#10

891 135 16
                                    

Yena mencoba untuk membuka kedua matanya yang terasa berat. Kepalanya berdenyut-denyut memaksanya untuk memijat pelan guna menghilangkan rasa pening. Hal pertama yang dilihatnya sekarang adalah ruangan pengap yang cukup gelap. Beberapa kursi dan meja tertumpuk didekatnya. Lemari-lemari rusak dan beberapa bambu bekas juga ikut memenuhi ruangan itu. Yena membenarkan letak duduknya, menatap ke sekeliling dan menemukan sesosok hitam tinggi yang tak jauh dari tempatnya sekarang. Karena takut, diambilnya salah satu kayu untuk melindungi diri. Perlahan dia mulai berdiri, berjalan mengendap sambil mengacungkan kayu ke depan. Merasa lebih dekat dengan sosok hitam itu, diangkatnya kayu tinggi-tinggi sambil menarik nafas diayunkannya kayu itu pada sosok hitam dengan sangat kencang. Suara jeritan terdengar setelahnya.

"AW!!!"

Suara itu menggema diruangan kecil nan pengap memantul dan membuat Yena sangat terkejut, dia menjatuhkan kayu itu begitu saja, menutup kedua telinganya seakan tak mau mendengar suara teriakan. Suara kayu jatuh terdengar nyaring, sesosok hitam berjalan mendekati Yena. Kedua matanya melotot --mempertegas amarahnya.
Yena masih menutup kedua matanya, dia takut jika sosok hitam itu akan memukulnya balik atau yang lebih parahnya lagi mungkin saja tubuhnya bisa dijadikan hidangan makan malam. Oh itu buruk!

TRANG!!!

Kayu itu kembali menggelinding di lantai. Langkah kaki terdengar semakin dekat dengan Yena. Sekuat tenaga dia memberanikan diri untuk membuka matanya dan menatap wajah sosok hitam yang dipukulnya tadi.

"Baejin ..." panggilnya pelan tak menyangka jika sosok hitam itu adalah Min Baejin. Menyadari jika dihadapannya seorang perempuan, Baejin mundur dan menjauhi Yena. Kembali menyendiri dibagian ruangan yang gelap. Yena yang masih penasaran dengan keadaannya sekarang berjalan menghampiri Baejin.

"Min Baejin? Benar Min Baejinkan?" Tanyanya memastikan. Namun Baejin sama sekali tak menoleh. Dia menatap lantai berdebu yang tengah diinjaknya sekarang.

"Kenapa kau ada disini? Kenapa kita ada disini? Apa kau tahu sesuatu?" Lagi, tak ada jawaban. Yena sempat menatap wajah Baejin cukup lama berharap jika pemuda bermasker itu akan mengatakan sesuatu tapi itu tak ada gunanya. Baejin terlihat asyik sendiri dengan keheningan. Kesal. Yena berjalan kesekelilingnya mencoba mencari jalan keluar.

“Percuma, semua pintu dikunci.” Yena hanya menoleh ke arah Baejin dan menatap ke sekeliling, ruangan ini benar-benar sangat tertutup, satu jendela kecil dibagian barat ruangan itu juga tertutup dengan triplek. Hanya ada satu genteng yang terbuat dari kaca yang menembuskan sinar rembulan malam ini.

Malam?
Yena tersadar jika hari sudah malam dan dia belum pulang. Ya tuhan, bagaimana ini?

"Yak! Min Baejin! Sebenarnya kita dimana? Kenapa kita terkurung di sini?"

"Ish! Kenapa kau diam saja? Kau tidak mau menjawab pertanyaanku? Kenapa? Apa kau sedang sakit gigi? Kau sariwan?" Cerocos Yena.

Sambil berjalan mondar-mandir Yena mencoba mengingat kejadian sebelum ia sadar dan berada ditempat ini. Seingatnya tadi setelah pelajaran Madame Irene dia mengajak Yireon dan Erii untuk menemaninya menguntit Baejin lalu ... kenapa dia bisa terjebak diruangan ini bersamanya? Apa dia melewatkan ingatakan penting? Tapi apa itu?

Beberapa ekor kecoa berlarian membuat Yena berteriak kaget. Dan mencoba menginjak kecoa-kecoa itu dengan kakinya. Melihat pemandangan cukup sadis dihadapannya Baejin semakin takut. Perempuan memang menakutkan apalagi saat sedang marah dan Baejin paham kenapa akhir-akhir ini Kyle sering mengoceh jika perempuan sedang marah itu lebih menyeramkan dibandingkan hantu-hantu di film The Conjuring dan yeah ... sepertinya itu memang benar.

"Mati kau ya! Mati kau!! Aish!! Jangan lewat di depanku! Bilang pada teman-temanmu. Kau tidak mau matikan?!" Teriak Yena seakan tengah memperingatkan dua kecoa yang berlarian kalang kabut melarikan diri dari injakan sepatu.

Hi Boy! [Baejin x Yena x Jihoon] Full VersionWhere stories live. Discover now