#7

1K 143 46
                                    

     Baejin mendorong pagar besi dihalaman depan rumahnya. Hari sudah mulai gelap dan tubuhnya terasa sangat lelah. Langkah kakinya melambat saat menaiki beberapa anak tangga teras rumah. Di dorongnya kenop pintu berwarna keabuan itu sampai terbuka lalu berucap pelan, memberitahu penghuni rumah jika dia sudah pulang.

     "Hyung !!" Suara anak kecil laki-laki itu menyambutnya di ruang utama rumah bergaya minimalis.

     "Hyung, tadi ibu membelikanku robot baru. Nanti kita main ya!" Pintanya sambil menarik lengan Baejin untuk mengikutinya ke kamar.

     "Baejin kau sudah pulang, nak?" Suara lembut sang ibu terdengar dari arah dapur. Dia berjalan menghampiri Baejin dengan wajah tertutup topeng karakter superhero Ironman. Baejin menaruh tasnya ke meja belajar lalu melepas masker. Ditolehnya sang adik yang masih antusias membuka kardus mainan robot yang dibelikan ibunya.

     "Baejin, kau pasti lelah. Ibu sudah memasak air hangat untukmu mandi. Bergegaslah! Setelah ini kita makan malam." Ujarnya sambil menepuk pelan bahu anak sulungnya. Ditariknya anak bungsu untuk pergi dari kamar, membiarkan anak tertua untuk betistirahat sejenak sebelum makan malam.

     Baejin berjalan mendekati cermin besar yang tertempel didinding kamar. Dirabanya luka memar disudut bibir. Ia meringis saat luka itu tersentuh ujung tangannya. Pukulan Ha Minho memang sangat kuat seharusnya dia menjadi petinju saja supaya pukulannya berguna dan tidak menyakiti orang lain. Ah, seandainya Baejin bisa melawan si senior Ha Minho itu dia pasti tidak akan terluka setiap Minho merisaknya. Setidaknya dia bisa menangkis setiap pukulan yang diarahkan padanya.

Omong-omong soal kejadian tadi. Lagi-lagi Yena ada disekitarnya mungkin ini kali keduapuluh kalinya gadis itu telah menyelamatkannya. Pertama, saat dia tak sadarkan diri didekat gedung kesenian kota, kedua, tadi saat dia dirisak oleh Ha Minho. Haruskah dia mengucapkan terimakasih pada gadis itu? Ah, tapi … itu mungkin saja kebetulankan?
Tapi ini adalah keduapuluh kalinya kebetulan yang membuatnya selalu bertemu dengan Cho Yena. Aish! Menyebalkan.

     "Baejin-ah, kau masih didalam?" Tanya sang ibu sambil membuka pintu dan mendapati anaknya tengah bercermin dengan wajah yang dipenuhi luka memar.

     "Baejin-ah, kenapa dengan wajahmu?" nadanya terdengar khawatir.

   "Tidak apa-apa ibu. Tadi aku ... "

    "Jatuh dari sepeda lagi?" Potong sang ibu seakan sudah hapal dengan alasan yang akan diucapkan oleh anaknya. Sebenarnya dia tahu Baejin selalu berbohong tentang ini, tapi ini sudah kesekian kalinya Baejin dijadikan bahan risakan oleh teman-teman sekolahnya. Hatinya terasa sakit melihat anaknya diperlakukan seperti itu. Dia melahirkan anaknya dengan penuh perjuangan dan cinta bukan untuk dipukuli seenaknya, ibu manapun tidak akan pernah rela melihat anaknya dirisak oleh orang lain begitupun dengan Ibu Min Baejin.

    "Baejin-ah, jangan menyembunyikannya dari ibu nak. Ibu tahu, luka memar seperti itu bukan karena kau terjatuh dari sepedakan? Kau bahkan tidak pulang bersama sepedamu. Kau dirisak lagi?"

    Baejin menundukkan pandangannya. Ia tahu, kebohongannya sia-sia. Salah satu alasan kenapa dulu dia sering berpindah-pindah sekolah, karena dia selalu menjadi bahan risakkan teman-temannya dan dia tidak mau mengulanginya lagi sekarang. Cukup, dia lelah jika harus berpindah-pindah sekolah. Dia akan berjuang untuk tetap bersekolah di Jupiter High School meskipun resikonya akan sering dirisak oleh Ha Minho dan teman-temannya. Lagipula pindah sekolah memerlukan banyak uang dan karena dia anak Yatim tentu saja itu sangat menyulitkan. Ibunya hanya bekerja sebagai kasir di minimarket dekat rumah. Baejin tidak mau menambah beban bagi ibunya, apalagi adiknya Min Chenlee akan segera didaftarkan sekolah tahun depan.

Hi Boy! [Baejin x Yena x Jihoon] Full VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang