Chapter 15. Malaikat Penolong atau...?

Start from the beginning
                                    

Reza juga menelfonnya terus sampai akhirnya Vanilla memblokir semua kontak Reza dari ponselnya. Cowok itu benar-benar menyeramkan.

"Kok kamu tau dia nyariin aku?" tanya Vanilla hati-hati.

"Tau lah, dia juga kan nanyain ke gua," kata Vera.

"Terus..?"

"Ya gua bilang aja gatau, gak ada kabar," ucap Vera sambil mengedikkan bahunya.

Vanilla bernafas lega, untung saja Vera tidak memberitahunya.

Vanilla tidak mau jika harus bertemu lagi dengan Reza! Jangan sampai!

***

Beberapa hari kemudian.

Di dalam sebuah restoran yang terletak di daerah kota Jakarta Selatan, Vanilla sedang mengelap meja. Saat ini Vanilla bekerja sebagai seorang waitress di restoran tersebut.

Sudah beberapa hari ini Vanilla mencoba melamar pekerjaan di perusahaan tertentu namun hasilnya nihil.

Vanilla sadar hal ini tidak akan mudah baginya, apalagi ia hanya berbekal ijazah SMA.

Meskipun begitu, Vanilla tetap bersyukur sekarang ia punya pekerjaan, meskipun gajinya sedikit, setidaknya restoran itu letaknya juga tidak jauh dari apartemen yang ia tinggali.

Waktu akhirnya menujukkan pukul lima sore, Vanilla bersiap pulang. Ia akan menaiki angkutan umum menuju apartemennya.

***

Setelah sampai, Vanilla berjalan masuk ke gedung apartemen.

Di gedung tersebut terdapat suatu kantor dari sebuah perusahaan yang cukup ternama di Jakarta, yaitu Greatroof Coorperations.

Vanilla sebenarnya sangat ingin melamar pekerjaaan disana. Pasti enak jika ia bisa bekerja disana dimana ia tidak perlu mengeluarkan ongkos lagi setiap harinya.

Namun Vanilla mengurungkan keinginannya tersebut, ia setiap hari melihat pegawai-pegawai yang lalu lalang disana bukanlah pegawai sembarangan. Mereka terlihat profesional dan berkelas. Vanilla jadi ciut duluan melihatnya.

Setelah sampai, Vanilla langsung masuk ke dalam sebuah lift yang menghubungkan perkantoran tersebut dengan gedung apartemennya.

Disaat yang bersamaan, seorang laki-laki muda dengan kemeja abu-abu berjalan memasuki gedung perkantoran tersebut.

Rambutnya yang hitam tertata rapi, ia terlihat begitu tampan dan mempesona hingga membuat setiap wanita yang berada disekeliling menatapnya kagum.

"Reza, ini semua demi kebaikan kamu, kamu nanti kewalahan kalau harus ngurus apa-apa sendirian," ucap seorang perempuan yang berjalan dibelakang laki-laki itu.

"Gausah ma, tenang aja, Reza bisa sendiri," sahut laki-laki itu singkat tanpa menghentikan langkahnya.

Laki-laki itu adalah Reza W. Rashad, putera tunggal dari Rhendy W. Rashad dan Diana Siregar.

Hari ini adalah hari pertama Reza menjalankan aktivitasnya sebagai penerus pimpinan perusahaan milik Ibunya, Diana.

"Kamu yakin Za?" tanya Diana pada Reza saat mereka berdua sudah memasuki lift yang kosong.

"Yakin ma," jawab Reza tenang.

***

Keesokan harinya.

Sinar matahari menyelinap memasuki celah jendela kamar Vanilla dan membangunkannya dari tidurnya yang lelap.

Vanilla terkesiap saat melihat jam dinding.

Forced Kiss (END)Where stories live. Discover now