Ke Mana Ya?

3.2K 449 130
                                    

Kamar asrama Fajar dan Rian yang telah tak berpenghuni selama 5 hari kini telah di singgahi kembali. Sebuah koper *olop terbuka lebar tepat di samping lemari.

"Ini kaosmu taro di rak kedua" sebuah kaos kuning bayi dengan merek sepatu ternama di tengahnya diserahkan pada Fajar.

"Itu tuh, sekalian celana pendekku " kedua mata Rian otomatis meninjau isi koper untuk menemukan barang yg dimaksud.

"Yang warna cokelat ya? Bentar" tumpukan item pakaian yang menutupi salah satu bawahan favorit Fajar disingkirkan Rian dengan menumpuknya di atas paha. Fokus mereka merapikan baju seketika pecah saat mendengar dering ponsel Fajar.

"Angkat dulu mas, ini juga tinggal dikit bajunya"

Fajar menuruti perintah Rian dengan meraih ponsel yang berdiam di sakunya.
Nama sang ibu tertera di layar benda persegi itu.

"Assalamualaikum, bu. Ada apa?"

Isi terakhir dari koper di keluarkan oleh Rian. Resleting koper pun di tarik hingga tak menyisakan celah dan di letakkan di samping lemari.

"Aa' kira udah dibawa semua. Oke deh, aa' ke sana lagi"

Pilihan telepon berwarna merah di sentuh oleh Fajar dengan ibu jarinya. Menandakan berakhirnya panggilan.

"Apa yang ketinggalan?" Rian mendudukan dirinya di tepi kasur Fajar yang kini sudah di satukan dengan miliknya.

"Kado pernikahan ,ian. Mas ambil dulu ya"

"Ikut" sergah Rian sebelum Fajar sempat mengangkat kakinya dari posisi ia menapak.

"Ngga kecapekan kamu bolak-balik?" Sebuah gelengan disertai bibir mengerucut diberikan oleh yang lebih muda.

"Ngga mau jauh-jauh dari mas" kedua alis Fajar naik mendengar ucapan Rian.

"Ya Allah, Rian. Sehari ngga bikin mas melayang bisa?" Lagi-lagi Rian menggeleng.

"Udah ah, ayo. Itu ibu udah nunggu" Langkah Rian dibawa menuju pintu kamar

Senyuman simpul terbit pada wajah Fajar sebelum akhirnya kakinya melangkah mengikuti Rian.

  Selama perjalanan, Rian yang tadinya tak bisa berhenti menggoda Fajar tiba-tiba diam seribu bahasa. Tenggelam dalam pikirannya sendiri. Fajar yang sadar akan hal itu menjulurkan tangannya untuk mencolek dagu pria di sampingnya.

"Diem-diem aja, Rian. Kenapa?"

Bibir Rian terlipat ke dalam. Helaan napas terdengar membuka jawaban dari pertanyaan Fajar.

"Mas maunya kita bulan madu di mana?"

   
Manik Fajar memicing. Nama-nama berbagai tempat baik dalam negeri maupun manca negara berterbangan dalam benaknya.

"Aduh, mas juga bingung" Terlihat dari dahinya yang berkerut. Rem tangan di lepas oleh Fajar melihat warna hijau terpancar dari lampu lalu lintas.

"Perancis aja gimana?

Fajar lantas menoleh mendengar negara yang sudah pernah mereka kunjungi disebutkan.

"Kenapa Perancis?" Rian melirik ke arah suaminya yang berusaha membagi perhatian antara pada jalan raya dengan dirinya. Pipi Rian tiba-tiba terasa hangat.

"Ngga jadi deh"

Niat untuk memberitahu Fajar alasan kenapa Perancis menjadi pilihan utamanya diurungkan oleh Rian sendiri.

"Rian, mas jadi makin penasaran nih. Kenapa Rian milih Perancis?"

Mobil Fajar dibelokkan ke arah jalan masuk parkiran hotel. Mengikuti arahan satpam yang bibirnya mengapit peluit. Roda mobil berputar mundur sesuai instruksi roda kemudi. Lintang sabuk pengaman di lepaskan oleh Fajar dari tubuhnya. Bersiap-siap untuk mendengarkan jawaban dari pertanyaannya.

More Than Friends? [Completed]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz