Sama-Sama Berjuang

5.3K 861 78
                                    

  Hiruk pikuk suasana malam menyelimuti kota Jakarta. Sebuah mobil tampak terpakir di tepi jalan. Seorang lelaki tampak menyandarkan kepalanya pada dashboard. Suara dering ponsel tiba-tiba membangkitkan kepala pria itu.

"Jo, lu sama Ginting lagi pada dimana? Dari tadi siang gw ketok kamar lo ga ada yang jawab?" Suara Ihsan membangun kesadaran Jojo dari kantuknya.
"Gw ga pulang, san. Ada urusan"

" Urusan apaan ampe jam 3 gini belom pulang?" Jojo diam. Haruskah ia memberi tahu Ihsan mengenai masalahnya? Masalah seperti ini memang seharusnya dijaga kerahasiaannya. Tidak perlu untuk orang lain tahu. Tapi ini adalah Ihsan. Seseorang yang selalu siap sedia membantu Jojo maupun Anthony setiap mereka ada masalah. Jojo memiliki kepercayaan penuh pada sahabatnya yang satu ini.

  "Lu sama Ginting kenapa?" Ihsan seolah membaca pikiran Jojo dari seberang. Jojo masih terdiam, mengulum bibirnya sendiri. "Gw abis ketemu orang tuanya Ginting, san" Beruntung mereka sedang tidak bicara empat mata saat ini. Bisa-bisa ekspresi Ihsan membuat perut Jojo pecah tak mampu menahan tawa.

"Serius lu? Ketemu minta restu gitu maksudnya?" Ihsan menanyakan pertanyaan yang sudah tidak perlu dijawab.
"Trus gimana kata mereka?" Di seberang telepon, Ihsan merebahkan diri di kasur dalam posisi tengkurap. Menyangga kepalanya dengan tangannya yang tidak memegang ponsel.

" Ya menurut lu aja sih. Ngapain gw masih ndeprok di mobil jam segini. Dipinggir jalan pula" Jojo mulai kesal diberikan pertanyaan bertubi-tubi oleh Ihsan.Terdengar suara helaan napas dari sisi lain telepon "Semangat dong, Jo buat dapetin restu camer" Ihsan mencoba untuk menghidupkan suasana yang mulai terasa kelam.
"Yang bilang gw ga semangat buat dapetin restu doi siapa? Gw ini khawatir sama Ginting" Ihan mengernyit

"Emang dia kenapa?"

"Gw telepon dia berkali-kali ga diangkat. Trus tiba-tiba cuma ngirim line bilang jangan telpon atau ngeline dia. Nanti kalo udah beres biar dia yang ngasih kabar ke gw"

Ihsan bisa mendengar suara Jojo mulai tersamarkan isak tangisnya. Ihsan menggaruk-garuk kepalanya. Memikiran siasat agar hubungan antara 2 sahabatnya terselamatkan. "Lu dimana sekarang?" Jojo pun memberitahukan lokasi dimana dia berada. Sekaligus meminta bantuan karena dirinya sudah sangat teramat lelah untuk mengemudi. Ihsan segera mengambil tindakan untuk menyusul Jojo.

Suara ketukan jendela menginterupsi istirahat Jojo. Ketika menoleh ke kanan ia bisa melihat Ihsan memberinya isyarat untuk keluar dan pindah ke kursi penumpang.

"Lu ke sini naik apa?" Suara Jojo terdengar parau ditambah dengan pandangan matanya yang sayu.
"Ojek" jawab Ihsan singkat. Disampingnya, Jojo hanya mengangguk pelan.

Keadaan di mobil cukup tenang. Ihsan sedang fokus mengemudi ketika ia mendengar tangisan kecil dari seseorang. "Jo..." ucapnya lembut. Jojo sibuk meredam tangisannya. Ia menatap Ihsan dengan senyuman tipis dibalik raut kesedihannya.
"Lu butuh apa? Pasti gw bantu" Jojo terdiam sejenak. Memikirkan matang-matang apa yang benar-benar ia butuhkan.
"Lu bisa hubungin Ginting ga?" Tanya Jojo dengan suaranya yang kini terdengar bindeng. Ia meraih tissue untuk membuang ingus di hidungnya.
"Gw mau tapi gw yakin Ginting bakal nolak panggilan kedua gw setelah tau maksud gw buat nelfon dia"

Jojo terdiam pasrah. Berpendapat bahwa perkataan Ihsan ada benarnya. "Tapi gw bisa ngasih kontak seseorang yang deket banget sama Ginting" Ihsan tersenyum simpul.

"Siapa?"

"Adeknya"  Jojo menaikkan kedua alisnya. "Dapet dari mana?" Tanya Jojo heran.
"Instagramnya bego. Emang lu ga follow adeknya?" Ihsan memisuh
"Oya bener" Jojo hanya bisa cengengesan.
 


Jojo bangun dalam keadaan lumayan segar. Ia memeriksa ranjang di sampingnya.Memeriksa ponsel melihat apakah ada kabar dari Anthony, nihil.

More Than Friends? [Completed]Where stories live. Discover now