman.
Jihoon menyenderkan punggungnya ke kursi lalu berusaha menenangkan dirinya dan kembali memfokuskan diri untuk menanyakan sesuatu hal yang terus berputar diotaknya sejak dua hari yang lalu. Saat Yena ditemukan terkurung di gudang sekolah.

"Omong-omong, kenapa kau bisa terkurung di gudang sekolah?"
Yena tertegun sebentar, lalu kembali mengambil potongan buah didalam tubuh ikan corn. "Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa terkurung disana." Jawab Yena sedikit acuh, dia memang ingat kenapa tapi dia tidak tahu alasan apa yang mendorong Ha Minho untuk mengurungnya berdua dengan Baejin dua hari lalu di gudang sekolah.

"Hmm ... " Jihoon mencoba bertanya  baik-baik agar tidak terkesan ingin tahu dengan urusan Yena walau sebenarnya dia benar-benar merasa sangat penasaran. "Apa ... ini memang ada kaitannya dengan Minho seonbaenim?"

Yena menoleh dan mengangkat kedua bahunya, kembali bersikap sedikit acuh dan Jihoon tahu, itu adalah kode jika perempuan tidak ingin terlalu bercerita banyak terntang beberapa masalah. Itulah yang Jihoon pelajari dari Player Internasional, Samuel.

"Jihoon ... sekarang aku yang bertanya padamu."

"Ya ... Bertanyalah sebanyak mungkin. Tapi, apakah aku akan mendapatkan bonus jika aku menjawab semuanya?"

Yena dan Jihoon tertawa bersama.

"Aku serius Jihoon-ah,"

"Aku juga serius."

"Ah baiklah. Aku akan mentraktirmu nanti."

"Benar?" Jihoon mengacuhkan jari kelingkingnya dan disambut dengan jari kelingking Yena. "Jadi, apa yang ingin kau tanyakan padaku?"

"Kenapa kau bisa menyukaiku? Padahal wajahku tidak terlalu cantik jika dibandingkan dengan Yireon dan Minju, Kim Yeri dan Jeon Arin bahkan lebih cantik dariku. Beri aku alasan kenapa kau bisa menyukaiku."

"Hmm ... " Jihoon mendongkakkan wajahnyanya, hatinya semakin berdebar-debar, ditatapnya langit malam kota Seoul yang tak berbintang, hanya ada sinar rembulan yang cukup terang.

"Alasannya .... tak ada alasan untuk menyukaimu Yena." Ujar Jihoon sambil tersenyum dan kembali menatap wajah Cho Yena.

"Tidak ada alasan?" Kedua alis Yena bertaut tak mengerti.

"Yeah ... terkadang kita tidak pernah paham tentang perasaan suka yang tiba-tiba muncul. Kita tidak pernah tahu apa alasannya. Yang pasti ... saat kau menatap mata orang yang kau sukai jantungmu terus berdetak kencang. Senyuman akan terus menghiasi wajahmu saat kau bersamanya."

"Apa kau juga merasakan hal yang sama saat ini?" Tanya Yena polos.

"Kau tidak lihat? Aku terus tersenyum sejak kita berjalan berdua tadi."
Yena meraba dada Jihoon yang cukup memebuatnya terkejut bukan main. "Ah, kau benar. Detak jantungmu ..." Jihoon ikut meraba dadanya dan tangan Yena. Dia tersenyum sementara Yena, dia bingung harus bereskpersi seperti apa. Apakah dia bertindak sangat jauh? Mereka bahkan bukan sepasang kekasih dan dia malah melakukan hal seperti ini.

"Aku ... menyukaimu Cho Yena."

Yena mengerjapkan matanya, bayangan Min Baejin tiba-tiba saja muncul dan perkataan beberapa temannya soal perasaan Kim Jihoon padanya membuat otak Yena terasa penuh. Ditariknya tangan Yena lalu menggenggamnya. Untung saja Ice Cream yang dibelinya tadi sudah habis dimakan, setidaknya kedua tangannya bisa menggenggam erat tangan Yena.

"Jihoon-ah, bagaimana jika ... aku menyukai orang lain?"

DEG!

Jujur saja, rasanya jantung Jihoon tiba-tiba ditikam. Ada rasa sakit yang membuat semuanya badannya kaku.

"Bagaimana jika orang yang kau sukai ini, menyukai orang lain? Bagaimana de---"

Jihoon berusaha tersenyum walau kedua otot pipinya terasa kaku.

"Tidak apa-apa, aku tidak pernah menuntutmu untuk membalas perasaankukan?" Yena menunduk, menghela nafas. Melihat wajah Jihoon yang berubah drastis membuatnya merasa bersalah, seharusnya dia tidak usah mengatakan itukan.

"Ya ... kau benar. Jangan dianggap serius, pertanyaanku hanya berandai-andai." Ujar Yena, nadanya sedikit canggung. Dia kembali mengigit corn berbentuk ikan dan menghabiskannya.

Berandai-andai?
Hanya berandai-andai saja rasanya sangat sakit, bagaimana jika itu sungguhan?
Jihoon menarik napas lalu membuangnya, beberapa kali dia melakukan hal itu sampai rasa sakit itu menghilang.

Hi Boy! [Baejin x Yena x Jihoon] Full VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang