Dahar

5.5K 850 196
                                    

Fajri alert 🚨

Fajar memeluk erat Rian yang menyembunyikan wajah di sela lehernya.
"Bangun ian" ucapnya lembut. Rian merengek kecil sambil menggeleng. "Ayok ah, jangan males"
Tidak ada jawaban.

"Sarapan yuk"

Masih tidak ada jawaban

"Breakfast di McD yuk. Kita beli pancake"

Fajar merasakan kepala Rian terangkat dari lehernya. Rian mendongak menatap mata Fajar. "Yuk" jawabnya singkat dalam keadaan mata yang enggan terbuka. Bibir Rian menggoda minta untuk dikecup. Tapi Fajar masih tidak berani bertindak, khawatir Rian belum siap.

 
  Keduanya berjalan ke arah parkiran asrama. Berpapasan dengan Jojo yang sedang menenteng kresek ditangan kanannya. " Beli apa tuh, Jo?" Fajar menyaut dari kejauhan.
"Bubur ayam, bang" Jojo menyaut balik sambil mengangkat kreseknya.
"Lah, Anthony nya mana?" Rian membuka suara.
  Jojo hanya cengengesan mendengar pertanyaan Rian "Lagi sakit dia" Jojo masih cengengesan, melambaikan tangan dan masuk ke dalam asrama.
"Perasaan kemaren sehat-sehat aja" gumam Rian. Fajar hanya mengangkat bahunya menanggapi pernyataan Rian.

Fajar menyalakan mesin mobil. Melihat Rian sudah mengencangkan sabuk pengaman ia pun mulai memutar roda kendali mobil.

Rian memencet tombol di radio. Suasana yang tadinya hening sekarang diiringi oleh lagu. Rian menguap, mengusap-usap mukanya.
"Masih ngantuk kamu?" Rian mengangguk.
"Mas"
"Yaa?" Fajar berusaha membagi fokusnya antara jalanan dan kekasihnya.
Rian menepuk-nepuk pipi kanannya dengan jari telunjuk.
Tanpa berpikir panjang Fajar menghujani pipi kanan Rian dengan kecupan-kecupan ringan.

"Kamu teh sejak kapan jadi manja begini?" Fajar kembali memusatkan perhatiannya pada jalan raya.

"Sejak tau kalo mas udah jadi punyaku sekarang" Rian menyandarkan kepala, menengok ke arah Fajar.

"Aku kan udah nyerahin diri buat kamu dari dulu, kenapa baru manja sekarang?" Goda Fajar yang mendapat tabokan di bahunya.

"Resminya kan baru sekarang, mas" Rian terus-terusan mencubit pipi Fajar.

"Udah ah, sakit. Ini kamu mau drive thru atau makan disana?" Tanya Fajar melihat lambang M besar mulai terlihat.

"Disana aja" jawab Rian sambil terus menguyel-uyel pipi Fajar.

"Silahkan pesanannya, mau makan disini atau dibawa pulang?" Kata mbak-mbak McD ramah. "Makan disini,mba" Rian berkata tak kalah ramah.

Mereka memesan 2 pancake dan 2 buah hash brown. Disertai dengan 2 cangkir teh sebagai minumannya.

Rian meletakkan nampan di atas meja. Sementara Fajar sibuk memainkan ponselnya.
  "Mas, dahar dulu. Tarok hpnya" Rian membuka sachet gula dan menuangkannya ke dalam teh milik Fajar.
"Eh gausah banyak-banyak" Fajar yang baru saja menyimpan ponsel di saku celananya segera mencegah Rian.
"Kamu bukannya sukanya yang manis?"
Rian tampak heran mendengar permintaan Fajar.
"Iya,tapi sekarang satu-satunya hal manis yang aku suka cuma kamu. Gimana dong?" Fajar meraih gelas tehnya dari tangan Rian dan mengaduknya.

Beruntung Mc'Donald cukup sepi pagi itu. Fajar bisa dengan leluasa menggombali kekasihnya.

"Udah kan? Yuk!" Fajar beranjak dari kursinya. Tapi tidak dengan Rian yang hanya memutar badan, membaca menu di atas kasir. "Kamu mau apa?"

"Es krim" jawab Rian polos.
Fajar menggeleng-gelengkan kepala "Engga boleh"
"Ish, kenapa?" Rian mulai merengek.
"Ini masih pagi, kamu udah makan es krim. Ga bagus, tau"
"O iya lupa" Rian cengengesan sendiri mengingat permintaannya.

  Mereka berdua sudah berada di mobil sekarang. Bersiap-siap untuk kembali ke asrama. Rian sudah memastikan sabuk pengamannya terpasang sempurna. Tetapi deru mesin mobil belum juga terdengar. "Ayo, mas" Rian menatap Fajar yang sejak tadi hanya senyum-senyum sendiri memperhatikannya diam-diam. "Kenapa senyum-senyum?" Tanya Rian. Fajar mengulum bibirnya,menggelengkan kepala.
"Kalo mau menyatakan sayang harus pake i love you ga sih? Pertanyaan spontan Fajar membuat Rian mengernyit "Engga lah, yang penting kan perbuatannya" Fajar mengangguk pelan.

Selama perjalanan Fajar selalu saja mencuri kesempatan untuk memandangi Rian. Sudah berkali-kali kepergok pun, tetap saja ia lakukan.

Fajar memutar kenop pintu. Membiarkan Rian masuk duluan.
Baru saja Rian ingin menjatuhkan diri ke kasur, Fajar tiba-tiba menarik tangannya sekuat tenaga. Menyebabkan tubuh Rian bertabrakan dengan tubuhnya. Fajar mengalungkan kedua tangan Rian di lehernya. Kemudian melingkarkan tangannya di pinggang Rian.
"Ini ngapain?" Suara Rian yang halus hampir saja membuat Fajar meleleh tak berbentuk.
"Mau dansa sebentar, boleh?"
"Ga ada musiknya tapi" Fajar menghentikan ayunan kakinya. Mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan memutar lagu Thinking Out Loud dari Ed Sheeran.

Fajar mempersatukan tatapan mereka. Berayun ke kanan-kiri. Sesekali menatap bibir tebal Rian yang menyunggingkan senyuman yang dihiasi rona pipi di kedua sisinya. Mereka berdansa dalam diam. Diam yang nyaman dan menenangkan.

People fall in love in mysterious ways 🎶

"Mas ngapain tiba-tiba ngajak dansa gini?" Rian masih penasaran dengan maksud dan tujuan Fajar melakukan semua ini. Dengan tirai jendela yang masih tertutup dan lampu yang belum dinyalakan membuat suasana menjadi remang-remang.

"Kamu ga pernah diajak dansa kan?" Rian mengangguk menjawab pertanyaan Fajar.

"Aku juga ga pernah ngajak orang dansa. Kenapa ga jadi yang pertama buat satu sama lain aja?" Fajar mengusap sayang pipi Rian. Pipi, mungkin salah satu bagian wajah Rian yang paling digemari Fajar. Rian hanya tersenyum gemas merasakan kelembutan tangan Fajar di pipinya.

Pagi hari itu Fajar menyatakan rasa sayangnya melalui alunan lagu dan sebuah dansa. Rian merespon dengan baik. Mengikuti langkah kaki Fajar, tersenyum menikmati lirik lagu yang dimainkan.

Maapkan jika chapter ini kurang memuaskan wankawan ehehe. Btw, tadi ada yang nonton Fajri di Trans 7 ga?
Mereka kayak di wawancarain gitu.

  Menurut kalian pemain badminton yang paling ganteng siapa? (Kayaknya gitu tadi nanyanya)

F: Saya! *ketawa*

Gapapa bagus, jujur. Kalo Rian?

R: udah diambil jawabannya *senyum-senyum*

Oh jadi buat Rian, Fajar itu paling ganteng?

R: iya...

Tiba-tiba gemeteran sendiri saya.

More Than Friends? [Completed]Where stories live. Discover now