Chapter 25. I Wanna Go Home

97.6K 3.7K 54
                                    

Seorang perempuan paruh baya saat ini duduk dengan tenang di ruang tamu sambil membaca sebuah majalah di tangannya. Di meja depannya terdapat secangkir teh hangat dan roti panggang yang menemaninya pagi itu.

Ting nung!

Suara bel berbunyi membuatnya menoleh dan berjalan ke arah pintu.

Diana membuka pintu rumahnya dan tersentak melihat pemandangan di depannya.

Seorang laki-laki berdiri di depan pintu, rambutnya hitam dan tertata rapi.

"Diana," panggil laki-laki itu.

"Rhendy.." ucap Diana pelan, kemudian ia melirik ke arah belakang laki-laki itu, ia melihat seorang perempuan, perempuan bernama Ferin.

"Apa maumu?" tanya Diana pada Rhendy.

"Aku ingin bertemu Reza," ucap Rhendy.

"Tapi Reza tidak ingin bertemu denganmu," jawab Diana cepat.

"Aku punya hak untuk bertemu dengan anakku."

"Anak?! anak yang kau tinggalkan demi perempuan lain?!" ucap Diana berteriak.

Seorang perempuan tiba-tiba datang dari arah belakang Diana.

Bibi Tata yang bekerja dirumah itu menghampirinya. "Bu Diana.. gakpapa?" tanya bi Tata panik sambil memegang lengan Diana pelan.

Diana menatap bi Tata lalu menggeleng pelan.

"Aku akan menemui Reza dikantornya," ucap Rhendy kemudian berbalik dan pergi menjauh, diikuti Ferin dibelakangnya.

"Brengsek, kau tidak pantas bertemu puteraku," gumam Diana.

***

Sementara itu, Reza sudah berada di dalam mobil bersama supirnya dan asistennya Vanilla. Ia baru saja selesai menghadiri rapat kerjasama di salah satu perusahaan besar yang menjadi aliansi perusahaannya.

Vanilla duduk di samping pak Didi, hari ini ia mengenakan turtle neck dengan blazer berawarna hitam.

Sesungguhnya ia sangat tidak nyaman mengenakan turtle neck ini, tapi terima kasih pada Reza dan kecemburuannya kemarin, ia jadi harus menutupi lehernya yang penuh jejak.

Kini mereka sampai di depan gedung kantor perusahaan Reza.

Saat baru saja masuk ke gedung tersebut, seorang penjaga menghampiri Reza.

"Permisi Pak Reza, saya ingin memberitahu bahwa bapak Rhendy Wijaya sekarang ada di ruangan anda, menunggu anda pak," kata laki-laki itu.

Reza terdiam sesaat, kemudian ia berdecak kesal.

"Mau apa lagi bajingan itu," gumamnya.

Vanilla yang berada di sampingnya dapat mendengar Reza, ia terpatung dan pikirannya berkecamuk.

Apa mungkin ibunya juga ada di ruangan itu sekarang??

"Vanilla," panggil Reza.

"I-iya bos?" jawab Vanilla cepat.

"Pergi ke kantin dan tunggu aku disana, jangan kembali ke ruangan sebelum aku menghubungimu," perintah Reza.

Reza hendak meneruskan jalannya.

"Ta-tapi boss-" ucap Vanilla membuat Reza berhenti.

Vanilla tidak jadi melanjutkan ucapannya saat Reza memberikannya tatapan tajam nan menusuk, tatapan jangan-bantah-aku-Vanilla miliknya.

Vanilla menelan ludahnya, iapun berbalik dan bergegas pergi ke arah kantin.

"Vanilla."

Vanilla kembali menoleh ke arah Reza.

Forced Kiss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang