#6

1K 151 37
                                    

     Min Baejin memilih untuk tetap duduk di kelas saat bel pulang sekolah telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Kedua matanya fokus menatap orang-orang disekitar yang tengah bersiap untuk keluar kelas. Matanya tak berkedip saat Jihoon mendekatinya dengan senyuman ramah. Dia duduk dibangku kosong di samping Baejin.

    "Kau tidak pulang Baejin-ssi?"

     "Aku akan pulang." Jawabnya sambil memasangkan masker lalu mengambil tas ranselnya berjalan melewati Jihoon begitu saja.
Tak mau ditinggal sendirian di kelas, Jihoon menarik tasnya dan berjalan menyusul Baejin.

     "Tunggu Baejin-ssi!" Panggil Jihoon, rambutnya tertiup angin saat berjalan cepat membuat dahinya tereskpos, kalau saja banyak siswi perempuan yang melihatnya Baejin yakin mereka akan langsung berteriak memanggil nama Jihoon berkali-kali. Hal itu sudah tidak aneh, akan banyak gadis yang meneriakkan nama Jihoon, apalagi saat pertandingan futsal berlangsung. Kim Jihoon cukup terkenal dikalangan siswi perempuan bukan hanya karena wajahnya tetapi juga karena sikap ramah dan keahliannya bermain bola.

     "Ku dengar nilai pelajaran Sosiologimu bagus dibandingkan yang lain, kalau aku memintamu untuk menjadi guru lesku apa kau mau?"

      Baejin mengerutkan dahinya, guru les? Hei! Baejin tak sepintar itu lagipula nilai ulangannya bagus kemarin itu hanya kebetulan. Apa Jihoon bersungguh-sungguh dengan pertanyaannya?

     "Tidak mau ya?" Tanya Jihoon lagi dengan nada yang lebih pelan seakan sudah menduga.

     "Tidak bukan seperti itu. Aku tidak ahli, jadi ku pikir aku tidak bisa menjadi guru lesmu." Jelas Baejin berharap Jihoon bisa mengerti. Lagipula pengetahuannya tentang ilmu itu masih mendasar, harusnya Jihoon meminta guru Na sebagai guru lesnya yang sudah terbukti sarjana Sosiologi bukan sepertinya yang masih duduk dibangku SMA.

     "Baiklah, kalau begitu ... bagaimana kalau kita membuat kelompok belajar untuk mata pelajaran Sosiologi? Sepertinya itu akan menyenangkan."

Kelompok belajar. Ulang Baejin dalam hati.

Rasa gelisah mulai muncul dihatinya. Apa Jihoon akan mengajaknya membuat kelompok belajar dengan para siswi yang siap membuatnya loss control setiap saat? Oh itu buruk. Hatinya menolak, dan otaknya berpikir keras untuk menolak ajakan Jihoon.

    "Itu ide yang bagus, tapi ... "

    "Tenang saja, aku hanya mengajak Guanlin, Seonho dan Samuel. Bagaimana?"

Seonho, Guanlin dan Samuel, ketiganya teman sekelas Baejin. Mereka juga terlihat anak-anak yang baik, sepertinya Baejin harus menerima ajakan Jihoon bukankah ini kesempatan bagus agar dia tidak sendirian terus di sekolah, setidaknya memiliki teman itu membuat hidupnya menjadi lebih berwarna.
Setelah berkemelut dengan pikiran diotaknya, akhirnya Baejin meanggukkan kepalanya sambil tersenyum dibalik masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya, walau tidak terlihat namun kedua matanya yang sedikit menyipit meyakinkan Jihoon jika teman sekelasnya ini menerima ajakannya.

    "Baiklah, nanti kita bicarakan lagi. Aku pulang dulu ya! Bye!" Jihoon melambaikan tangannya sambil berlari meninggalkan Baejin.

Pemuda bermasker itu menuruni beberapa buah anak tangga dan berhenti tepat di lorong lantai satu, saat salah satu teman sekelasnya menghampiri Baejin sambil terengah-engah.

Hi Boy! [Baejin x Yena x Jihoon] Full VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang