Chapter 23. Aku Menyukaimu, Vanilla

123K 3.8K 65
                                    

Bandung.

Seorang laki-laki paruh baya sedang berdiri dengan tenang di salah satu ruangan gedung tinggi di tengah kota Bandung, ia memandang ke arah luar jendela sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung celana.

Tak lama, seorang perempuan masuk ke dalam ruangan lalu melingkarkan tangannya ke pinggang laki-laki itu.

"Kamu mikirin apa, mas?"

"Aku harus ke Jakarta Ferin, aku harus menemui puteraku, dia adalah calon penerus perusahaan ini, hanya Reza yang bisa melakukannya."

"Hmmm terserah kamu aja, mas. Tapi apa kamu yakin dia mau?"

"Aku harus meyakinkan dia," jawab laki-laki itu dengan rahang yang mengeras. Ia kemudian berjalan ke arah meja kerjanya lalu menelfon seseorang.

Beberapa saat kemudian, seorang karyawan masuk dan menghampiri laki-laki itu.

"Ada yang bisa saya bantu, pak Rhendy?"

"Tolong atur ulang jadwal saya, besok saya akan pergi ke Jakarta."

"Baik pak."

Rhendy akan pergi ke Jakarta, ia akan membawa Reza kembali ke Bandung.

Reza adalah satu-satunya keturunan yang ia miliki, Reza adalah satu-satunya penerus perusahaan yang ia miliki. Dan hanya Reza-lah yang berhak dan berkewajiban untuk menggantikannya menguasai perusahaaan ini.

***

Jakarta.

Siang itu di kantor, Reza sedang fokus menatap layar komputernya sambil sesekali mengacak rambutnya sendiri.

Seorang adis yang duduk tidak jauh dari mejanya, memperhatikan. Ada apa lagi? ia terlihat frustasi, batinnya.

Gadis itu kemudian berdiri dari kursinya lalu berjalan mendekati meja Reza.

"Bos, aku izin ke pantry sebentar," ucapnya.

Reza hanya mengangguk tanpa menatap Vanilla di depannya.

Vanilla bergegas keluar ruangan, ia berjalan menuju pantry, lalu mengambil satu gelas dan sebungkus coklat hangat. Vanilla menyeduh coklat tersebut dengan air panas dan mengaduknya.

Setelah selesai, ia bergegas kembali ke ruang kerjanya sambil membawa cangkir itu. Vanilla memasuki ruangan dan melihat Reza yang masih tampak stress dengan pekerjaannya.

Vanilla mendekati meja Reza lalu meletakkan coklat hangat itu disana

Reza mendongak melihat Vanilla dengan tatapan bingung.

"Ehm... cokelat bisa memperbaiki mood, cokelat juga menenangkan dan bisa membantu mengurangi stress," jelas Vanilla pelan sambil memainkan jemarinya.

Reza mengangkat alisnya dan tersenyum mendengar penuturan gadis di depannya.

Rezapun mengambil cangkir itu dari mejanya, dan meminumanya pelan.

Sementara Vanilla tersenyum lega, sesungguhnya ia takut kalau Reza akan memarahinya.

Vanilla kemudian berbalik dan hendak kembali ke mejanya, namun terhenti ketika Reza memanggilnya.

Forced Kiss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang