15

695 122 10
                                    

"Kau yakin ini rumahnya?" Yena menatap pagar besi rumah keluarga Min. Dia tidak begitu yakin karena Minju mengatakannya dengan ragu.

"Iya .. benar. Aku pernah melihat dia masuk ke dalam rumah ini." Ujarnya mencoba meyakinkan Yena jika rumah dihadapan mereka sekarang memang rumah Min Baejin.

"Kau yakin?" Yena bertanya sekali lagi dan gadis cantik itu mengangguk. Tidak mungkin bukan Baejin masuk ke sembarang rumah? Diakan bukan pencuri.

Setelah merasa yakin jika rumah itu milik Min Baejin, Yena mulai memberanikan diri untuk mengetukkan ujung kunci pagar itu ke bagian lain menimbulkan suara cukup memekakkan telinga beberapa saat.

"Permisi!" Teriaknya. Namun tak ada seorangpun yang keluar dari rumah. Yena kembali berteriak tapi tidak ada yang menyahut kini dia mulai ragu.

"Mungkin tidak ada orang di rumahnya. Apa kita pulang saja?" Yena hanya melirik menanggapi perkataan Minju. Dia tidak mungkin pulang karena tak mendapatkan hasil. Waktunya hanya dua minggu lagi dan dia harus bisa memanfaatkan sisa waktu itu untuk bisa mendekati Min Baejin.

Yena kembali membunyikan ujung besi itu. "Permisi!" Ia kembali berteriak sambil menatap ke dalam rumah berharap jika ada seseorang di dalam.

"Mencari siapa?" Seorang wanita paruh baya berjalan menghampiri keduanya, dibelakangnya ada anak laki-laki berusia lima tahun yang ikut menatap Yena dan Minju dengan wajah imutnya yang menggemaskan.
Kedua gadis itu membungkukkan badan sambil tersenyum. "Kami ingin menemui Min Baejin." Wanita paruh baya itu tersenyum ramah, dia membuka pagar dan mempersilahkan keduanya untuk masuk ke dalam.

Pintu utama rumah itu terbuka. Yena dan Minju membuka sepatu mereka lalu berjalan masuk ke dalam. Anak laki-laki itu menarik-narik tangan Yena menyuruhnya untuk duduk.
"Noona, apa kau temannya Baejin hyung?" Tanya anak itu ceria.

Sebelum menjawab, Yena menoleh ke arah Minju lalu tersenyum mencubit gemas pipi anak laki-laki itu pelan. "Iya. Aku teman kakakmu. Apa kau adiknya? Siapa namamu anak menggemaskan?"

"Min Chenlee." Jawabnya sambil menarik lengan Yena agar berhenti mencubit kedua pipi chubbynya. Dia mengelus pelan pipinya yang sedikit memerah lalu bergeser saat ibunya datang sambil membawa nampan berisi minuman juga satu toples kue kering.

Chenlee tak mau diam karena terus bergerak sesuka hati membuat Ny.Min menarik dan mendudukkannya disampingnya agar dia diam dan tak berjalan kesana kemari.

"Maaf hanya ada kue kering dan juga teh manis. Silahkan dinikmati!" Ujar Mrs.Min ramah.

Yena mengambil cangkir teh itu lalu meminumnya sedikit. Hanya ingin menghargai keramahan sang pemilik rumah. Sambil meminum tehnya kedua mata Yena berkeliling memerhatikan keadaan rumah Baejin. Tidak cukup buruk tapi sangat sederhana. Dinding di rumahnya sangat polos tak ada lukisan atau benda hiasan lain. Gorden berwarna hijau tosca menjuntai menutupi jendela dibagian utara rumah. Sebuah televisi bermodel lama tersimpan rapi di atas lemari kecil, lalu disampingnya ada sebuah kipas angin besar juga tinggi. Meja kecil tempat mereka berkumpul sekarang seakan menjadi tempat ternyaman untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.

"Kalau boleh tahu, ada perlu apa kalian menemui Baejin?" Ny.Min memulai membuka pembicaraan saat suasana semakin terasa canggung.
Yena tersadar, ia mengembangkan senyumnya. Tangannya mengambil sebuah buku catatan dari tas lalu mengeluarkannya.

