Chapter 26. I miss you already

98.6K 3.3K 67
                                    

Vanilla meraih ponselnya dari dalam tas, ia melihat kontak, ia ragu namun tidak kuasa menahan, akhirnya ia membuka blokirannya pada nomor Reza.

Vanilla mengetik pesan pada Reza.

To : Boss
Bos?

Setelah terkirim, Vanilla segera meletakkan ponselnya dan kembali makan, ia bahkan sekarang berdebar panik menunggu balasan Reza.

Ting!

Suara ponselnya berhasil membuat ia sedikit tersentak.

Vanilla melirik ke arah layar ponselnya dan melihat balasan Reza dengan jantung berdebar.

From : Boss
"Kenapa? Hah? Masih inget sama bossnya?"

Vanilla tidak dapat menahan senyum melihat balasan Reza. Ia membayangkan wajah Reza saat ini, pasti menyeramkan sekali. Untung saja Reza tidak ada dihadapannya sekarang.

Baru saja hendak membalasnya lagi, tiba-tiba ponsel Vanilla berdering, Reza menelfonnya.

Vanilla langsung panik, ia benar-benar tidak menyangka kalau Reza akan langsung menhubunginya, ia jadi kebingungan sendiri.

"Kenapa Vani? angkat itu telponnya," kata Heri.

"Ehm.. iya yah, Vanilla kedepan dulu ya biar dapet sinyal" Vanilla kemudian buru-buru keluar kedai itu dan mencari tempat sepi, ia mengangkat panggilannya dengan sedikit gugup.

"Ha-halo?" kata Vanilla pelan. Tidak ada jawaban dari Reza

"Boss?" tanya Vanillia bingung.

"Kenapa?"

Vanilla terkesiap, mendengar bosnya mengeluarkan satu kata saja sudah membuatnya merinding.

"Kenapa pergi gak bilang-bilang?" tanya Reza.

"Ehm.. anu.." jawab Vanilla bingung.

"Anu apa?" tanya Reza lagi.

"Itu.. ehm.. maaf boss.." ucap Vanilla akhirnya, ia benar-benar bingung harus beralasan apa. 

Vanilla dapat mendengar Reza menghela nafasnya, apa ia marah?

"Kamu sakit?"

"Engga kok, cuma sedikit gak enak badan," kata Vanilla.

"Kalo cuma sedikit gak enak badan, kenapa sampe minta cuti?" tanya Reza.

"Ehm iya..maaf bos."

Reza kembali menghela nafasnya kasar, rasanya kesabarannya benar-benar diuji tiap kali berbicara dengan asistennya ini.

"Jangan marah.." ucap Vanilla lirih.

"Lagi-lagi kalimat itu," kata Reza kesal.

"Aku gak marah Vanilla, aku khawatir," lanjut Reza membuat Vanilla terdiam.

"Kapan kamu pulang?"

"Belum tau," jawab Vanilla jujur.

"Aku akan menjemputmu besok," sahut Reza membuat Vanilla melotot.

"Hah?! Jangan!" kata Vanilla panik.

"Kenapa?"

"Ehm, gak enak sama ayah, masa baru sampai besok langsung pulang," tutur Vanilla.

"Yaudah kalau gitu, lusa, aku akan menjemputmu lusa."

"Eh jangan.."

"Bos yang satu ini tidak suka ditolak," potong Reza membuat Vanilla bungkam.

Vanilla tidak dapat melawan kalau sudah begini. Bosnya memang selalu semena-mena, ya wajar sih dia kan bos, tapi tetap saja! batinnya.

Meskipun kesal dengan sifat Reza, Vanilla tidak naif, ia senang karena Reza menghawatirkannya, ia senang karena Reza peduli padanya.

Untuk saat ini, Vanilla hanya berharap semua akan berjalan baik-baik saja, ia berharap Reza akan terus bersikap baik seperti ini padanya, apapun yang terjadi ke depannya.

-bersambung

***

***

***

ceritanya aku re-publish sampai chapter ini aja ya, terima kasih buat yg udah vote dan komen

bagi yg mau baca kelanjutannya ceritanya, kamu bisa baca di karyakarsa.com/finecinnamon *link di bio

dukung author di Paket khusus Forced Kiss dengan harga 16.000/30 hari

pembayarannya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pembayarannya?

oke, terima kasih buat yg udah baca cerita ini sampai selesai maupun sampai sini aja 🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

oke, terima kasih buat yg udah baca cerita ini sampai selesai maupun sampai sini aja 🤗

jangan lupa baca sequel Forced Kiss yaitu Endless Obesession

yg meranin 11 12 mesum nya sama Reza loh hehehe🤣

yg meranin 11 12 mesum nya sama Reza loh hehehe🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Forced Kiss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang