Chapter 23. Aku Menyukaimu, Vanilla

Mulai dari awal
                                    

"Vanilla, tarik kursi itu, duduk di sampingku, " ucap Reza yang masih memegang cangkirnya.

Vanilla terdiam sebentar seolah berpikir, kemudian ia menarik kursi yang berada di depan Reza dan membawanya ke samping.

Kini Vanilla duduk di samping Reza.

Reza sudah menghabiskan isi cangkir itu dan meletakkan kembali ke meja. Ia menarik kursi yang diduduki Vanilla hingga berhimpitan dengan kursinya, lalu bersandar sambil menatap Vanilla.

"Vanilla, aku gak suka cokelat," ucap Reza.

Vanilla melotot, ia mengerjap kemudian melirik ke arah cangkir cokelat yang telah kosong itu.

"Te-terus kenapa kamu minum..?" tanya Vanilla kebingungan sambil menunjuk ke cangkir itu.

"Kerena kamu membuatkannya untukku" kata Reza

Vanilla menunduk, ia merutuki dirinya sendiri. Kenapa ia semena-mena membuatkan cokelat untuk Reza disaat Reza tidak menyukai cokelat?? bodoh sekali.

Reza menarik nafas pelan lalu meraih dagu Vanilla agar menatapnya.

Kenapa gadis ini selalu saja menunduk? batin Reza.

"Lain kali, buatkan aku teh chamomile kalau kamu mau ngasih minuman untukku," ucap Reza tersenyum lembut.

Vanilla mengangguk pelan, tetapi Reza menyadari wajah Vanilla yang terlihat sedih.

Reza mengusap pipi gadis itu dengan lembut.

"Jangan sedih," ucap Reza lalu mengecup pipi Vanilla.

Vanilla sedikit tersentak, ia kembali menunduk. Gadis itu mengaitkan dan memainkan jemarinya, wajahnya memanas, ia bersemu merah.

Reza tersenyum geli melihat Vanilla yang tersipu, ia kemudian melepaskan kaitan jemari Vanilla lalu mengggenggam satu tangan Vanilla.

Reza kemudian kembali fokus ke komputernya, tanpa melepaskan genggangaman tangan mereka

Vanilla terdiam, ia hanya memperhatikan Reza dari samping dengan wajah yang memerah, jantungnya berdegup kencang.

Vanilla kembali berusaha tenang, ia melihat ke arah meja Reza yang dipenuhi kertas-kertas.

Vanilla kagum pada Reza, di usianya yang baru menginjak 19 tahun, Reza sudah memiliki tanggung jawab yang sangat besar.

Walaupun Reza kadang masih suka labil dan belum bisa mengontrol emosinya, namun ia paham. Menjadi pemimpin utama perusahaan sebesar ini pasti tidak mudah, apalagi Reza juga masih harus berkuliah.

"Vanilla."

Suara itu menyadarkan Vanilla.

"Hm?" tanyanya pelan

"Nanti pulang kerja nonton yuk," ucap Reza tanpa melepas tatapannya dari komputer.

Vanilla terdiam, menonton? ah, sudah lama sekali Vanilla tidak nonton bioskop.

Vanillapun mengangguk semangat. "Ayo!" ucapnya.

"Tapi nonton di apartemenku," lanjut Reza membuat Vanilla tidak jadi bersemangat.

Forced Kiss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang