Malu Kaya Kucing

3.1K 487 106
                                    

Meong meong meong- eh salah lagu

  Akhirnya acara resepsi telah usai. Bunga-bunga indah serta berbagai hiasan lainnya tengah dirombak. Mbak Wid sibuk menata berbagai beskap dan kebaya yang beserta kain yang sudah dikembalikan. Ia tentunya dibantu oleh rekan-rekannya.

  Semua orang terlarut dalam pekerjaan masing-masing. Termasuk Fajar, berpikir keras untuk membuka pembicaraannya dengan Rian yang sedari tadi tak bersuara.

"Ian?"

"Dalem?"

Ah, suara lembut itu. Sukses membuata Fajar mengerjap. Di tambah tatapan mata Rian yang sebenarny sudah sering Fajar temui. Tapi saat itu keadaannya berbeda. Tatapan itu seakan memiliki arti lebih. Sebuah senyum perlahan terbit pada rupa Rian. Melihat suaminya tergagap untuk berucap. Keduanya sontak tertawa geli.

"Mas kenapa? Butuh apa?" Fajar menggeleng, dengan keadaan bibir masih tertekuk ke atas.

"Eehm, nanti ke hotel kan pulangnya?

Rian menarik blangkon agar terlepas dari kepalanya. Meletakkannya ke atas plastik yang nanti akan membungkus beskap dan kainnya.

"Iya lah mas, kan udah dipesenin kamar khusus" alis Fajar terangkat. Mengangkat diri dari kursi dan berjalan menghampiri Rian yang sedang duduk di depan meja rias. Memerangkap Rian diantara kedua tangannya yang bertumpu pada meja dari belakang.

"Kamar khusus buat apa emang?" Fajar meletakkan dagunya pada surai Rian. Kemudian menghirup aromanya dalam. Rian mendongak ke atas, mengharuskan Fajar mengangkat dagunya. Mempertemukan pandangan mereka yang semula diperantarai oleh cermin.
Wajah mereka hanya berjarak kurang dari satu jengkal. Sedikit demi sedikit jarak itu dieliminasi oleh Fajar sementara Rian menyambut dengan senyuman kecil dan tatapan sayu.

Brak

"FARIQ JANGAN LARI-LARI NANTI AKU YANG KENA SEM-prot" Anthony terpaku di ambang pintu.

"Bang Fajaal gendong" pinta Fariq seraya berlari kecil ke arah om nya yang  membungkuk dan mengulurkan kedua tangannya.

"Up, Fariq kenapa lari-lari? Bang Fajar ngga kemana-mana kok" tangan gembul Fariq mengalungi bahu Fajar.

"Mau main sama abang"

"Oalah, eh itu kenapa blangkon masih dipake? Kembaliin atuh. Fariq juga udah ganti baju kan" ucap Fajar melihat pria kecil di gendongannya telah mengenakan pakaian kasualnya. Celana jeans dan kaos berwarna kuning dengan motif garis-garis biru gelap.

"Fariq sama Bang Fajar yaa, Om Ony tinggal dulu" Anthony melambaikan tangan  yang dibalas dengan hal serupa disertai kiss bye dari Fariq. Pintu pun ditutup meninggalkan sepasang pengantin baru dan seorang anak kecil dalam perbincangan mereka.

"Abang mau gigit om lian, ya?"

"Hah?"

"Kok tadi mukanya deket-deket"

Mata Fajar dan Rian membulat. Berusaha mencari jawaban yang tepat.

"Eh,ada Fariiiq" suara dari seorang Mbak Wid menyelamatkan mereka.

"Ngapain kamu disini? Itu ibu kamu nyariin" Pas sekali, ketika Mbak Wid mengucapkan kalimat terakhir sosok perempuan berhijab berjalan mendekati ambang pintu dimana Mbak Wid masih berdiri.

"Fariq ih, dicariin juga. Katanya tadi mau pup malah tadi kabur sama si Ony"

Bibir Fajar mengerucut

"Pantesan dari tadi bau kentut, sana pup sana. Bau tau"

Fariq hanya nyengir saat diturun oleh Fajar. Kemudiaj menghampiri ibunya yang sudah menunggu.

More Than Friends? [Completed]Where stories live. Discover now