11

788 129 7
                                    

"Kemarin Ha Minho dan teman-temannya mengurungmu di gudang. Maaf, aku tidak langsung menolongmu. Aku sangat takut saat itu, sampai larut malam aku baru memberani diri  menelpon Junhong oppa dan memberitahunya tentang kejadian itu. Aku sungguh-sungguh meminta maaf Yena-chan." Erii membungkukkan badannya 90 derajat di depan Yena. Sementara gadis itu duduk ditempat tidurnya dikelilingi teman-temannya, kakaknya dan ... Kim Jihoon.

"Tidak apa-apa Erii-chan , aku tahu kau pasti ketakutan dan juga bingungkan kemarin, lagipula aku baik-baik saja. Sudah ya, jangan merasa bersalah." Ujar Yena merasa tak enak melihat tingkah sahabatanya itu, dia menepuk bahu Erii pelan dan menyuruhnya untuk kembali duduk.
Ha Minho.

Yeah, Yena ingat sekarang. Kemarin dia menemui Minho setelah pulang sekolah dan setelah itu dia tidak ingat apa-apalagi selain ingatannya tentang gudang itu dan juga ... Min Baejin. Dia. Apakah dia baik-baik saja?

"Kalau boleh tahu siapa yang membawaku dari gudang?"
"Pikirmu?" Sahut Junhong bersender pada meja belajar Yena. "Siapa lagi yang menolongmu saat kesusahan selain aku? Ninja Hatori? Naruto? Atau Inuyasha?"

Ruangan itu kini ramai dengan suara tawa penghuninya. Jihoon menatap Yena cukup lama. Jujur saja, sejak Junhong menghubunginya tadi malam dan menanyakan Yena, perasaannya mulai tidak karuan. Dia khawatir, dia takut dan cemas memikirkan Yena. Jihoon bersyukur jika Yena baik-baik saja. Yang menjadi pikirannya sekarang adalah ada hubungan apa Ha Minho dan Yena? Kenapa dia mengunci Yena digudang hampir semalaman? Mungkinkah mereka terlibat masalah yang tak dia ketahui? Jihoon harus segera mencari tahu.

"Jihoon, Kau mau menginap di sini?" Suara Minju membuyarkan pikirannya tentang Ha Minho dan Yena. Jihoon tersenyum lalu ikut berpamitan. Sebelum benar-benar keluar, dia sempat melambaikan tangannya mengucap salam perpisahan pada pujaan hatinya.

Shannon masuk ke dalam kamar membawa nampan berisi sup ayam dan juga secangkir teh
Jahe hangat. Dia menaruhnya di atas meja lalu ikut duduk ditempat tidur Yena. Sejak berpacaran dengan Junhong tiga tahun lalu, gadis blasteran Wales-Korea ini memang sering berkunjung ke rumah keluarga Cho.

"Yena makan dulu ya! Wajahmu pucat. Kau pasti belum makan sejak kemarinkan?" Tanya Shannon. Tangannya mengambil mangkuk berisi sup dan mulai menyendoknya untuk menyuapi Yena. Tak ada penolakan, Yena melahap semua yang disuapkan Shannon. Ia meneguk teh jahe hangatnya lalu melap bibirnya yang terasa basah. Ditatapnya sang kakak yang duduk di depannya. "Kenapa kau menatapku seperti itu? Yak! Aku tidak sakit, jadi kau tidak perlu khawatir."

Junhong tersenyum lalu menggenggam tangan sang adik dan mengelusnya pelan. "Aku tahu. Kau perempuan kuat. Kau tidak mungkin sakit hanya karena tidak makan selama satu hari. Ah ... boleh aku tanya sesuatu padamu?"
Yena mengangguk, dia mengambil satu potong apel yang diberikan Shannon. Junhong tak kuasa menahan tawanya membuatnya terlihat aneh untuk beberapa saat.

"Apa ... kau dan Jihoon sudah menjalin hubungan?"

"Relationship?" Sahut Shannon tak percaya. Kedua mata indahnya membulat membuat wajahnya yang terlihat seperti boneka Barbie itu menjadi lucu.

"Tidak!" Tolak Yena. Kenapa kakaknya bisa bertanya seperti itu? Memangnya mereka terlihat seperti sepasang kekasih tadi? Tidakkan.

"Hmm ... baguslah, kau masih kecil. Belajarlah dengan baik jika ingin sukses." Junhong mengacak rambut Yena pelan.

Shannon merapikan mangkuk soup dan pisau yang digunakannya untuk memotong apel. Dia sangat suka melihat interaksi kakak beradik ini. "Yena, kemarin kau bilang ingin menanyakan sesuatu padakukan? Memangnya apa yang ingin kau tanyakan?"