"Kemarin aku meminjam buku catatan Baejin. Saat aku ingin mengembalikannya tadi, dia sudah tidak ada di kelas. Jadi ku pikir aku harus mengembalikan ke rumahnya langsung."

Ny.Min mengambil buku itu, dirabanya permukaan buku bersampul cokelat cukup lama. Kedua matanya sedikit berkaca-kaca. "Aku senang jika Baejiin memiliki teman." Ujarnya pelan.

Yena dan Minju saling bertatapan lalu melihat ke arah Ny.Min yang terlihat menyeka ujung matanya. Yena tak mengerti kenapa Ny.Min sesedih itu. "Sudah sangat lama sekali Baejin tak pernah memiliki teman. Aku benar-benar sangat bersyukur dan sangat senang jika ada yang menganggap Baejin adalah temannya."

Tak enak dengan suasanya yang teramat canggung Yena mengeluarkan sebuah kotak makan bertingkat dari tas jinjingnya dan menaruhnya ke atas meja. Dia juga memberikan beberapa marshmallow pada Chenlee. Anak itu berloncat girang.

Sebelum kau mendekati orang yang kau sukai. Dekati dulu keluarganya, rebut hati ibunya maka diapun akan tunduk padamu. Yena tersenyum saat mengingat perkataan Shannon tempo hari. Yeah, semuanya memang sudah direncanakan oleh Yena sebelumnya. Makanan rumahan yang dia masak sendiri di rumah, beberapa buah marshmellow yang sengaja dibelinya untuk adik Baejin juga buku catatan yang Yena ambil diam-diam dari loker Baejin. Semuanya memang Yena lakukan demi menjalankan saran dari calon kakak iparnya, Shannon Arrum.
Jika melihat semua reaksi yang ditunjukkan Ny.Min yang menyambut kedatangan Yena dengan baik kemungkinan besar rencananya akan berhasil.

"Bu, makanan ini aku yang membuatnya jadi kalau rasanya kurang enak, harap maklum ya .. " ujar Yena sambil tersenyum manis.

Ny.Min mengambil makanan itu untuk dipindahkan ke mangkuk juga piring. "Masakannya pasti enak. Terimakasih banyak. Wah Chenlee jangan terlalu banyak memakan Marshmallownya."
Chenlee mengangguk-anggukkan kepalanya dengan mulut penuh marshmallow.

Ponsel Yena bergetar. Sebuah pesan chat masuk dari Jihoon.

Jihooney
Yena apa kau masih menyimpan kotak makan yang pernah ku berikan padamu?

Yena
Ya. Aku menyimpannya

Jihooney
Benar masih menyimpannya?

Yena
Iya Jihoon.
Aku menyimpannya
Kenapa?

Jihooney
Tidak apa-apa
Baejin membawa kotak makan yang mirip dengan kotak makan yang ku berikan padamu.
Ku pikir

Pesan telah dihapus

"Eh?!" Kedua mata Yena melebar tak menyangka dengan pesan yang Jihoon berikan. Apa mereka sedang bersama sekarang?

Jihooney
Kenapa hanya di read?
Kau tidak berbohong padakukan?

Yena menggigit bibirnya sambil mencari alasan. Entah kenapa dia mulai gelisah.

Yena
Tidak apa-apa
Sudah ya Jihoon, aku sedang dirumah temanku.

"Kenapa?" Minju berbisik.

"Tidak apa-apa." Yena mencoba menenangkan hatinya. Dia tersenyum saat tak sengaja bertatapan dengan Ny. Min.

"Oh iya bu, kenapa Baejin belum pulang?"

Ny.Min melirik jam dinding sebelum menjawab. "Dia sedang mengajar les. Biasanya dia akan pulang jam delapan malam." Yena mengangguk, dia menoleh kea rah Minju, mengajaknya beroamitan sebelum pulang. "kalau begitu, kami pamit pulang ya bu, Chenlee!" Pamit Yena. Dia mencubit lagi Chenlee sebelum keluar dari rumah keluarga Min.

Hi Boy! [Baejin x Yena x Jihoon] Full VersionOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz