Takut

7.8K 1K 64
                                    

Anthony mengambil barang bawaannya di jok belakang. Mempercepat langkah menyusul Jojo yang sudah mendahuluinya "Tungguin, Jo!" derap langkah Jojo berhenti. Menoleh ke arah teriakan manja itu. Jojo mengulurkan tangannya, yang dengan sigap disambut oleh Anthony. Mereka berjalan ke arah gor dengan tangan bertautan.

Jadwal latihan hari ini, lebih siang dari biasanya. Sehingga membuat Anthony lebih segar karena dapat tidur lebih lama. "Halo semua" Jojo membuat fokus teman- temannya teralihkan dari perbincangan mereka. Terlebih ketika melihat ke arah tangan mereka. "Maaf, ini gor buat latihan. Bukan pelaminan" Fajar,Rian,Marcus, dan Ihsan mengangguk menambahkan pendapat mereka yang mendukung Kevin "Dasar bucin, gelik gw".

"Udah disini semua?" suara lantang coach mengubah suasana yang tadinya riuh menjadi senyap. Jojo melepas jemari hangat Anthony dari genggamannya. Anthony tersenyum tipis melihat coach menatap mereka berdua. "Udah coach" Marcus menjawab dengan tegas, mencoba mengalihkan perhatian semua orang dari topik pembicaraan sebelumnya. "Yaudah, kita mulai aja latihannya"

Seperti biasa,Kevin selalu berlatih dengan Marcus. Rekan ganda putranya itu, sama halnya dengan Fajar dan Rian. Jojo yang selalu memilih Anthony tiba- tiba saja menyaut "San, main sama gw" Anthony terdiam lemas mendengar Jojo memilih Ihsan lebih dulu. Ihsan clengak-clengok . Melihat Anthony dari sudut matanya yang sekarang sibuk dengan ponselnya.

"Tumben lu, milih gw duluan. Biasanya gw kan selalu jadi madu lu" Ihsan menerima kok dari Jojo. Smash-an dari Jojo Ihsan dapat sebagai balasan dari perkataannya itu "Gila lo, hati gw cuma buat Ginting" mata Jojo menangkap pandangan Anthony yang juga tertuju padanya. Jojo melemparkan senyuman manisnya pada Anthony yang hanya dibalas dengan senyuman tipis "Mampus lo, tidur di luar" bukannya kok yang ia terima, raket Jojo mendarat tepat di kepala Ihsan "Anjer, santai bang. Canda ni canda" Ihsan mengusap-usap kepalanya.

Latihan hari itu telah berakhir. Sepasang bucin itu pun berpamitan pada senior- seniornya. "Sini, gw bawain" Jojo menarik tas yang tergantung dibahu Anthony. Dengan pasrah Anthony melemaskan bahunya agar Jojo bisa mengambil barang bawaannya. "Ngambek nih ceritanya?" jari telunjuk Jojo mencolek dagu Anthony "Paan si" Anthony menepis tangan Jojo "Idih, ngambekan" tangan Jojo melingkar di pundak Anthony "Ngopi bentar, yuk!". Jojo memutar kemudi mobil ke arah kedai kopi favoritnya, yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari asrama.

Sesampainya di kedai, Anthony segera mencari meja kosong sementara Jojo memesan kopi dan pastry untuk dirinya. Beberapa menit kemudian, Jojo datang dengan nampan yang menyangga 2 cangkir dan sepiring pastry di atasnya. Anthony diam, merenung memperhatikan pastry yang baru saja disajikan di hadapannya. "Makan lah, ting" Jojo yang sedari tadi menunggu reaksi dari Anthony belum juga meminum kopinya. Tidak sebelum Anthony merespon. "Lu malu ya, pacaran sama gw?" Jojo lega mendengar kekasihnya ternyata tidak mendadak bisu. "Yang bilang gitu siapa?" pastry yang mulai dingin Jojo potong menjadi bagian-bagian kecil. "Kalo gw malu, ngapain tadi gw nggandeng tangan lu di depan tetua- tetua itu" Anthony masih memilih untuk tidak menatap Jonatan. "Anthony Sinisuka Ginting, ngga ada kata malu buat gw ngakuin diri sendiri sebagai pacar lo" Ia mengambil tangan Anthony dan menggenggamnya di atas meja." Lu tau kan coach punya aturan" Jojo menambahkan "Satu-satunya orang yang gw gamau dia tau tentang kita,cuma coach" Anthony mengambil satu potong kecil pastry dengan tangannya yang bebas dan menjejalkannya ke dalam mulut. "Bukan karena malu atau apa, tapi karena gw ga mau dipisah" Anthony akhirnya mendongak menatap Jojo. "Dipisah?" Ia kembali bertanya "Iya dipisah, bagaimanapun caranya gw gamau" Jojo tersenyum hangat "Kalo coach ga punya aturan soal pacaran itu, nyium lu di depan dia juga gw jabanin" Anthony melepas tangannya dari genggaman Jojo dan menabok pria itu."Jadi, dari tadi lu tuh diem kalem manis gara- gara itu?" Jojo melipat kedua tangannya, menunggu jawaban pasti dari Anthony "Engga juga sih, gw juga rada kesel lu milih Ihsan duluan" Jawaban Anthony membuat Jojo memanyunkan bibirnya " Yakali gw lebih milih Ihsan dari lu. Walaupun iya, dia sahabat gw tapi sekarang satu-satunya yang jadi prioritas Jojo cuma Anthony seorang" untuk kesekian kalinya, kata-kata Jojo membuat Anthony tersipu malu. "Keluarga sama masa depan dulu, baru gw" Anthony membantah gombalan Jojo. Kembali menjejalkan pastry ke dalam mulutnya "Lah, lo kan termasuk dua- duanya" Anthony tersedak dan segera meminum kopi yang sudah terlanjur dingin karena terlalu lama di diamkan "Geli jo, geli" Jawab Anthony masih terbatuk -batuk. Jojo menegakkan posisi duduknya. Meraih cangkir kopinya yang juga sudah dingin dan menyesapnya. "Ga pake gula?" Anthony menyodorkan sachet gula untuk Jonatan "Kalo minumnya sambil ngeliatin lo, ga pake gula juga udah manis" Jojo mengedipkan satu matanya. Anthony hanya tersenyum kecut, tetapi tetap saja malu-malu kucing mendengar rayuan kekasihnya itu.

More Than Friends? [Completed]Where stories live. Discover now