Yena terdiam dan mencoba mengingat, dan wajah Baejin muncul begitu saja. "Ah!" seru Yena, tangannya diangkat ke atas. Wajahnya terlihat lucu saat sedang berpikir membuat Junhong gemas dan menepuk dahi Yena. "Wajahmu saat sedang berpikir itu sangat jelek ahahahaha" kekeh Junhong.

Yena mempoutkan bibirnya mengacuhkan sang kakak dan berbalik ke arah Shannon. "Eonni, kau pernah bilang padakukan jika kau memiliki teman yang berkuliah di Jurusan Psikologi?" Shannon menganggukkan kepalanya. Dia memang pernah berbicara seperti itu tapi sudah lama dan Yena masih mengingatnya? Wah ... ingatannya tajam juga.

"Aku ingin bertanya, apakah seorang laki-laki bisa tidak tertarik dengan perempuan? Bahkan perempuan cantik sekalipun. Apa itu salah satu masalah mental?"

"Tidak suka perempuan? Maksudmu, dia menyukai sesama jenisnya atau ... "

"Tidak tahu, mungkin bisa ya atau tidak. Tapi dia benar-benar tidak menyukai perempuan. Dia selalu terlihat ketakutan saat dekat dengan perempuan." Jelas Yena lagi.

"Venustruphobia," Sahut Junhong membuat kedua gadis didepannya menoleh dan fokus padanya. "Itu istilah untuk phobia terhadap wanita.

Biasanya dia memiliki kenangan buruk dengan wanita dan membuatnya phobia. Hal ini memang aneh, tapi seiring kemajuan zaman memang hal aneh seperti ini banyak terjadi." Lanjut Junhong meneruskan perkataannya.

"Hmm ... aku baru ingat, aku pernah dengar tentang hal ini." Shannon membenarkan perkataan Junhong.

"Apa bisa disembuhkan?" Yena mulai tertarik, siapa tahu saja jika Baejin sembuh dia bisa menerima keberadaan Yena dikehidupannya.

"Setahuku bisa, tapi aku tidak tahu bagaimana caranya. Kenapa? Apa Kim Jihoon mendadak terkena Venustruphobia?" Goda Junhong yang sukses membuat Yena melemparinya dengan bantal kecil.

"Kalau dia takut pada wanita, untuk apa dia datang ke rumahku bersama teman-temanku huh? Jangan menggodaku tentang Jihoon." Protes Yena tak suka.

"Kalau bukan Jihoon, lalu siapa?" Shannon ikut menggodanya dan Yena semakin tak nyaman. Lagipula Yena tidak menyukai Jihoon. Dia hanya menganggap Jihoon sebagi temannya. Itu saja, tidak lebih. Walau ia tahu jika Jihoon selalu ada untuknya dan perasaannya tetap sama seperti satu tahun yang lalu –menyukai Yena. Tetap saja hal itu tidak lantas membuat hatinya terbuka dan membalas perasaan Jihoon, malah sebaliknya. Dia tertarik pada yang lain.

"Aku menyukai orang lain. Jadi tolong, jangan pernah menggodaku tentang Jihoon lagi." Pintanya.

"Orang lain?" Suara Junhong sedikit meninggi. "Siapa yang disukai adikku? Aku harus mengenalnya terlebih dahulu."

"Kau tidak akan pernah bisa mengenalnya,"

"Kenapa?"

"Karena dia sulit untuk didekati."

"Apa dia anti-sosial?" Shannon ikut menimbrung pembicaraan kedua kakak beradik itu.

"Hmm ... mungkin. Dia tidak memiliki teman di sekolah. Dia selalu jadi bahan risakkan anak geng dan kemana-mana selalu sendirian."

"Kasihan sekali. Memangnya namanya siapa?"

"Ingin tahu saja!" Yena menjulurkan lidahnya lalu tertawa lebar.

"Yak!" Junhong mulai kesal dan kembali menepuk-nepuk dahi Yena membuat gadis berponi itu mengaduh.

"Eonni, beritahu aku! Bagaimana meluluhkan hati orang seperti itu?"
"Seperti itu? Maksudmu, Venustruphobia?" Yena mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Sepertinya ... itu akan sulit." Shannon mendekatkan kepalanya pada Yena, dia berbisik. "tapi tenang saja, aku pasti akan mengajarimu untuk meluluhkan hatinya." Dan keduanya tertawa bersama.

Hi Boy! [Baejin x Yena x Jihoon] Full VersionWhere stories live. Discover now